URGENSITAS KEPEMIMPINAN ISLAM DEMI KEMERDEKAAN PALESTINA


Oleh: Putri N. Ali
Penulis Lepas

Militer Israel semakin brutal melanjutkan operasi darat di Rafah, Gaza selatan pada Jumat (21/3). Serangan terjadi saat gencatan senjata masih berlangsung antara Israel dan Hamas, yang dimulai sejak pertengahan Januari lalu. Agresi dilakukan usai mendapat dukungan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas operasi darat dan udara.

Serangan bertubi-tubi Israel telah menyebabkan lebih dari 50 ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, yang meninggal dunia sejak agresi dimulai pada Oktober 2023 pada. (cnnindonesia.com, 21/03/2025)

Seorang jurnalis Palestina tewas dan sembilan lainnya terluka, beberapa kritis, ketika serangan udara Israel menghantam sebuah tenda yang digunakan oleh media lokal di Gaza selatan. Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menyerang Hassan Aslih, yang mereka gambarkan sebagai "teroris, yang beroperasi dengan kedok seorang jurnalis" dan seorang anggota Brigade Khan Younis milik Hamas. (CNBC Indonesia, 08/04/2025)

Disebutkan bahwa lebih dari 206 jurnalis dan pekerja media terbunuh sejak awal agresi Israel ke Palestina, yang merupakan balasan atas serangan kelompok perlawanan Hamas pada 7 Oktober 2023.(Cnnindonesia.com, 25/03/2025)

Sejak 7 Oktober 2023 sampai saat ini penjajah Zionis Israel masih terus melakukan serangan ke wilayah Palestina baik di Gaza maupun wilayah Tepi Barat. Beberapa kali sempat dilakukan adanya gencatan senjata dan pertukaran tawanan antara pejuang dan musuh di wilayah Gaza tetapi seperti yang diketahui musuh sering melanggar dan ingkar dengan perjanjian, sampai sekarang serangan demi serangan terhadap warga sipil Palestina terjadi terus menerus dan semakin brutal.

Sudah hampir dua tahun serangan terus berlangsung tanpa adanya kepastian kapan musuh akan mundur dan menarik pasukannya dari wilayah Palestina. Di Gaza sendiri kehancuran dan kerusakan sudah terjadi di seluruh kota Gaza dan sudah tidak ada lagi tempat layak dan aman sebagai tempat berlindung, semua sudah rata dengan tanah. Korban meninggal dunia dan terluka pun terus-menerus bertambah. Tetapi dengan hal ini perhatian masyarakat dunia terkhusus umat muslim sepertinya semakin berkurang karena tertutup beragam persoalan-persoalan di dalam negeri sendiri.

Miris dan malu sebagai umat muslim tidak bisa melakukan apa-apa saat saudara kita terbunuh dan terbakar hidup-hidup di depan mata kita.


Apakah berita genosida di Palestina sudah menjadi hal lumrah?

Informasi tentang banyaknya korban meninggal dan terluka yang didominasi anak-anak dan perempuan akan menjadi informasi pada umumnya bukan menjadi hal penting yang perlu mendapatkan perhatian khusus?

Membayangkan sebagai umat yang jauh dari wilayah perang dan terus mengikuti kabar dari Palestina tentang berbagai jenis kebiadaban penjajah saja rasanya capek dan lelah, apalagi dengan warga Palestina yang setiap hari selalu was-was menunggu giliran menjadi korban selanjutnya.


Kapitalisme Dan Nasionalisme Membelenggu Umat Islam

Tidak bisa dipungkiri tidak adanya rasa persatuan antara umat muslim, ada yang dengan semangat lantang tanpa lelah terus menyuarakan kebiadaban penjajah Israel dengan melakukan protes melalui sosial media hingga aksi turun ke jalan, melakukan galang donasi maupun boikot produk-produk pro penjajah Zionis Israel. Namun, masih ada sebagian umat muslim tidak peduli dan enggan untuk bersuara.

Diamnya sebagian umat akan penjajah yang terjadi di Palestina bisa jadi bukan tanpa sebab, dikarenakan sesungguhnya saat ini umat sudah kebingungan bukan enggan membantu. Tetapi dengan cara apa harus harus dilakukan agar bisa menghentikan perang secara total. Pasalnya saat ini umat muslim tidak punya daya kekuatan. Belenggu ide kapitalisme membuat umat sibuk dengan persoalan urusan dunia, apalagi dengan adanya sekat-sekat paham nasionalis membuat seakan urusan umat muslim di setiap negara adalah persolan masing-masing. Jadilah jika hanya seruan boikot dan berbagai aksi protes tidak bisa menghentikan agresi penjajah di wilayah Palestina. Karena tidak semua umat muslim melakukannya.

Apalagi Zionis mendapat dukungan dari barat dengan standar gandanya secara tidak langsung telah membenarkan apa yang telah dilakukan oleh penjajah Zionis Israel membuat penjajah semakin brutal dan terus-menerus memborbardir warga sipil Palestina.

Lalu kekuatan fisik atau militer sebagai jalan membantu kebebasan negeri Palestina dari belenggu penjajah Zionis Israel pun tak mudah dilakukan sebab tidak adanya pemimpin negeri muslim saat ini yang benar-benar niat dan peduli dengan kondisi umat di Palestina. Meskipun adanya fatwa dari komite ijtihad dan Fatwa Persatuan Ulama Sedunia atau Union of Muslim Scholars (IUMS) terkait krisi kemanusiaan di Gaza dengan mengeluarkan 15 fatwa ulama internasional :
1. Serukan jihad melawan Israel
2. Larangan Mendukung Musuh
3. Larangan Pasokan Sumber Daya
4. Seruan untuk Aliansi Militer Bersatu
5. Meninjau Kembali Perjanjian dengan Zionis
6. Jihad Finansial adalah Kewajiban
7. Larangan Normalisasi
8. Ulama Harus Berbicara
9. Boikot Entitas Pendudukan dan Sekutunya artikel
10. Seruan kepada Pemerintah As
11. Boikot Berkelanjutan terhadap Perusahaan Pendukung
12. Mendukung Gaza dengan Bantuan Penting
13. Persatuan umat
14. Doa untuk Gaza
15. Ucapan Terima Kasih dan Penghargaan kepada semua pihak mendukung Gaza. (Viva.co.id 08/04/2025)


Kepemimpinan Islam Solusi Hakiki

Namun meskipun ulama Internasional sudah mengeluarkan fatwa tersebut, apakah bisa membebaskan negeri Palestina dengan segera? Sayangnya dengan sistem Kapitalisme yang dianut saat ini bisa membebaskan penjajahan secara total akan sangat sulit dilakukan. Kapitalisme adalah sumber pemecah persatuan umat muslim, sumber dari sumber segala jenis penjajahan yang terjadi saat ini, baik penjajahan fisik secara nyata terasa atau melalui pemikiran.

Jika umat muslim Palestina dijajah secara fisik oleh Zionis Israel maka berbeda dengan umat muslim di belahan dunia lain, yang sudah terjajah secara pemikiran tidak terasa sudah sangat jauh dari kehidupan Islam. Membuat setiap negeri muslim sibuk dengan kepentingan sendiri-sendiri, bahkan masih menjalin hubungan mesra dengan penjajah Zionis Israel atau negara pendukungnya. Meskipun dengan dalih ingin membebaskan Palestina melalui pendekatan jalur diplomasi, tapi sayangnya sampai hari ini kebebasan negeri Palestina tidak kunjung terjadi.

Bagi Palestina, diperlukan persatuan dan kesatuan seluruh umat muslim di dunia untuk membebaskannya dari penjajahan secara total. Perlu terus membangun kesadaran umat akan solusi hakiki persoalan Palestina yaitu dengan tegaknya kepemimpinan Islam. Karena hanya dengan kepemimpinan Islam lah yang akan mampu membebaskan penderitaan umat di Palestina dari penjajahan. Dengan tegaknya Khilafah, umat muslim akan bersatu dan bisa mengirimkan pasukan untuk berjihad melawan musuh yaitu pasukan Zionis.

Di sisi lain, bagi kaum muslim di Indonesia, juga di negeri-negeri muslim, tegaknya kepemimpinan Islam atau khilafah akan menjadikan semua lini kehidupan diurus dengan syariat Islam, yakni aturan terbaik dari Allah ﷻ. Sehingga akan terwujud kesejahteraan dan keberkahan serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Tegaknya kepemimpinan Islam adalah kewajiban setiap muslim. Dalil-dalil jelas menunjukkan kewajiban tersebut. Umat harus berjuang untuk mewujudkan kewajiban yang menjadi mahkota kewajiban tersebut. Hal ini bisa dimulai dengan membebaskan pemikiran umat dari belenggu sistem kapitalisme dan menggantikan dengan sistem Islam secara kaffah. Maka dibutuhkan adanya jamaah dakwah Islam ideologis yang akan mengarahkan umat berjuang meneladani jalan yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ sehingga persatuan dan kesatuan umat muslim dunia terwujud dan bisa membebaskan umat muslim yang masih terjajah sampai saat ini.

Jika kepemimpinan Islam saat ini belum bisa diwujudkan segera, tak lantas membuat kita menyerah dan pasrah dengan krisis kemanusiaan di Palestina dan negeri muslim lainya. Masih banyak hal-hal kecil yang bisa dilakukan, meskipun belum bisa memberikan dampak berarti.

Sebagai seorang muslim saat saudara sesama muslim kita sedang mengalami penderitaan kita harus mengambil sikap. Seperti hadist Rasullullah ﷺ yang mengumpamakan umat muslim sebagai satu tubuh, "Jika salah satu bagian tubuh ada yang sakit, maka tubuh yang lain akan ikut merasakannya." Maka berdiam diri dan pasrah bukanlah sikap yang dibenarkan saat ini. Yang terjadi di Palestina adalah sebuah kejahatan yang nyata. Maka berdiam diri dengan kondisi seperti ini sama saja kita membenarkan apa yang dilakukan oleh penjajah Zionis.

Hal-hal kecil yang bisa kita lakukan akan membantu dan semoga bisa menenangkan umat muslim di Palestina bahwa mereka tidak sendirian menghadapi penjajah Zionis. Meskipun hanya sekedar bisa mendoakan, melakukan donasi semaksimal dan sebisa kita, terus melakukan boikot produk-produk Pro Zionis Israel dan yang terpenting terus membenahi diri, membebaskan pemikiran kita dari penjajahan kapitalisme sehingga bisa mewujudkan sistem Islam secara kaffah dan menjadi landasan tegaknya kepemimpinan Islam. Serta terus mengikuti update informasi dari negeri Palestina dan negeri muslim lainya di tengah munculnya banyak sekali propaganda barat untuk memecah belah umat muslim dan mengalihkan perhatian dan fokus kita untuk membela umat muslim di Palestina.

Jangan berhenti untuk terus bersuara dan konsisten menyuarakan kebiadaban penjajah. Karena tanpa atau dengan kita kebiadaban dan kedzaliman pada akhirnya nanti akan berakhir. Tentu saja sebagai umat yang sadar tidak ingin berada disisi penonton, meskipun andil kita kecil harus bisa menjadi bagian dari kebebasan negeri Palestina dan negeri muslim lainya kelak.

Apalagi di Palestina terdapat Masjidil Al-Aqsa yang pernah menjadi kiblat pertama umat muslim, dan Palestina merupakan bagian dari negeri Syam tempat dimana Allah menjadikan negeri yang diberkahi di muka bumi ini. Banyak keutamaan dan sejarah kenabian berlangsung di negeri Syam.

Firman Allah tabaraka wa ta’ala:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ [ الإسراء:1]
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. Al-Israa’: 1)

Banyak ayat dan hadist tentang negeri Syam, dan Rosululloh pun mempunyai fokus besar semasa hidupnya terhadap Negeri ini, sampai berhasil dibebaskan oleh sahabat pada masa khalifah Umar. Maka membela dan bersuara untuk Palestina menjadi kewajiban seorang muslim. Sebagai bentuk keimanan dan pertanggungjawaban di Yaumul hisab kelak.

Wallahu a'lam bishawab

Posting Komentar

0 Komentar