TANGISAN ANAK GAZA DAN HISAB KITA


Oleh: Fatma Komala
Ibu Rumah Tangga

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya." (HR. Bukhari, No. 893)

Data dari Biro Statistik Palestina yang dikutip Al Mayadeen menunjukkan bahwa Jalur Gaza kini mengalami krisis anak yatim terbesar dalam sejarah modern. Menjelang Hari Anak Palestina, mereka mengungkapkan bahwa sebanyak 39.384 anak menjadi yatim dalam kurun waktu 534 hari pengeboman. Dari jumlah tersebut, sekitar 17.000 anak kehilangan kedua orang tua dan kini hidup tanpa dukungan serta perawatan yang layak.

Di sisi lain, sejak Israel kembali melakukan serangan usai melanggar kesepakatan gencatan senjata pada 18 Maret 2025, sekitar 100 anak di Gaza tewas atau terluka setiap harinya. Hal ini disampaikan oleh Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, berdasarkan data UNICEF. Ia menggambarkan kondisi ini sebagai tragedi kemanusiaan, di mana masa depan anak-anak terenggut oleh perang yang bukan mereka penyebabnya. (Liputan6.com, 06-04-2025)

Apa kesalahan anak-anak Palestina? Mereka masih polos dan belum menanggung dosa. Namun, akibat kebiadaban ambisi Zionis yang didukung kekuatan besar seperti AS dan sekutunya, kebahagiaan mereka dirampas. Kebutuhan dasar seperti makanan dan air bersih pun tidak mereka miliki, hingga mereka terpaksa mengonsumsi rumput, tanah, bahkan air yang sudah tercemar. Setiap hari mereka menyaksikan kematian orang-orang terdekat, luka tidak hanya merobek tubuh, tapi juga menggores jiwa mereka.

Lalu, apa yang dilakukan dunia yang katanya menjunjung tinggi hak asasi manusia? Hampir tidak ada. Zionis sebagai akar masalah tetap dibiarkan berkuasa dan terus melakukan kejahatan terhadap anak-anak Palestina. PBB, OKI, maupun Liga Arab belum menunjukkan tindakan berarti untuk menghentikan aksi keji tersebut.

Fakta ini menggugurkan segala klaim tentang keberhasilan sistem hukum internasional dan perlindungan anak. Aturan-aturan itu nyatanya tak mampu melindungi anak-anak Gaza dari penderitaan yang terus berlangsung.

Sudah saatnya umat Islam sadar, bahwa tidak ada harapan dari lembaga-lembaga internasional atau aturan buatan manusia. Satu-satunya harapan adalah pada kebangkitan kepemimpinan Islam yaitu Khilafah. Khilafah adalah pelindung sejati umat, yang selama berabad-abad membuktikan keberhasilannya dalam menjaga keamanan rakyat dan mendukung pertumbuhan generasi penerus yang mulia.

Sebagai umat Islam, kita semua memiliki kewajiban untuk berjuang menegakkan kembali Khilafah. Ini adalah bentuk tanggung jawab nyata agar kita tak hanya menjadi saksi bisu atas penderitaan anak-anak Gaza. Persoalan anak-anak Palestina akan selesai ketika penjajahan atas tanah mereka berakhir, dan penyelesaian tuntas hanya bisa diwujudkan melalui jihad dan kepemimpinan Islam.

Dan kelak, anak-anak Palestina akan menjadi saksi di hadapan Allah. Pertanyaannya, apakah kita sudah melakukan sesuatu untuk membebaskan mereka? Ataukah kita hanya diam, tanpa tindakan? Maka, sudahkah kita memiliki hujjah di hadapan Allah Yang Maha Adil?

Wallahu a'lam bishawab.

Posting Komentar

0 Komentar