POTRET PILU HARI RAYA DI PALESTINA, CERMINAN LEMAHNYA KITA


Oleh: Amriane Hidayati
Penulis Lepas

Hari Raya Idul Fitri telah kita lalui dengan suka cita dan berkumpul bersama saudara, namun tidak dengan umat muslim di Palestina dan sekitarnya.

Ketika warga Palestina di Gaza menggelar salat Idul Fitri pada hari Ahad 30 Maret 2025, serangan Israel terjadi serentak di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan hingga di Kota Gaza dan kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara. Serangan ini menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina, 5 diantaranya adalah anak-anak. (Tempo.co, 30-03-2025)

Israel kemudian mengumumkan peluncuran serangan darat baru di Gaza pada Jumat, 4 April 2025. Militer Israel mengatakan pasukan darat telah mulai melakukan operasi di wilayah Shujaiya "untuk memperluas zona keamanan". (Tempo.co, 05-04-25). Hal ini menunjukkan keseriusan Israel untuk memperluas wilayah zona penyangga keamanannya dan mempersempit ruang gerak rakyat Palestina.

Sejak dimulainya kembali agresi Israel pada 18 Maret 2025, otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza mencatat jatuhnya korban sebanyak 1.335 orang tewas dan 3.297 luka-luka. (antaranews.com, 07-04-2925). Agresi tersebut dimulai kembali setelah hampir dua bulan dilakukan kesepakatan gencatan senjata sejak Januari 2025 lalu.


Serangan Brutal terhadap Palestina di depan Mata. Kita Bisa Apa?

Apa yang terjadi di Palestina benar-benar menunjukkan kepada kita, bahwa kita tersekat oleh batas imajiner nasionalisme. Peristiwa mengerikan di depan mata seluruh penduduk dunia bahkan tidak mampu menghentikan genosida di Palestina. Terpecah belahnya negara-negara muslim sungguh melemahkan kita untuk membantu saudara-saudara kita yang terjajah dan tertindas.

Sementara penguasa muslim hanya sebatas beretorika tanpa melakukan aksi nyata dengan dalih ada aturan yang perlu dijaga demi kepentingan dan kestabilan negaranya.

Memang benar adanya, bagi warga Palestina peristiwa ini hakikatnya adalah kemuliaan bagi mereka, karena tanahnya menjadi tanah jihad dan kematiannya menjadi syahid bagi muslim yang bertakwa. Namun bagi kita, ketika di hari pengadilan Allah nanti, siapkah dengan jawaban yang akan kita beri ketika saudara seiman kita tertindas dan tidak ada yang bisa kita lakukan?


Persatuan Hakiki Umat Islam dan Solusi Mendesak untuk Palestina

Melihat fakta yang terjadi mengenai bungkamnya negara-negara Islam dan para penguasanya, menunjukkan bahwa kita tidak dapat mewujudkan pembebasan Palestina dan mengandalkan penyelesaian permasalahan ini pada negara-negara bangsa yang tidak berkhidmat pada Islam maupun pada komunitas Internasional yang sejatinya merupakan perpanjangan tangan para penjajah.

Tetapi dibutuhkan sebuah kekuatan imbang, yaitu sebuah institusi negara yang berdiri di atas visi Islam, yang mampu mewujudkan persatuan umat muslim tanpa tersekat batas-batas imajiner nasionalisme, untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan umat.

Sebuah harapan besar bagi umat Islam untuk memiliki sebuah institusi negara dengan kepemimpinan tunggal yang berperan sebagai pengurus dan penjaga, yang mampu menyatukan seluruh umat Islam, memobilisasi segala potensi yang dimiliki untuk menyelesaikan berbagai permasalahan umat, serta kepemimpinan yang menebar rahmat bagi seluruh manusia.

Inilah negara khilafah yang pernah menaungi umat Islam sejak Rasulullah ﷺ wafat dan menjadikan mereka sebagai sebaik-baik umat dan memimpin peradaban dunia. Tegaknya institusi negara khilafah menjadi solusi mendesak ditengah keterpurukan dan penjajahan terhadap umat Islam saat ini, seperti yang terjadi di Palestina.

Oleh karena itu, diamnya kaum muslimin melihat saudara kita yang tertindas merupakan dosa besar. Kita harus mengambil posisi yang benar untuk turut berjuang menegakkan kepemimpinan Islam dan menolong saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan sebagaimana diperintahkan oleh Allah ﷻ dalam Al-Qur'an surat Al-Anfal ayat 72:

وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
"Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan."

Wallahualam bissawab.

Posting Komentar

0 Komentar