
Oleh: Ustadz Mahmud Al-Laithi
Aktivis Dakwah Mesir
Gaza selalu menjadi benteng keteguhan, simbol kemuliaan, dan duri di tenggorokan penjajahan, meski di tengah blokade, kelaparan, dan kehancuran, meski di bawah serangan udara dan bom, serta meski dikhianati oleh yang dekat sebelum yang jauh. Namun, bencana itu menjadi dua kali lipat lebih parah ketika tetanggamu yang seharusnya menjadi saudaramu berubah menjadi pedagang darah, yang mematok harga tinggi untuk pintu keselamatan, dan menjadikan bantuan kemanusiaan sebagai ladang kekayaan yang luar biasa.
Sejak dimulainya agresi terbaru Yahudi terhadap Jalur Gaza, perhatian dunia tertuju ke selatan, ke arah Mesir, dengan harapan pintu akan dibuka untuk bantuan dan hambatan dihapus bagi mereka yang ingin mencari pengobatan atau keselamatan. Namun, kenyataan jauh lebih menyakitkan dari sekadar bayangan.
Tembok Ketamakan di Perbatasan Gaza
Begitu seseorang menginjakkan kaki di gerbang Rafah dari sisi Mesir, ia langsung menghadapi jaringan eksploitasi terorganisir, yang dijalankan dengan pengawasan keamanan dan dieksekusi melalui tangan-tangan bisnis yang berafiliasi dengan rezim. Di barisan depan terdapat Ibrahim al-‘Arjani, seorang pengusaha yang dikenal dekat dengan lembaga negara, yang namanya telah menjadi simbol perampokan terorganisir di bawah label "Perusahaan Hala".
Al-‘Arjani dan para mitranya menetapkan biaya tinggi kepada penduduk Gaza yang berusaha keluar dari neraka perang, yang dalam banyak kasus mencapai 5.000 dolar per orang, tanpa layanan nyata dan tanpa dimudahkan urusan mereka. Ironisnya, angka-angka fantastis itu dibayarkan dalam kondisi kemanusiaan yang sangat tragis, oleh orang-orang yang telah kehilangan segalanya kecuali nyawa mereka, dan terpaksa menggadaikan sisa harapan demi menyelamatkan anak-anak mereka atau mengobati yang terluka.
Adapun truk-truk bantuan yang seharusnya membawa makanan dan obat-obatan untuk mengatasi kelaparan dan penyakit, telah berubah menjadi transaksi perdagangan yang menjijikkan. Lembaga-lembaga amal, baik internasional maupun lokal, diminta membayar ribuan dolar untuk setiap truk, bahkan ada yang dipaksa memberikan "jatah" langsung kepada aparat keamanan Mesir, yang jumlahnya bisa mencapai 5.000, 10.000 bahkan 20.000 dolar per truk, hanya agar bantuan tersebut diizinkan lewat!
Jenis kebejatan macam apa ini?! Dan rezim seperti apa yang tega menjarah obat untuk yang terluka dan sakit, serta makanan anak-anak?!
Maaf, inilah rezim Sisi, yang pernah menggilas rakyat Mesir sendiri dengan kendaraan lapis baja di Rabaa dan Nahda, serta membawa mayat mereka dengan buldoser tanpa sedikit pun rasa iba. Maka tak mengherankan jika ia memperlakukan warga Gaza seperti ini.
Praktik-praktik ini bukanlah pengecualian atau pelanggaran individual, melainkan buah dari kapitalisme yang berkuasa, dan bagian dari struktur politik yang korup, yang melihat setiap tragedi sebagai peluang bisnis, dan setiap musibah sebagai ladang keuntungan, meski dengan mengorbankan darah. Al-‘Arjani hanyalah sebuah wajah di depan layar; ia menjalankan "bisnis" ini atas nama rezim Mesir yang merestui eksploitasi ini, membuka pintu-pintu baginya, menyediakan dukungan keamanan dan logistik, bahkan memberinya monopoli dalam koordinasi.
Mari kita bicara jujur: rezim Mesir tidak bergerak tanpa arahan, tetapi menjalankan perintah dari tuan-tuannya di Washington dan Tel Aviv, yang melihatnya sebagai penjaga gerbang yang ideal—menghalangi senjata masuk, memperlambat bantuan, dan mengawasi setiap nafas. Ia adalah mitra penuh dalam blokade, meski ia berpura-pura menjadi perantara "netral".
Antara Palu Penjajahan dan Rezim Boneka
Wahai Umat Islam, apa yang terjadi di Gaza bukan sekadar blokade, tapi sebuah pengkhianatan total. Anak-anak Gaza dibunuh dengan roket dan bom, dan yang selamat dibiarkan mati kelaparan atau diperas di perbatasan Mesir. Betapa hinanya orang yang mengaku sebagai "saudara", namun menjarah harta orang-orang yang tertimpa bencana sebagai syarat untuk satu tarikan nafas atau sebutir obat!
Apa salah rakyat Gaza? Bukankah mereka bagian dari kalian? Bukankah Gaza adalah bagian dari negeri kaum Muslimin? Bukankah membebaskan mereka dari blokade adalah kewajiban di pundak kalian? Lalu mengapa kebutuhan mereka dieksploitasi dan penderitaan mereka diperdagangkan? Bukankah seharusnya perbatasan dibuka tanpa syarat bagi mereka? Lalu mengapa ditutup di wajah mereka, dan hanya dibuka demi segenggam dolar?
Bencana ini adalah cerminan dari sistem kapitalisme, yang tidak melihat nilai manusia kecuali dari apa yang ia miliki. Dalam sistem ini, darah tidak dihargai, kehormatan tak dianggap, dan kemuliaan si miskin tak ada artinya. Pemerintah hanya bekerja demi perusahaan-perusahaan, perbatasan dibuka untuk yang membayar, dan ditutup bagi yang tertindas.
Apa yang dilakukan rezim Mesir adalah pelaksanaan langsung dari instruksi penjajah Barat, yang takut jika Gaza bangkit, Palestina merdeka, atau umat ini bergerak untuk menolongnya. Maka Gaza dikepung, perbatasan ditutup, bantuan dijarah, agar semangat perlawanan hancur, dan rakyat Gaza dipaksa menerima kekalahan.
Wahai rakyat Mesir, wahai anak-anak Kinanah: Apa yang dilakukan atas nama kalian di perbatasan Gaza adalah aib yang akan dicatat sejarah. Janganlah kalian menjadi bahan bakar kezaliman ini, dan jangan diam terhadap eksploitasi rezim atas penderitaan saudara-saudara kalian. Bongkarlah tabir pengkhianatan ini.
Wahai kaum Muslimin: Jangan tinggalkan Gaza sendirian, jangan biarkan kelemahannya dieksploitasi, dan jangan izinkan Sisi dan para sekutunya menjaga darah kalian. Berjuanglah untuk kembali menjadi satu umat, yang diperintah dengan syariat Rabb-nya, yang membebaskan negerinya, dan menolong rakyatnya. Gaza tidak menunggu belas kasih, tetapi menanti bala tentara yang akan menolong dan membebaskannya serta mengembalikan kehormatannya.
Kami di Hizbut Tahrir meletakkan solusi mendasar di hadapan kalian secara jelas dan nyata: Tegaknya Khilafah Rasyidah berdasarkan manhaj kenabian; negara yang mempersatukan kaum Muslimin dari Indonesia hingga Maroko, menghapus batas-batas palsu yang digariskan Barat, dan membebaskan Palestina serta seluruh negeri kaum Muslimin yang terjajah.
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللّٰهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظّٰلِمُوْنَ ەۗ اِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيْهِ الْاَبْصَارُۙ
"Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,"(QS. Ibrahim: 42)
0 Komentar