
Oleh: Alex Syahrudin
Jurnalis Lepas
Serang – Sejumlah tokoh nasional dan lokal dari Jakarta dan Banten menyuarakan kecaman keras terhadap proyek reklamasi Pantai Indah Kapuk (PIK)-2 yang dinilai menzalimi rakyat Banten, khususnya di wilayah Tangerang Utara. Dalam pertemuan bertajuk Silaturahmi Syawal Tokoh Jakarta ke Banten yang digelar di Pondok Pesantren An Najah 3, Pabuaran, Serang, Sabtu (5/3), mereka sepakat menyatakan penolakan dan mendesak pemerintah menghentikan proyek tersebut.
Dalam forum tersebut, anggota DPRD Banten dari Fraksi Golkar, Drs. KH Muhsinin, M.Si, menegaskan bahwa kezaliman proyek PIK-2 milik konglomerat Aguan dan Anthony Salim dapat terjadi karena negara bersikap diam. Ia secara tegas menyebut Presiden Prabowo Subianto sebagai pihak yang bertanggung jawab karena memegang otoritas politik tertinggi di Indonesia.
Acara yang diprakarsai oleh tokoh pendiri Provinsi Banten, KH Embay Mulya Syarif, ini dihadiri sejumlah tokoh nasional dan daerah, seperti Mayjen TNI (Purn) Soenarko, Mayjen TNI (Purn) Syamsu Djalal, Dr. KH Sabrawidjaya, Edy Mulyadi, Dr. Marwan Batubara, hingga perwakilan dari berbagai ormas dan aktivis pejuang agraria.
KH Embay dalam sambutannya kembali menegaskan sikap penolakannya terhadap proyek PIK-2 dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi dalam perjuangan. Ia juga mengingatkan pentingnya doa dalam menghadapi kezaliman, dengan mengutip sabda Nabi bahwa doa adalah senjata orang beriman.
Ia mengungkap telah meminta Andra Soni, calon Gubernur Banten, untuk menulis surat kepada Presiden Prabowo agar menghentikan proyek PIK-2. “Banyak agenda perjuangan yang tidak kami publikasikan karena strategi,” tambahnya.
Sementara itu, Mayjen TNI (Purn) Syamsu Djalal mengingatkan bahwa usia senja bukan alasan untuk berhenti berjuang. Ia mendorong agar seluruh tokoh tetap aktif melawan ketidakadilan, meski dengan segala keterbatasan. Dalam kesaksiannya, ia juga menyinggung peristiwa tahun 1997 dan pemberhentian Prabowo dari militer.
Mayjen TNI (Purn) Soenarko turut menyemangati peserta untuk tidak takut dalam memperjuangkan hak rakyat. “Perjuangan harus total, dengan fisik, lisan, dan doa. Kita ini umat beragama, bukan komunis,” tegas mantan Danjen Kopassus ini.
Kritik terhadap negara juga disampaikan Soenarko, yang menilai seluruh instrumen negara telah “terbeli.” “Kekuatan kita tinggal rakyat. Semua pejabat eksekutif, legislatif, yudikatif sudah terbeli. Jangan berharap pada mereka,” katanya lantang.
Aktivis Petisi 100, Dr. Marwan Batubara, menyerukan aksi lanjutan dengan skala besar. Ia menuntut agar semua pihak yang terlibat dalam proyek PIK-2, termasuk Presiden Jokowi, Aguan, Airlangga Hartarto, dan Anthony Salim, diproses secara hukum. “Rakyat yang menjadi korban harus mendapatkan ganti rugi,” ujarnya.
Dalam diskusi yang dipandu Drs. Makmun Muzakki, para tokoh secara bergantian menyampaikan kegelisahan mereka terhadap sikap negara yang dinilai berpura-pura. “Faktanya, proyek tetap berjalan. Reklamasi, pembebasan lahan secara zalim, pengurukan, semua terus terjadi,” lapor salah satu aktivis, Iwan Darmawan.
Di sela-sela acara, terjadi momen santai ketika para tokoh menikmati kelapa muda sambil berbincang. Dalam suasana tersebut, Ahmad Khozinudin, SH, advokat dan Koordinator Tim Advokasi Melawan Oligarki Rakus Perampas Tanah Rakyat (TA-MOR-PTR), secara bergurau menyindir para jenderal yang bungkam terhadap kasus PIK-2. Sindiran itu langsung dibantah oleh Syamsu Djalal yang menegaskan bahwa dirinya dan Soenarko tidak termasuk dalam kelompok tersebut.
“Yang diam itulah Jenderal peliharaan oligarki,” tegas Khozinudin, menutup diskusi ringan itu.
Acara silaturahmi ditutup dengan pembacaan pernyataan bersama untuk menolak proyek PIK-2. Setelah itu, para tokoh bersalaman dan berpamitan untuk kembali ke tempat masing-masing.
0 Komentar