
Oleh: Muhar
Sahabat Gudang Opini
Dalam konferensi pers yang disiarkan secara luas, termasuk oleh Al Jazeera, pada 21 April 2025, Perdana Menteri entitas Yahudi melontarkan pernyataan tegas, “Kami tidak akan mengizinkan berdirinya Khilafah di pesisir Mediterania.”
Ia bahkan menambahkan, “Kami tidak akan menerima kehadiran Khilafah di sini atau di Lebanon, dan kami berupaya untuk memastikan keamanan Israel.”
Pernyataan ini bukan sekadar narasi politik biasa. Ini adalah ekspresi paranoid (ketakutan) yang nyata dari musuh Islam terhadap bangkitnya kembali peradaban Islam dalam naungan Khilafah.
Menariknya, Khilafah yang mereka maksud bahkan belum ada berdiri. Namun reaksi mereka sudah seperti menghadapi ancaman besar yang mengintimidasi eksistensi mereka.
Jika Khilafah yang belum berdiri saja sudah membuat mereka gemetar, bayangkan apalagi jika Khilafah benar-benar tegak.
Apa yang membuat mereka begitu takut? Karena mereka tahu, Khilafah bukanlah sembarang negara. Ia adalah institusi politik yang menyatukan dan wujud Islam ideologis yang diemban oleh umat Islam, yang akan mencabut dominasi imperialisme di dunia, serta mengembalikan kedaulatan syariah atas negeri-negeri kaum Muslimin.
Khilafah juga adalah pembawa visi peradaban yang bertolak belakang dengan hegemoni kapitalisme global yang dengan keadilan risalah Islam dari Allah ﷻ Yang Maha Adil akan menggantikan ketamakan, solidaritasnya menggantikan eksploitasi, dan kedaulatan hukum-Nya menggantikan hukum buatan manusia.
Ketakutan ini bukan hal baru. Sejak keruntuhannya pada 1924, para penjajah Barat senantiasa memastikan agar Khilafah tak pernah kembali. Lewat penjajahan langsung hingga proxy war, dari politik devide et impera hingga sekularisasi pendidikan, mereka terus berupaya menjauhkan umat Islam dari satu-satunya institusi yang mampu membebaskan mereka dari keterpurukan.
Namun kini, di tengah kegagalan sistem kapitalisme global, kesadaran umat terhadap Islam sebagai solusi mulai tumbuh. Seruan Khilafah menggema dari Timur hingga Barat. Dan inilah yang mengguncang para penjaga status quo.
Sebuah peradaban alternatif sedang menuju kebangkitannya, dan mereka tahu sejarah akan kembali berpihak pada Islam.
Negeri-negeri Islam akan bersatu. Kekayaan alam dikelola sesuai syariah. Umat Islam tak lagi menjadi korban perang, kelaparan, dan ketidakadilan. Dunia akan menyaksikan kembalinya pelita peradaban yang pernah menerangi kegelapan Barat di masa lalu.
Maka dari itu, kita dapat simpulkan, pernyataan Perdana Menteri penjahah entitas Yahudi peliharaan penjajah Amerika Serikat (AS) pengemban ideologi kapitalisme itu bukanlah tanda kekuatan mereka. Akan tetapi sebaliknya, pengakuan itu adalah penampakan ketidakberdayaan.
Zionis Yahudi dan sekutunya sadar, ketika Khilafah tegak, bukan hanya dominasi mereka yang akan runtuh, tapi juga kebohongan sejarah yang selama ini mereka bangun.
Maka, wahai kaum Muslimin, jangan pernah ragu. Jika musuh-musuh Islam saja sadar akan kekuatan Khilafah dan sudah sedemikian takut sebelum Khilafah tegak, mengapa kita yang punya janji kemenangan dari Allah dan Rasul-Nya justru harus ragu?
Yakinlah! Tegaknya Khilafah adalah keniscayaan. Dan hari itu semakin dekat, sesingkat hidupnya di dalam kehidupan dunia.
Allah ﷻ berfirman:
ﻭَﺇِﻥَّ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺭَﺑِّﻚَ ﻛَﺄَﻟْﻒِ ﺳَﻨَﺔٍ ﻣِﻤَّﺎ ﺗَﻌُﺪُّﻭﻥَ
“Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj: 47).
0 Komentar