KEPRIBADIAN ISLAMI: LEBIH DARI SEKADAR PENAMPILAN


Oleh: Oktavia
Penulis Lepas

Banyak orang menilai kepribadian seseorang dari cara ia berpakaian, berbicara, atau berjalan. Penampilan fisik yang rapi dan menarik sering dianggap sebagai tanda seseorang yang berkepribadian baik. Tapi, benarkah ukuran kepribadian hanya sebatas itu?


Lebih Dalam dari Sekadar Tampilan

Dalam kenyataannya, manusia memiliki dua sisi yang bisa dilihat secara kasat mata: penampilan fisik dan perilaku. Penampilan bisa mencuri perhatian dengan pakaian yang stylish, wajah yang rupawan, atau tubuh yang atletis. Namun, semua itu hanyalah "kulit luar". Yang benar-benar membedakan seseorang dari yang lain adalah perilaku dan tindakannya.

Al-Qur’an bahkan menyebutkan bahwa kaum munafik memiliki penampilan yang menawan dan kata-kata yang indah, namun mereka diibaratkan seperti kayu yang tersandar, tak bernyawa dan kosong makna (QS al-Munafiqun: 4).

Nabi Muhammad ﷺ juga pernah membandingkan dua orang: satu terlihat terhormat karena penampilannya, dan yang lain tampak miskin dan sederhana. Namun, beliau menyatakan bahwa yang miskin itu lebih baik dari orang pertama meskipun yang pertama memenuhi seluruh isi bumi. Artinya, nilai seseorang tak ditentukan dari penampilan, tapi dari kualitas perilakunya.


Mengapa Manusia Berperilaku Seperti Itu?

Perilaku manusia muncul dari dorongan jasmani, naluri, dan akal. Kita merasa lapar karena tubuh butuh makanan. Kita juga memiliki naluri ingin mencintai, bertahan hidup, dan menghormati sesuatu yang dianggap agung. Tapi manusia juga diberi akal untuk berpikir dan menilai apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah.

Pemikiran ini kemudian membentuk persepsi (mafahim), dan persepsilah yang akhirnya membentuk kecenderungan kita. Misalnya, seseorang mungkin merasa lapar, tapi persepsinya tentang halal dan haram menentukan makanan apa yang akan ia makan.


Kepribadian Islami: Gabungan Pola Pikir dan Kecenderungan Hati

Islam mengajarkan bahwa kepribadian terbentuk dari dua hal penting: pola pikir Islam (aqliyyah Islamiyyah) dan kecenderungan hati Islam (nafsiyyah Islamiyyah).

Aqliyyah Islamiyyah berarti seseorang menggunakan akidah Islam sebagai dasar untuk menilai dan menyelesaikan semua persoalan hidupnya.

Nafsiyyah Islamiyyah adalah ketika seseorang mengarahkan seluruh keinginan dan tindakannya agar sesuai dengan aturan dan nilai-nilai Islam.

Jika hanya memiliki pola pikir Islam tapi tidak mengendalikan hawa nafsu, maka belum sempurna. Sebaliknya, jika hanya memiliki semangat beribadah tapi tidak memahami ajaran Islam dengan benar, bisa saja seseorang justru melakukan hal yang salah tanpa disadarinya.

Seorang Muslim yang memiliki kepribadian Islam adalah mereka yang berpikir dan bertindak berdasarkan Islam, serta mengendalikan hawa nafsunya agar selaras dengan ajaran Nabi Muhammad ﷺ. Seperti sabda beliau:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوَنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga ia membimbing hawa nafsunya mengikuti ajaran yang kubawa.” (HR. al-Arba’in an-Nawawiyah)


Contoh Nyata dari Generasi Terbaik

Rasulullah ﷺ adalah teladan utama dalam hal kepribadian. Para sahabat beliau pun menunjukkan karakter yang luar biasa. Salah satunya Rabi’ah al-Aslami, yang lebih memilih untuk tetap melayani Nabi ﷺ daripada menikah, karena khawatir pernikahan bisa mengalihkan fokusnya. Namun, ketika merenung, ia sadar bahwa Rasulullah ﷺ pasti lebih tahu mana yang terbaik, dan ia siap mengikuti saran beliau sepenuhnya.

Contoh lain adalah Abdullah bin Rawahah, yang dengan tegas menolak suap dari kaum Yahudi saat bertugas membagi hasil panen. Ia berkata bahwa meski ia membenci mereka, ia tidak akan bersikap tidak adil. Ketegasannya membuat mereka berkata, “Dengan sikap seperti inilah langit dan bumi tegak.


Cara Menumbuhkan Kepribadian Islami

Kepribadian Islam bisa dibentuk dan diperkuat. Caranya:
  • Tingkatkan ‘aqliyyah Islamiyyah: Dengan terus belajar dan memperdalam ilmu-ilmu Islam.
  • Perkuat nafsiyyah Islamiyyah: Dengan melatih diri untuk taat kepada Allah, membiasakan ibadah, menjauhi yang haram, bahkan meninggalkan hal-hal yang makruh dan syubhat.

Allah pun menjanjikan bahwa siapa pun yang sungguh-sungguh dalam meniti jalan-Nya, akan dipermudah untuk sampai:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ
Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS al-Ankabut: 69)

Dan juga disebutkan dalam sebuah riwayat:

مَنْ عَمِلَ بِمَا يَعْلَمُ وَرَّثَهُ اللّٰهُ عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Siapa saja yang mengamalkan apa yang dia ketahui, Allah akan menganugerahkan kepada dirinya pengetahuan yang belum dia ketahui.” (Ibnu Muflih al-Maqdisi, Al-Adab asy-Syar’iyyah, 2/130)


Penutup

Kepribadian dalam Islam bukanlah soal gaya atau penampilan luar. Ia adalah cerminan dari akidah yang hidup dalam pikiran dan hati. Ia terlihat dari sikap, keputusan, dan cara seseorang menjalani hidup. Islam memberi bekal sempurna untuk membentuk pribadi yang kuat, jujur, dan mulia, pribadi-pribadi yang tidak hanya baik di mata manusia, tapi juga mulia di hadapan Allah.

Posting Komentar

0 Komentar