IDULFITRI TANPA KHILAFAH


Oleh: Ummu Mubarok
Pengasuh Majelis Taklim

Pada Ahad, 30 Maret 2025, saat warga Gaza, Palestina, merayakan Idulfitri, militer Israel melancarkan serangan yang menewaskan sembilan warga Palestina, termasuk lima anak. Sejak melanggar gencatan senjata dengan Hamas dan melanjutkan serangan 11 hari sebelumnya, Israel telah membunuh lebih dari 900 warga Palestina di Gaza (Tempo.co, 30/3/2025).

Idulfitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam di seluruh dunia. Umat Islam bergembira karena telah berhasil menjalankan ibadah Ramadan yang mulia, meraih banyak kebaikan, serta memasuki bulan Syawal dengan penuh harapan.

Sayangnya, kebahagiaan itu belum dirasakan oleh semua umat Islam, terutama di Palestina dan beberapa wilayah lain. Negeri-negeri muslim masih berada dalam cengkeraman penjajah yang kejam dan brutal. Mereka terusir dari tanah leluhur, terkatung-katung tanpa kepastian, dan menghadapi penderitaan yang tak kunjung usai.

Palestina menjelang Idulfitri 2025. Mereka menghadapi serangan militer, ditambah dengan pemutusan pasokan makanan, bahan bakar, obat-obatan, serta bantuan kemanusiaan oleh Israel.

Namun, semua itu tidak menyurutkan semangat warga Palestina untuk tetap melaksanakan salat Idulfitri, meski hanya di atas reruntuhan masjid yang hancur akibat serangan. Wajar, Idulfitri di Gaza tahun ini disebut sebagai "Idulfitri Kesedihan" karena dirayakan di tengah kehancuran dan krisis kemanusiaan yang parah.


Kapitalisme, Sistem yang Rusak

Fakta ini menunjukkan bahwa kebahagiaan umat belum sempurna. Sebagian umat masih hidup dalam penderitaan, bahkan nyawa mereka terancam. Sejak sebelum Ramadan, selama bulan suci, hingga Syawal, kondisi ini terus berlanjut tanpa kepastian kapan akan berakhir.

Memburuknya keadaan Palestina membuat kita semakin prihatin. Umat Islam semakin terjepit dan menderita, ini disebabkan karena mereka kehilangan perisai yang menjadi pelindungnya. Situasi ini seharusnya membuka mata dan hati, baik bagi umat Islam maupun manusia pada umumnya, bahwa sistem kapitalisme yang sudah berada di ambang kehancuran ini tidak layak menjadi rujukan dalam membangun peradaban.

Beberapa indikator yang mengarah kepada kehancurannya bisa kita lihat dari fakta-fakta sebagai berikut:

Pertama, kesenjangan ekonomi yang ekstrem. Kapitalisme menciptakan jurang kesenjangan yang tajam antara si kaya dan si miskin. Kekayaan hanya berputar di tangan segelintir orang atau pengusaha besar, sementara rakyat kecil kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.

Kedua, eksploitasi sumber daya alam. Kaptalisme mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, yang menyebabkan deforestasi, pencemaran, dan perubahan iklim yang berdampak buruk bagi kehidupan manusia.

Ketiga, krisis ekonomi berulang. Sistem kapitalisme tidak mampu menjamin kesejahteraan jangka panjang, terbukti dengan krisis ekonomi yang terjadi secara berkala.

Keempat, komersialisasi segala aspek kehidupan. Dalam kapitalisme, hampir semua aspek kehidupan diperdagangkan, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga hak asasi manusia.

Kelima, dehumanisasi pekerja. Kapitalisme memperlakukan pekerja sebagai alat produksi, bukan sebagai manusia dengan kebutuhan dan hak yang harus dipenuhi. Buruh sering kali dieksploitasi dengan upah rendah, jam kerja panjang, dan kondisi kerja yang tidak layak.

Keenam, ketidakmampuan menyelesaikan masalah global. Kapitalisme lahir dari pemikiran manusia yang terbatas, sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah global seperti kemiskinan, kelaparan, dan perubahan iklim. Sistem ini lebih berorientasi pada keuntungan individu dan korporasi daripada kesejahteraan rakyat.


Islam Ideologis, satu-satunya Pilihan

Masihkah kita berharap pada sistem kapitalisme yang jelas-jelas rusak dan merusak? Padahal, kita memiliki sistem aturan kehidupan (Islam ideologis) yang telah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ dan sebagai satu-satunya pilihan.

Dari sisi keimanan, Islam adalah sistem yang sahih karena berasal dari Allah ﷻ. Dari sisi sejarah, Islam telah diterapkan secara kafah selama hampir 14 abad dan terbukti mampu membangun peradaban yang gemilang.

Saat ini, fajar kemenangan Islam semakin terlihat jelas. Khilafah yang dinanti akan segera tiba, yang akan membawa kebahagiaan hakiki bagi umat, bukan hanya saat Ramadan, tetapi sepanjang kehidupan. Semoga ini menjadi Idulfitri terakhir bagi Palestina dan umat Islam tanpa naungan khilafah, agar mereka bisa bergembira, dan terlindungi dari orang-orang jahat dan zalim saat ini.

Oleh karena itu, umat harus berjuang lebih masif agar khilafah segera tegak kembali. Karena khilafah adalah perisai hakiki bagi umat Islam. Perjuangan ini harus dilakukan secara kolektif bersama jamaah dakwah yang bertujuan melanjutkan kehidupan Islam.

Perjuangan ini bukan tugas segelintir orang, tetapi tanggung jawab seluruh umat. Umat harus bersatu dan bekerja sama untuk mengembalikan kepemimpinan Islam dengan tegaknya Daulah Islamiyah.

Wallahu a'lam bishshawwab

Posting Komentar

0 Komentar