
Oleh: Nur Indayati
Penulis Lepas
Idul berasal dari kata yang artinya pulang kembali ke asal. Tempat waktunya kita kembali disebut dengan niat. sebagaimana firman Allah di dalam Quran Surat Ali Imron ayat 9, yang yang artinya, “Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan di dalamnya sungguh Allah tidak akan menyalahi janjinya.”
Kalau kita teliti kembali, pengertian pulang kembali ke asal atau mudik itu ada dua jenis. Pertama adalah mudik secara fisik yaitu kembali ke kampung halaman yang kedua mudik secara non fisik yaitu kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Agar manusia bisa mudik tentu membutuhkan bekal. Bekal untuk mudik ke kampung halaman tentu lebih sedikit dibandingkan bekal untuk mudik kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Karena itulah kehidupan yang sebenarnya di mana kita akan dimintai tanggung jawab oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala perbuatan yang kita lakukan di dunia. Sehingga ketika kita masih hidup di dunia kita harus menyiapkan bekal sebaik-baiknya untuk mudik menghadap kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Ramadan adalah bekal untuk mudik menghadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian Agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.”
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk menghadap kepada Allah Karena tempat kembali orang yang bertakwa adalah surga sebagaimana Qur'an surat Ali Imron ayat 133,
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
Takwa juga identik dengan amal saleh karena takwa adalah menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah. Hal ini sebagaimana dalam Qur'an surat al-Baqarah ayat 1 sampai 5 yang artinya, “Alif Lam Mim, Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertakwa yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu Muhammad dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya hari kiamat. Mereka orang-orang yang dapat petunjuk dari Tuhannya. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Makna Fitri
Fitrahnya manusia yaitu adanya naluri untuk dekat kepada Allah, untuk mengkultuskan Allah, sehingga manusia menjadi hamba-hamba Allah yang terbebas dari dosa. Sebagaimana hadis Rasulullah yang artinya, “Barangsiapa menjalankan puasa Ramadan dengan iman dan pengharapan kepada Allah maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” sebagaimana juga perjanjian kita dengan Allah dalam Qur'an surat Al-A’raf ayat 172:
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”
Duka Idulfitri
Idulfitri identik dengan suka cita tapi saudara kita di Palestina merayakannya dengan bom-bom Israel.
Kenapa kita harus peduli dengan Palestina? Karena Allah memerintahkannya. Sebagaimana seruan Allah,
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.” (QS. al Hujurat ayat 10)
Rasulullah ﷺ juga banyak menegaskan tentang persaudaraan. Rasulullah ﷺ bersabda,
اَلْمُـسْــلِمُ أَخُو اْلمُسْلِمَ لَا یَظْـلِمُ وَلَایُظْلَمُ ـ منفق علیھ
“Orang muslim sesama muslim adalah saudara tidak boleh saling menzalimi dan dizalimi.”
وَااللهُ فِى عَوْنِ اْلعَـبْــدِ مَـا كَا نَ اْلعَـبْـدُ فِى عَـوْنِ أَخِـیْھِ ـ رواه مسلم
“Dan Allah senantiasa menolong hambanya selama hamba Nya itu menolong Saudaranya” (HR. Muslim)
Selain itu, Palestina adalah wilayah kaum muslimin dan di dalamnya terdapat Masjidil Aqsa yang merupakan salah satu dari tiga masjid suci yang dimiliki oleh kaum muslimin selain Masjidil Haram di Mekah juga masjid Nabawi di Madinah.
Tidak Ada Satu pun Negeri Islam yang Mengirim Tentara ke Palestina
Sejak peristiwa 7 Oktober 2023 jumlah korban Palestina yang meninggal lebih dari 50.000 orang. Sementara yang luka-luka atau ditawan oleh Israel jumlahnya lebih dari ratusan ribu orang. Namun, sampai saat ini tidak ada satu negeri kaum muslimin pun yang mau mengirim bantuan tentara ke sana. Yang mereka lakukan hanyalah mengirim makanan, bantuan medis, dan beretorika belaka. Padahal yang dibutuhkan oleh kaum muslimin di Palestina itu adalah senjata dan tentara yang siap untuk berjihad mengusir Israel.
Kita tahu bahwa Israel itu dibantu sepenuhnya oleh Amerika dan negara-negara sekutu.
Faktanya hingga saat ini, Palestina khususnya di Gaza belum bisa terkalahkan. Israel yang telah membuat lebih dari 34 perjanjian damai selalu mengingkarinya. Bahkan di bulan Ramadan dan Idulfitri mereka melancarkan serangan ke Gaza, Palestina. Ibarat kata, Palestina itu seperti orang yang sedang ditusuk pedang oleh musuh, tetapi saudaranya malah memberi bantuan makan dan obat-obatan tanpa mengusir atau mencabut pedang yang sudah menusuk di tubuhnya.
Padahal solusi satu-satunya untuk membantu Palestina itu adalah mengirimkan senjata. Kalau negeri-negeri Islam saat ini tidak mau mengirimkan bantuan senjata dan tentara ke Palestina, maka kaum muslimin harus bersatu, berdakwah agar ada sebuah negara yang mau menolong Palestina, dan negara tersebut adalah negara Khilafah.
Tegaknya khilafah ini tergambar dalam Hadis yang diriwatkan oleh Imam Ahmad berikut:
تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون ملكًا عاضًا فيكون ما شاء الله أن يكون، ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها، ثم تكون ملكًا جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة، ثم سكت
هذا الحديث حسن أخرجه أحمد (حديث 18406)
“Nubuwwah ada pada kalian sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia menghendakinya. Kemudian khalifah diatas manhaj nubuwwah sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia mengehendakinya. Kemudian kerajaan yang menggigit sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia mengehendakinya. Kemudian, kerajaan yang diktator sampai Allah kehendaki, hingga dihilangkan ketika Dia mengehendakinya. Kemudian Khalifah di atas Manhaj Nubuwwah. Kemudian beliau diam.” (HR. Ahmad, Hadis Hasan)
Maka refleksi dari Idulfitri saat ini yaitu pahit. Fitri yang maknanya adalah kembali menjadi hamba Allah yang fitrah, yang terbebas dari dosa karena ketakwaan kita kepada Allah, maka ketakwaan itu salah satunya adalah diwujudkan dengan peduli kepada saudara kita di Palestina. Selain itu juga kita mendakwahkan agar segera tegak negara Khilafah yang siap untuk membebaskan Palestina dari cengkraman Israel.
لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ، إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ، وَكُلُّ يَوْمٍ لاَ يُعْصَى فِيْهِ فَهُوَ عِيْدٌ
“Bukanlah disebut id bagi orang yang mengenakan (pakaian) baru, sesungguhnya id itu bagi orang yang ketaatannya bertambah, dan setiap hari yang tiada maksiat di dalamnya itulah id” (Abdul Hamid al-Makki asy-Syafi’i, Kanzu an-Najah wa as-Surur [Damaskus: Dar al-Sanabil, 1430 H/2009 M], h. 263).
0 Komentar