SENI DALAM MENGKRITIK


Oleh: Diaz
Subcriber Ferry Irwandi

Kritik sering kali dianggap sebagai sesuatu yang negatif, penuh kebencian, dan hanya sekadar bentuk perlawanan. Namun, menurut Ferry Irwandi, kritik adalah seni yang membutuhkan strategi dan pemahaman yang tepat agar berdampak dan tidak mudah dimentahkan. "Kritik itu seni, bukan sekadar luapan emosi," ujar Ferry. Lalu, bagaimana cara mengkritik yang benar dan efektif?


Menentukan Tujuan Kritik

Sebelum mengkritik sesuatu, kita harus memahami terlebih dahulu apa tujuan dari kritik yang akan disampaikan. Apakah kritik tersebut bertujuan untuk mendorong perubahan, sekadar meluapkan perasaan, atau mencari perhatian? Menentukan tujuan ini sangat penting karena akan menentukan metode, strategi, dan bentuk kritik itu sendiri.

Ferry menegaskan bahwa kritik tidak selalu identik dengan kebencian. "Justru, kritik yang baik adalah kritik yang membangun dan bisa menjadi bentuk kepedulian terhadap suatu hal. Kalau kita peduli, kita harus bisa memberi masukan dengan cara yang benar," katanya.


Menyesuaikan Metode Penyampaian Kritik

Tidak semua kritik harus disampaikan di ruang publik. Ada kritik yang lebih efektif jika disampaikan secara pribadi, terutama jika tujuannya untuk memperbaiki suatu kondisi tanpa harus menciptakan tekanan sosial yang besar. Sebaliknya, jika tujuan kritik adalah untuk memunculkan kesadaran publik atau memberikan tekanan sosial kepada pihak tertentu, maka penyampaiannya di ruang publik bisa menjadi pilihan.

Menurut Ferry, "Kalau kritik lu sampaikan di ruang publik, pastikan ada alasan yang lebih besar dari sekadar ingin didengar. Harus ada motif yang jelas, misalnya untuk memberikan tekanan sosial agar perubahan terjadi."


Prinsip dalam Menyampaikan Kritik

Agar kritik dapat diterima dan tidak mudah dimentahkan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan:
  • Hindari Serangan Personal: Kritik yang efektif adalah yang berfokus pada substansi, bukan menyerang individu secara personal. Menggunakan kata-kata kasar, ejekan, atau labeling hanya akan membuat kritik kehilangan esensinya. Ferry menegaskan, "Gue selalu menghindari serangan personal dan kata-kata kasar. Kalau kritik lu kuat, lu nggak butuh itu semua."
  • Fokus pada Fakta dan Data: Kritik yang berbasis riset dan logika yang kuat akan sulit untuk dipatahkan. Jika kritik hanya didasarkan pada asumsi atau emosi, maka pihak yang dikritik akan lebih mudah membalas dengan argumentasi yang melemahkan kritik tersebut.
  • Sampaikan Alternatif atau Solusi: Walaupun tidak selalu wajib, memberikan solusi atau alternatif dari permasalahan yang dikritik akan membuat kritik lebih kuat dan konstruktif.


Contoh Kritik yang Efektif

Ferry memberikan contoh bagaimana ia mengkritik tokoh-tokoh publik seperti Mardigu Wowiek dan Willy Salim. Dalam kritiknya, ia tidak menyerang kehidupan pribadi atau masa lalu mereka, tetapi fokus pada kesalahan dalam pernyataan dan tindakan mereka. Dengan pendekatan ini, kritiknya berhasil menarik perhatian, bahkan direspons langsung oleh tokoh yang dikritik.

"Gue nggak pernah bahas kehidupan pribadi mereka. Kritik gue selalu fokus ke substansi. Kalau lo masuk ke serangan personal, lo kasih mereka celah buat ngeles," jelas Ferry.

Sebaliknya, banyak orang yang gagal dalam mengkritik karena mereka terlalu emosional dan menyerang hal-hal yang tidak relevan, seperti kehidupan pribadi atau latar belakang seseorang. Akibatnya, kritik mereka tidak dianggap serius dan justru menjadi bumerang.


Tanggung Jawab dalam Kritik

Ketika mengkritik sesuatu, seseorang harus siap dengan konsekuensinya. Kritik bukan hanya soal berbicara, tetapi juga soal kesiapan menghadapi tanggapan, baik yang positif maupun negatif. Oleh karena itu, penting untuk memiliki argumentasi yang kuat dan tidak lari dari tanggung jawab ketika kritik mendapatkan balasan.

Ferry menegaskan, "Lu harus siap tanggung jawab atas kritik yang lu sampaikan. Kalau lu kabur atau lempar batu sembunyi tangan, kritik lu nggak akan dihargai."


Anonimitas dalam Kritik: Aman atau Berbahaya?

Banyak orang memilih untuk mengkritik secara anonim dengan harapan dapat berbicara bebas tanpa konsekuensi. Namun, Ferry mengingatkan bahwa anonimitas tidak selalu aman. Justru, orang yang menyampaikan kritik secara anonim lebih rentan terhadap tindakan yang tidak terduga, karena identitas mereka yang tersembunyi bisa saja diungkap oleh pihak yang merasa terganggu.

"Jangan pernah berpikir akun anonim itu benar-benar aman. Kalau lu vokal tapi sembunyi, justru lebih gampang buat dihabisi," kata Ferry.


Kesimpulan

Kritik adalah seni yang membutuhkan strategi, pemahaman, dan tanggung jawab. Jika ingin kritik diterima dengan baik, hindari serangan personal, gunakan data yang kuat, dan sampaikan dengan cara yang tepat. Dengan memahami prinsip-prinsip ini, kritik dapat menjadi alat yang efektif untuk perubahan tanpa harus menjadi sasaran balik.

Dengan kata lain, kritik bukan sekadar tentang berbicara, tetapi juga tentang cara berbicara yang benar dan berdampak. Jadi, sebelum mengkritik, tanyakan pada diri sendiri: apakah kritik ini memiliki tujuan yang jelas, berbasis data, dan disampaikan dengan cara yang efektif?

Posting Komentar

0 Komentar