RAMADAN TANPA JUNNAH MAKSIAT TETAP JALAN


Oleh: Ina Ariani
Aktivis Muslimah

Marhaban Ya Ramadan, bulan yang penuh berkah yang memiliki banyak keutamaan, pada bulan Ramadan Allah ﷻ menjanjikan pahala yang berlipat ganda juga ampunan, dan dibukanya pintu surga.

Rasulullah ﷺ bersabda:

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ
Telah datang bulan Ramadan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.” (HR Ahmad).

Rasulullah ﷺ bersabda:

قَالَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ : الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ، وَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Rabb kita ‘azza wa jalla berfirman, Puasa adalah perisai, yang dengannya seorang hamba membentengi diri dari api neraka, dan puasa itu untuk-Ku, Aku-lah yang akan membalasnya” (HR Ahmad, sahih).

Hadist ini jelas menegaskan bahwa puasa adalah perisai yang menahan diri seorang muslim untuk tidak mengerjakan maksiat, yang kelak mengantarkannya ke dalam neraka.

Ramadan adalah perisai yang akan melindungi kita dari segala jenis kemaksiatan asalkan sistem kehidupan hari ini mendukung untuk tetap taat pada syariat Islam.

Namun puasa Ramadan di akhir zaman ini. Tidak sama dengan puasa Ramadan beberapa tahun silam, sebut saja kurang lebih 30 tahun yang lalu, jika bulan Ramadan tiba, banyak umat menyambut dengan gembira, apalagi di kampung-kampung, suasana Ramadani itu memang terjaga, semua menghormati bulan suci Ramadan, walaupun maksiat itu ada, tapi tidak terang-terangan seperti hari ini.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan peraturan Nomor e-0001 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Usaha Pariwisata pada Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1446 H/2025 M. Dalam peraturan itu, terdapat pengecualian mengenai operasional usaha pariwisata di Jakarta selama Ramadhan. Seperti kelab malam, diskotek, mandi uap, rumah pijat, dan arena permainan ketangkasan manual, wajib ditutup, kecuali pariwisata yang di laksanakan di hotel berbintang 4 ataupun 5 khusus klub malam diskotek yang di selenggarakan dekat hotel tersebut selama tidak menyatu dengan pemukiman warga, sekolah, rumah sakit, pendidikan dan rumah ibadah boleh beroperasi. (Republika.co.id, Ahad, 2-2-2025) artinya apa?

Sementara di Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh merevisi aturan dan himbauan kepada warganya saat Ramadan. Ia tidak melarang tempat-tempat hiburan atau klub malam tetap buka, Ia menganggap peraturan itu kaku, (Viva, Kamis, 27-2-2025). Astaghfirullah, kebijakan pemerintah kota serambi Mekah.

Pengaturan jam operasi tempat hiburan selama Ramadan, menunjukkan kebijakan penguasa hari ini tidak benar-benar memberantas kemaksiatan. Apalagi ada daerah yang tak lagi melarang operasinya selama Ramadan. Nampaklah Inilah potret pengaturan berdasarkan sistem kapitalisme yang sekuler yang memisahkan aturan agama dari kehidupan. Paradigma yang digunakan asas kemanfaatan meski melanggar ketentuan syariat. Bahkan kehadiran bulan suci Ramadan pun tak mampu mencegah praktik kemaksiatan. Ini bukti nyata adanya sekularisasi. Di sisi lain, adanya kemaksiatan model ini sejatinya juga menunjukkan gagalnya sistem pendidikan sekuler.

Dalam judul di atas adalah benar, Ramadan tanpa junnah/pemimpin kemaksiatan semakin merajalela. Kenapa? Karena selama kita hidup di dalam sistem yang rusak, keimanan seseorang itu tidak akan kokoh, kemaksiatan terbuka lebar, keimanan seseorang individu akan kokoh jika di dukung oleh sistem yang yang benar yaitu sistem Islam yang di pimpin oleh seorang Khalifah pemimpin umat secara keseluruhan yaitu dunia.

Oleh karena itu kemaksiatan hanya bisa diberantas dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah. Hal ini karena dalam Islam kemaksiatan adalah pelanggaran hukum syarak dan ada sanksinya.

Pengaturan semua aspek kehidupan termasuk hiburan dan pariwisata akan berlandaskan pada akidah Islam, dan bukan dengan asas kemanfaatan. Semua bentuk yang menjerumuskan pada kemaksiatan akan dilarang. Dan akan diterapkan sanksi tegas yang menjerakan.

Begitulah Islam mengatur setiap aspek kehidupan manusia secara keseluruhan. Jadi Islam tidak hanya mengatur urusan ibadah ritual saja, tetapi urusan sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi, aturan pemerintahan apalagi aturan di bulan Ramadhan ini harus memakai aturan Islam, bukan aturan sekuler.

Yang jelas-jelas aturan yang di berlakukan dalam negeri keseluruhan itu sekuler, jelas rusaknya, pemisahan antara aturan agama dengan aturan kehidupan. Oleh karena itu sistem Pendidikan Islam juga sangat berperan penting dalam menghasilkan individu yang bertakwa yang akan berpegang teguh pada syariat Islam baik dalam memilih hiburan maupun dalam membuka usaha/memilih pekerjaan.

Wallahu'alam bishwab

Posting Komentar

0 Komentar