
Oleh: Hamzah Al-Fatih
Aktivis Dakwah
Di sepanjang sejarah umat manusia, salah satu penyakit hati yang terus merusak tatanan kehidupan adalah ashobiyah (fanatisme golongan) dan al-kibr (kesombongan). Penyakit ini bukan hanya terjadi pada masa lalu, tetapi juga terus berulang hingga hari ini, menyebabkan perpecahan, kebencian, dan menutup jalan seseorang dari menerima kebenaran. Rasulullah ﷺ telah memperingatkan bahaya fanatisme ini, sebagaimana dalam hadits:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَىٰ عَصَبِيَّةٍ، وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَىٰ عَصَبِيَّةٍ، وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَىٰ عَصَبِيَّةٍ
"Bukan dari golongan kami orang yang menyeru kepada fanatisme golongan ('ashabiyah), bukan dari golongan kami orang yang berperang atas dasar fanatisme golongan, dan bukan dari golongan kami orang yang mati di atas fanatisme golongan." (Sunan Abi Dawud, no. 5121. Musnad Ahmad, no. 9074. Sunan al-Baihaqi, no. 20573. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' no. 5443)
Namun, dalam sejarahnya ada saja orang yang terjangkiti dengan ashobiyah (fanatisme golongan) dan al-kibr (kesombongan) sehingga mereka menjadi manusia yang menolak ataupun menentang kebenaran berdasarkan ashobiyah bukan berdasarkan fakta.
Sejarah Ashobiyah dalam Umat Terdahulu
- Penolakan Kaum Yahudi terhadap Nabi Muhammad ﷺ
Ketika Nabi Isa 'alaihi salam ditanya oleh para rahib dan kaumnya tentang siapa Nabi akhir zaman, beliau menjawab bahwa Nabi terakhir akan datang dari keturunan Ismail dan berasal dari bangsa Arab. Mendengar hal itu, para rahib dan Bani Israil marah dan menunjukkan ketidaksukaan mereka.Padahal, dalam kitab Taurat mereka sendiri telah dijelaskan ciri-ciri Nabi akhir zaman, tetapi mereka menolaknya karena Muhammad ﷺ bukan dari golongan mereka. Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an:اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَعْرِفُوْنَهٗ كَمَا يَعْرِفُوْنَ اَبْنَاۤءَهُمْ ۗ وَاِنَّ فَرِيْقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُوْنَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang Kami beri Kitab mengenalnya (Muhammad) sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 146)
- Kesombongan Abu Jahal terhadap Kebenaran Islam
Ketika Abu Sufyan bertanya kepada Abu Jahal tentang kebenaran Al-Qur’an, Abu Jahal dengan jujur mengakui bahwa apa yang dibawa oleh Muhammad bukan buatan manusia dan pasti berasal dari Tuhan. Namun, ia tetap menolak beriman dengan alasan:قَالَ أَبُو جَهْلٍ: نِزَاعًا بَيْنَنَا وَبَيْنَ بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، أَطْعَمُوا فَأَطْعَمْنَا، حَمَلُوا فَحَمَلْنَا، أَعْطَوْا فَأَعْطَيْنَا، حَتَّى إِذَا تَجَاثَيْنَا عَلَى الرُّكَبِ، وَكُنَّا كَفَرَسَيْ رِهَانٍ، قَالُوا: مِنَّا نَبِيٌّ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْيُ مِنَ السَّمَاءِ! فَمَتَى نُدْرِكُ مِثْلَ هَذَا؟ وَاللَّهِ لَا نُؤْمِنُ بِهِ أَبَدًا وَلَا نُصَدِّقُهُ"Kami bersaing dengan Bani Abdul Manaf. Mereka memberi makan, maka kami pun memberi makan. Mereka membantu, maka kami pun membantu. Mereka memberi, maka kami pun memberi. Sehingga kami sudah sejajar, bagaikan dua kuda pacuan. Lalu tiba-tiba mereka berkata, 'Dari kami ada seorang Nabi yang menerima wahyu dari langit!' Kapan kita bisa mendapatkan hal seperti ini? Demi Allah, kami tidak akan beriman kepadanya selamanya dan tidak akan membenarkannya!" (Ibnu Hisyam dalam As-Sirah An-Nabawiyyah (1/337). Tafsir Ibnu Katsir, dalam penjelasan QS. Al-An’am: 124. Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir (3/134))Dari ungkapan Abu Jahal diatas menegaskan bahwa 'Kita ini dari Bani Makhzum sedangkan Muhammad dari Bani Abdul Manaf. Sayangnya, Muhammad bukan dari golongan kita'. Inilah bentuk fanatisme golongan yang membutakan seseorang dari kebenaran. Hanya karena Muhammad ﷺ berasal dari suku lain, Abu Jahal enggan menerima risalah Islam, meskipun hatinya mengakui kebenarannya.
- Huyay bin Akhtab, Ayah Shafiyyah binti Huyay
Shafiyyah binti Huyay, salah satu istri Rasulullah ﷺ, adalah seorang keturunan Yahudi. Ayahnya, Huyay bin Akhtab, adalah seorang Yahudi yang sangat memahami isi Taurat. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, Huyay bersama saudaranya berusaha memastikan apakah benar Muhammad ﷺ adalah Nabi yang dijanjikan dalam kitab mereka.Setelah melihat dan mempelajarinya, mereka yakin bahwa Muhammad ﷺ memang utusan Allah. Namun, Huyay tetap menolak beriman dengan alasan yang sama seperti kaum Yahudi lainnya:لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْمَدِينَةَ أَتَى حُيَيُّ بْنُ أَخْطَبَ وَأَبُو يَاسِرِ بْنُ أَخْطَبَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَنَظَرَا إِلَيْهِ وَكَلَّمَاهُ ثُمَّ رَجَعَا إِلَى قَوْمِهِمَا، فَقَالَ أَبُو يَاسِرٍ: أَهُوَ هُوَ؟ قَالَ: نَعَمْ، وَاللَّهِ هُوَ هُوَ، قَالَ: فَمَا تَرَى؟ قَالَ: عَدَاوَتُهُ وَاللَّهِ مَا بَقِيتُKetika Rasulullah ﷺ tiba di Madinah, Huyay bin Akhtab dan saudaranya, Abu Yasir bin Akhtab, mendatangi beliau. Mereka memperhatikan wajahnya dan berbicara dengannya. Setelah itu, mereka kembali kepada kaumnya. Lalu Abu Yasir bertanya kepada Huyay: "Apakah dia (Muhammad) benar-benar Nabi yang dijanjikan?" Huyay menjawab: "Ya, demi Allah, dia adalah Nabi yang dijanjikan!" Abu Yasir bertanya lagi: "Lalu apa sikapmu?" Huyay menjawab: "Demi Allah, aku akan memusuhinya selama aku masih hidup!" (Musnad Ahmad, no. 26440 Sunan Al-Baihaqi, no. 20573 Sirah Ibnu Hisyam, (1/518) Tafsir Ibnu Katsir, dalam penjelasan QS. Al-Baqarah: 89)Huyay bin Akhtab mengakui bahwa Muhammad adalah Nabi, namun Huyay tetap menolak karena Muhammad bukan berasal dari golongan/kelompok/etnis mereka.
Ashobiyah di Zaman Sekarang
Penyakit ashobiyah bukan hanya terjadi di zaman dahulu, tetapi juga merajalela di kalangan umat Islam saat ini. Fanatisme golongan telah menyebabkan perpecahan di antara kaum Muslimin. Contohnya:
- Menganggap kelompok atau harakah tertentu lebih baik daripada yang lain, sehingga meremehkan sesama Muslim.
- Fanatisme terhadap ustadz atau madzhab tertentu, hingga menolak kebenaran dari yang lain.
- Saling menyesatkan dan mentahdzir hanya karena perbedaan pendapat.
Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ، وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ، وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ
"Bukan termasuk golongan kami orang yang menyeru kepada ashobiyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang atas dasar ashobiyah, dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati di atas ashobiyah." (Sunan Abu Dawud, no. 5121. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami', no. 5434)
Allah juga memperingatkan agar kita tidak terpecah belah:
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
"Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah datang kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat." (QS. Ali Imran: 105)
Solusi untuk Menghindari Ashobiyah
- Meningkatkan Pemahaman Agama yang Benar
Seorang Muslim harus belajar agama dari sumber yang sahih, memahami bahwa Islam adalah agama yang mengutamakan persatuan dan bukan perpecahan.
- Mengutamakan Takwa, Bukan Golongan
Kemuliaan seorang Muslim di sisi Allah bukan ditentukan dari kelompoknya, tetapi dari ketakwaannya.
- Meneladani Akhlak Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ selalu mengajarkan persaudaraan Islam tanpa melihat latar belakang suku atau status sosial.
- Meninggalkan Sikap Fanatik Buta
Setiap Muslim harus berpikir objektif dan menerima kebenaran, meskipun datang dari luar kelompoknya.
- Membangun Ukhuwah Islamiyah
Allah memerintahkan kita untuk bersatu dan saling mencintai sebagai sesama Muslim.اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu." (QS. Al-Hujurat: 10)
Kesimpulan
Ashobiyah dan kesombongan telah menjadi penyakit yang menghancurkan umat manusia sejak dahulu hingga sekarang. Contoh nyata dari kaum Yahudi, Abu Jahal, dan Huyay bin Akhtab menunjukkan bagaimana fanatisme golongan bisa menutup seseorang dari menerima kebenaran.
Sebagai umat Islam, kita harus menjauhi fanatisme dan mengutamakan ukhuwah Islamiyah. Hanya dengan meninggalkan ashobiyah dan merangkul persaudaraan sejati, umat Islam dapat bersatu kembali dalam naungan Islam yang hakiki.
Semoga Allah membimbing kita semua untuk selalu berada di atas kebenaran dan menjauhkan kita dari penyakit hati ini. Wallahu a’lam.
0 Komentar