PENTINGNYA LITERASI DALAM ISLAM: PELAJARAN DARI PERISTIWA ISRA MIKRAJ


Oleh: Darul Iaz
Penulis Lepas

Isra Mikraj bukan hanya peristiwa luar biasa dalam sejarah Islam, tetapi juga mengandung pesan mendalam tentang pentingnya literasi dan berpikir kritis dalam kehidupan seorang Muslim. Perjalanan spiritual Nabi Muhammad ﷺ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu naik ke langit, mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang menuntut umatnya untuk mencari ilmu dan memahami ajaran agama secara mendalam.


Literasi dalam Islam: Iqra sebagai Perintah Pertama

Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah "Iqra" yang berarti "Bacalah" (QS. Al-‘Alaq: 1). Ini bukan sekadar perintah untuk membaca, tetapi juga dorongan untuk memahami, menganalisis, dan merenungkan ilmu yang diperoleh. Literasi dalam Islam tidak terbatas pada membaca teks-teks agama, tetapi juga meliputi pemahaman terhadap ilmu pengetahuan, sejarah, dan kehidupan sosial.

Tanpa literasi yang baik, umat Islam rentan terhadap kesalahpahaman dalam memahami agama. Ini dapat menyebabkan praktik yang menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya. Oleh karena itu, setiap Muslim dituntut untuk terus belajar dan meningkatkan pemahamannya agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang keliru.


Isra Mikraj dan Pentingnya Berpikir Kritis

Dalam peristiwa Isra Mikraj, Nabi Muhammad ﷺ menerima perintah salat lima waktu setelah melalui proses negosiasi dengan Allah ﷻ setelah mendapat masukkan Nabi Musa. Awalnya, perintah salat yang diberikan adalah 50 waktu sehari, tetapi Nabi Musa menyarankan Nabi Muhammad untuk meminta keringanan kepada Allah, hingga setelah melakukan negosisai berulang kali ditetapkan menjadi lima waktu sehari.

Hal ini menunjukkan bahwa Islam memberikan ruang untuk berpikir kritis dan memahami kondisi manusia dalam beribadah. Tidak semua perintah harus diterima begitu saja tanpa pemahaman yang mendalam. Islam mendorong umatnya untuk menggunakan akal dan hikmah dalam menghadapi persoalan hidup.


Membedakan Antara "Berserah" dan "Pasrah"

Dalam Islam, ada perbedaan mendasar antara berserah dan pasrah. Berserah berarti melakukan usaha terbaik sebelum menyerahkan hasilnya kepada Allah, sedangkan pasrah adalah sikap menyerah tanpa berusaha. Islam mengajarkan umatnya untuk berserah dengan tetap berikhtiar dan berpikir kritis dalam menghadapi tantangan hidup.

Banyak umat Muslim yang terjebak dalam sikap pasrah, terutama dalam hal pendidikan dan ekonomi. Mereka merasa tidak bisa mengubah nasib tanpa usaha yang nyata. Padahal, Islam sangat menekankan pentingnya menuntut ilmu dan berusaha untuk memperbaiki kehidupan.


Pendidikan sebagai Kunci Kemajuan Umat

Pendidikan dan literasi adalah kunci utama dalam meningkatkan taraf berpikir masyarakat Muslim. Kurangnya akses pendidikan dan rendahnya tingkat literasi sering kali menjadi penyebab utama penyimpangan dalam pemahaman agama. Dalam konteks Indonesia, peninggalan sistem sosial sejak masa penjajahan masih mempengaruhi akses terhadap pendidikan dan ekonomi.

Untuk mengatasi hal ini, umat Islam perlu lebih aktif dalam meningkatkan literasi, baik dalam bidang agama maupun ilmu pengetahuan umum. Informasi yang benar dan pendidikan yang berkualitas akan membantu umat Muslim memahami ajaran Islam dengan lebih baik serta menghadapi tantangan modern dengan lebih bijak.


Literasi sebagai Cahaya Peradaban

Isra Mikraj mengajarkan bahwa perjalanan spiritual dan intelektual adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam Islam. Literasi dan berpikir kritis adalah kunci untuk menjadi Muslim yang cerdas dan berdaya saing. Dengan memahami pentingnya ilmu, umat Islam dapat membangun peradaban yang lebih maju dan tidak mudah terjebak dalam misinformasi.

Islam bukanlah agama yang membiarkan umatnya dalam kebodohan. Sebaliknya, Islam mengajarkan untuk terus belajar, bertanya, dan mencari kebenaran. Dengan semangat "Iqra", umat Muslim dapat menghadapi berbagai tantangan zaman dan membawa kemajuan bagi diri sendiri serta masyarakat luas.

Posting Komentar

0 Komentar