
Oleh: Alex Syahrudin
Jurnalis Lepas
Jakarta – Advokat sekaligus aktivis perlawanan terhadap oligarki, Ahmad Khozinudin, menyoroti kasus pengkhianatan dalam perjuangan rakyat Banten melawan proyek Pantai Indah Kapuk 2 (PIK-2). Dalam beberapa unggahannya, ia menegaskan bahwa perjuangan harus bersih dari mereka yang hanya mencari keuntungan pribadi.
“Sejatinya, pejuang hanya akan berkawan dengan pejuang. Para pengkhianat tidak akan betah duduk dan beriringan dengan pejuang, karena sejak awal beda tujuan,” tulis Ahmad dalam salah satu postingannya. Ia menyinggung seorang tokoh bernama Arwan yang awalnya menginisiasi Kongres Rakyat Banten untuk menolak proyek PIK-2, namun belakangan justru berpihak pada kepentingan investasi.
Ahmad juga menyoroti kiprah Muhammadiyah dalam membela rakyat yang menjadi korban proyek PIK-2. Dalam acara buka bersama yang diselenggarakan oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammadiyah secara tegas menyatakan advokasi terhadap kasus perampasan tanah rakyat di Banten sebagai bagian dari dakwah amar ma’ruf nahi mungkar.
“Apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah di kasus proyek PIK-2 adalah aktivitas dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, sebagai bagian dari kewajiban, komitmen, dan tanggung jawab keagamaan dan kebangsaan,” ungkap Prof. Dr. H. M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum dalam acara tersebut.
Selain itu, dalam diskusi tersebut, beberapa korban proyek PIK-2 menceritakan pengalaman pahit mereka. Salah satunya adalah Charlie Chandra yang kehilangan tanahnya akibat perampasan oleh Agung Sedayu Group. “Ayah saya sampai diungsikan ke Australia dan meninggal di sana karena tekanan ini,” ujarnya.
Kasus serupa juga dialami Haji Fuad, seorang pria berusia 70 tahun yang dipaksa menjual tanahnya seluas 200 hektare dalam kondisi sakit dan diinfus. “Saya ditekan polisi untuk melepas tanah saya di rumah sakit. Sampai sekarang, pembayaran yang dijanjikan juga tidak dilakukan,” keluhnya.
Menanggapi kasus-kasus ini, Ahmad Khozinudin menegaskan bahwa perjuangan melawan oligarki harus terus berlanjut. “Kami rakyat Indonesia tidak menolak pembangunan atau investasi. Tapi kami menolak dan menentang penindasan dan perampasan tanah rakyat, berdalih pembangunan dan investasi,” tegasnya.
Dengan berbagai testimoni korban dan sikap tegas Muhammadiyah, perjuangan melawan oligarki PIK-2 terus mendapat sorotan. Ahmad mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu membela keadilan. “Jika umat Islam bersatu melawan kezaliman, pasti oligarki akan kalah,” pungkasnya.
0 Komentar