KENAIKAN HARGA PANGAN SAAT RAMADAN 2025: TINJAUAN BPS DAN SOLUSI DALAM EKONOMI ISLAM


Oleh: Jihan azzahra
Penulis Lepas

Badan Pusat Statistik (BPS) memperingatkan potensi kenaikan harga pangan menjelang Ramadan 2025, terutama untuk komoditas seperti daging ayam, telur, minyak goreng, dan bawang putih.

Fenomena kenaikan harga menjelang Ramadan merupakan pola yang berulang setiap tahun. Hal ini menunjukkan adanya permasalahan dalam distribusi barang, yang dapat berdampak luas terhadap stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat.

"Setiap menjelang Ramadan memang selalu ada kenaikan harga, tapi kali ini terasa paling parah," ujar Syamsiah, seorang pedagang di Pasar Tamrin, saat ditemui pada Jumat (7/2/2025).


Faktor Penyebab Kenaikan Harga Pangan

BPS mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menyebabkan lonjakan harga bahan pokok menjelang Ramadan, di antaranya:
  • Peningkatan Permintaan Permintaan terhadap telur ayam ras, daging ayam ras, serta bahan makanan lainnya diperkirakan meningkat selama bulan puasa dan menjelang Idul Fitri. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi makanan khas Ramadan serta kebutuhan bahan baku untuk industri kuliner dan pembuatan kue.
  • Harga di Atas Harga Acuan Penjualan (HAP) Pada minggu kelima Januari 2025, rata-rata harga telur ayam ras secara nasional telah melampaui HAP, yaitu Rp31.322 per kg. Kenaikan ini terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, menunjukkan adanya tekanan pada pasar domestik.
  • Tren Kenaikan Harga Komoditas Lain Harga daging ayam ras secara nasional masih berada di bawah HAP (Rp40.000 per kg), tetapi BPS mencatat adanya tren kenaikan yang signifikan, yang berpotensi semakin membebani masyarakat menjelang Ramadan.
  • Distribusi yang Tidak Merata Terdapat ketimpangan harga yang mencolok antarwilayah. Sebagai contoh, di beberapa daerah di Papua, harga daging ayam ras mencapai Rp100.000 per kg, jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah lain. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam rantai distribusi.


Masalah yang Lebih Dalam di Balik Kenaikan Harga

Meningkatnya permintaan sering kali dianggap sebagai penyebab utama kenaikan harga bahan pokok saat Ramadan. Namun, permasalahan ini diperburuk oleh faktor-faktor lain, seperti:
  • Jaminan keberlangsungan produksi pangan yang belum optimal.
  • Gangguan dalam rantai pasok, termasuk peran mafia impor, kartel, dan praktik monopoli.
  • Menurunnya daya beli masyarakat, yang memperburuk dampak kenaikan harga.


Solusi dalam Perspektif Ekonomi Islam

Dalam Islam, ketersediaan pangan dan distribusi yang adil merupakan tanggung jawab negara. Prinsip ekonomi Islam menekankan:
  • Larangan Penimbunan dan Manipulasi Harga Islam melarang praktik penimbunan barang, kecurangan dalam perdagangan, dan manipulasi harga yang dapat merugikan masyarakat.
  • Peningkatan Produksi dan Ketahanan Pangan Negara wajib mendorong peningkatan produksi dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor, serta memastikan stok pangan mencukupi untuk kebutuhan masyarakat.
  • Pengawasan dan Pengendalian Harga Sesuai Prinsip Syariah Pemerintah harus mengawasi distribusi pangan, menghilangkan praktik kartel dan monopoli, serta menjamin harga tetap stabil dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Kenaikan harga pangan menjelang Ramadan 2025 merupakan tantangan besar bagi masyarakat dan pemerintah. Faktor utama yang menyebabkan lonjakan harga meliputi peningkatan permintaan, kenaikan harga di atas HAP, tren kenaikan harga komoditas lain, serta distribusi yang tidak merata.

Namun, di balik itu terdapat masalah yang lebih mendalam, seperti ketergantungan pada impor, gangguan dalam rantai pasok, serta praktik kartel dan monopoli.

Dengan menerapkan prinsip ekonomi Islam, diharapkan kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi secara adil, terjangkau, dan berkelanjutan, sehingga kesejahteraan umat dapat terjaga, terutama selama bulan Ramadan.

Posting Komentar

0 Komentar