BANJIR, MENGAPA TERJADI KEMBALI?


Oleh: Teh Mimin
Muslimah Peduli Umat

Berdasarkan laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung per 9 Maret 2025 pukul 18.00. Telah terjadi banjir di beberapa wilayah Kabupaten Bandung yang mencakup wilayah Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot dan sekitarnya. Tidak kurang dari 61.000 jiwa yang tersebar di 13 kecamatan dan 10.036 rumah terkena luapan air.

Bupati Bandung Dadang Supriatna menyampaikan, bahwa kondisi Jawa Barat, terutama Kabupaten Bandung selalu mengalami banjir jika sedang musim hujan. Terpantau lahan seluas 1.500 hektare yang mengalami rawan banjir. Sebelumnya, area rawan banjir mencapai 4.500 hektare," ucapnya. Banjir paling parah terjadi di Kecamatan Dayeuhkolot. Menurut laporan BPBD Kabupaten Bandung, sekitar 25.000 jiwa dan tidak kurang 6.000 rumah terkena dampak banjir. Genangan paling tinggi tercatat di Kampung Bojongasih RW 4, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, dengan 170 sentimeter. (Kontributor Pikiran Rakyat)

Bencana banjir bukan hanya di Jawa Barat akan tetapi wilayah DKI Jakarta pun terdampak Banjir, kenapa bencana terjadi berulang? Tentu ini harus dicari akar masalahnya, karena bukan sekadar problem teknis, tapi sistemis kebijakan berparadigma kapitalistik yang menghantarkan pada konsep pembangunan yang abaikan pada kelestarian lingkungan dan keselamatan manusia. Ditambah lagi mitigasi yang lemah, sehingga banjir tidak tercegah, dan rakyat pun hidup susah. Maka dari itu pembangunan harus memiliki paradigma yang tepat, sehingga memudahkan kehidupan manusia, namun juga menjaga kelestarian alam.

Maka dari itu Islam mempunyai solusi dalam menyelesaikan masalah banjir, dan supaya bencana banjir tidak berulang. Dalam hal ini Islam memberikan arahan pada Negara bagaimana membangun negara dengan tepat, seperti Islam melarang membangun ditanah yang rawan longsor, Islam juga melarang hutan digunduli karena di hutan banyak pohon yang dijadikan resapan air, mencegah longsor, dan menyimpan cadangan oksigen bagi kehidupan. Islam melarang hutan dialih fungsikan menjadi tempat wisata.

Dengan begitu ini membutuhkan seorang pemimpin yang paham betul bahwa posisinya sebagai pemimpin/penguasa, dan itu hanya ada didalam kepemimpinan yang menerapkan Islam secara kaffah, sehingga memahami posisi penguasa itu sebagai raa'in, maka penguasa akan terus mengurus rakyat dengan baik sehingga rakyat hidup sejahtera, aman dan nyaman, terhindar dari banjir.

Penguasa juga akan menerapkan Islam sebagai asas konsep pembangunan, dimana tidak asal membangun, dan melakukan mitigasi yang kuat untuk mencegah terjadinya bencana, khususnya banjir.

Wallahu alam bissowab.

Posting Komentar

0 Komentar