AL-QUDS: SIMBOL PERJUANGAN UMAT ISLAM


Oleh: Desti Sundari
Muslimah Ibu Generasi

Ramadan 2025 bagi warga Jalur Gaza di Palestina membawa harapan akan ketenangan setelah serangkaian konflik. Militer Israel dan Hamas telah menandatangani perjanjian gencatan senjata pada 19 Januari lalu. Perjanjian ini dilakukan dalam tiga tahap, masing-masing selama 42 hari. Tahap pertama gencatan senjata telah berakhir pada Jumat, 28 Februari, dan tahap kedua semestinya dimulai pada Sabtu, 1 Maret2025. (nomorsatukaltim.com, 1/3/2025)

Hamas menyampaikan sebuah pernyataan yang menyerukan agar umat Islam menjadikan hari-hari dan malam-malam Ramadan sebagai kesempatan untuk beribadah, memperkuat keteguhan hati, serta melakukan perlawanan terhadap musuh dan pemukim ilegal. Mereka juga menyerukan untuk mempertahankan Yerusalem dan Al-Aqsa sampai terbebas dari pendudukan.

Kini, Hamas dan Israel telah melakukan pertukaran. Hamas di gencatan senjata tahap pertama ini berjanji membebaskan 33 orang sandera dan sebanyak 29 orang telah dipulangkan. Delapan orang di antaranya dalam keadaan meninggal. Berdasarkan data Tel Aviv, masih ada 62 sandera yang ditawan Hamas. Sebanyak 35 orang di antaranya diperkirakan sudah tiada.

Adapun Israel berjanji membebaskan 1.900 warga Palestina yang mereka penjara. Di tahap pertama, ada 620 tahanan Palestina yang telah dibebaskan. Mereka diantar dengan kendaraan Palang Merah ke Ramallah di Tepi Barat.

Meskipun demikian, warga Gaza masih menghadapi banyak tantangan, termasuk ketersediaan makanan yang minim dan infrastruktur yang rusak. Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarga dan rumah mereka. Namun, warga Gaza tetap menyambut Ramadan dengan penuh harapan dan keteguhan iman.

Zionis menerapkan pembatasan jemaah salat di kompleks Masjid Al-Aqsa selama Ramadhan dengan dalih keamanan. Fakta itu menunjukkan wilayah ini masih dalam penjajahan, karena keamanan kaum muslimin di tangan orang kafir.

Sementara di Gaza, di tengah gencatan senjata, Zionis menghalangi masuknya bantuan dalam berbagai bentuk. Nampak jelas, zionis mengontrol kaum muslim Palestina, baik di tepi barat maupun Gaza semuanya.

Zionis paham bahwa umat Islam masih menyimpan potensi perlawanan sehingga merasa harus menggunakan cara politik dan militer untuk melakukan penekanan, bahkan di Al-Quds.

Umat Islam Palestina tidak boleh gentar menghadapi kejahatan Zionis yang dibeking AS. Ramadhan semestinya digunakan untuk menguatkan azzam dalam perjuangan melenyapkan penjajahan. Umat Islam tidak boleh lagi berharap pada solusi Barat dan narasi-narasi sesat soal perdamaian.

Entitas zionis adalah muhariban fi'lan (merujuk pada musuh yang secara aktif melakukan tindakan perlawanan atau kekerasan) yang wajib dihadapi hanya dengan bahasa perang yang akan efektif dan solutif jika di bawah komando seorang khalifah.


Penegakkan Kembali Khilafah adalah Qadliyah Mashiriyah

(merujuk pada otoritas hukum yang memiliki peran memberikan saran atau konsultasi dalam proses pengambilan keputusan hukum) yang wajib menjadi agenda utama umat Islam.

Dalam situasi seperti ini, peran komunitas internasional sangat penting dalam membantu warga Gaza membangun kembali kehidupan mereka. Dukungan dan solidaritas dari seluruh dunia dapat membantu mengurangi penderitaan warga Gaza dan memberikan mereka harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Palestina memiliki tempat yang istimewa dalam Islam. Baitul Maqdis, atau Masjid Al-Aqsa, merupakan salah satu dari tiga masjid yang disucikan dalam Islam. Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah seseorang melakukan perjalanan kecuali menuju tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjid Al-Aqsa.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini menegaskan betapa pentingnya Palestina, khususnya Al-Quds, dalam keyakinan dan sejarah Islam.

Wallahualam bissawab.

Posting Komentar

0 Komentar