RAHASIA KESEHATAN DAN STRATEGI IBLIS DALAM MENJERAT MANUSIA


Oleh: Diaz
Subscriber Budi Ashari Official

Dalam episode terbaru podcast Ustadz Budi Azhari, kita diajak untuk menyelami pembahasan yang tidak biasa, melibatkan bintang tamu spesial, dr. Zaidul Akbar, seorang ahli kesehatan yang dikenal dengan pendekatan holistik dan Islami. Episode ini tidak hanya membahas kesehatan fisik, tetapi juga mengupas strategi iblis dalam menjerat manusia melalui titik kelemahan yang telah ia riset sejak zaman Nabi Adam.


Iblis: Bapak Riset Dunia?

Ustadz Budi Azhari memulai pembahasan dengan mengutip sebuah riwayat dari Imam Muslim tentang bagaimana iblis melakukan riset terhadap tubuh Nabi Adam sebelum ia ditiupkan nyawa. Iblis, yang penasaran dengan makhluk baru ciptaan Allah, melakukan survei mendalam terhadap tubuh Adam. Ia mengelilingi tubuh Adam, masuk ke dalam rongga-rongga tubuhnya, dan akhirnya menyimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah.

Iblis itu bapak riset dunia,” ujar Ustadz Budi dengan nada serius namun diselingi canda. Iblis menemukan dua titik kelemahan utama manusia: ajwaf (rongga perut) dan la yatamalak (ketidakmampuan mengendalikan diri). Dua titik inilah yang menjadi senjata utama iblis untuk menjerumuskan manusia.


Ajwaf: Rongga Perut sebagai Titik Lemah

dr. Zaidul Akbar, yang hadir sebagai bintang tamu, menjelaskan lebih lanjut tentang konsep ajwaf. Menurutnya, ajwaf merujuk pada rongga-rongga dalam tubuh manusia, terutama perut. Perut, sebagai pusat pencernaan, memiliki peran krusial dalam kesehatan fisik dan mental. “80% hormon kebahagiaan diproduksi di pencernaan,” jelas dr. Zaidul. Artinya, jika perut tidak sehat, maka kebahagiaan dan keseimbangan emosi seseorang juga akan terganggu.

Iblis, melalui risetnya, mengetahui bahwa manusia mudah tergoda oleh makanan dan minuman. Inilah yang membuatnya fokus untuk menjerumuskan manusia melalui nafsu makan dan minum yang berlebihan. dr. Zaidul menegaskan bahwa banyak penyakit modern, seperti obesitas, diabetes, dan bahkan kanker, berawal dari pola makan yang tidak sehat. “Kalau mau sehat, perbaiki dulu perutnya,” ujarnya.


La Yatamalak: Ketidakmampuan Mengendalikan Diri

Selain ajwaf, iblis juga menemukan bahwa manusia memiliki kelemahan dalam mengendalikan diri, baik dalam hal emosi maupun syahwat. La yatamalak merujuk pada ketidakmampuan manusia untuk mengendalikan amarah dan nafsu, termasuk nafsu makan. dr. Zaidul memberikan contoh bagaimana banyak orang yang melampiaskan emosi negatif dengan makan berlebihan, yang akhirnya menyebabkan obesitas emosional.

Ketika marah, bukannya puasa, malah banyak makan. Ini yang disebut obesitas emosional,” jelas dr. Zaidul. Ia menekankan pentingnya puasa sebagai salah satu cara untuk melatih pengendalian diri. Puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih diri untuk mengendalikan emosi dan syahwat.


Strategi Iblis dalam Merusak Manusia

Ustadz Budi Azhari melanjutkan dengan mengutip Al-Qur’an yang menyebutkan tentang khutuwat syaithan (langkah-langkah setan). Setidaknya ada empat bidang utama yang menjadi target iblis untuk merusak manusia:
  • Keislaman: Iblis berusaha memecah-belah keislaman seseorang, membuatnya tidak konsisten dalam menjalankan syariat.
  • Makanan dan Minuman: Iblis memanipulasi manusia untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak halal dan tidak baik.
  • Tumbuhan dan Ternak: Iblis merusak sumber pangan manusia, baik melalui perusakan lingkungan maupun rekayasa genetika.
  • Penyebaran Kekejian: Iblis menggunakan media untuk menyebarkan perbuatan keji dan maksiat di tengah masyarakat.

dr. Zaidul menambahkan bahwa strategi iblis ini sangat terstruktur dan matang. “Iblis tidak main-main. Dia punya tim dan langkah-langkah yang jelas untuk menjerumuskan manusia,” ujarnya.


Solusi Islam: Kembali ke Syariat

Di tengah serangan iblis yang begitu gencar, Ustadz Budi Azhari dan dr. Zaidul Akbar menegaskan pentingnya kembali kepada syariat Islam. Puasa, misalnya, tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga melatih pengendalian diri. “Puasa itu tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari kebohongan dan fitnah,” tegas Ustadz Budi.

dr. Zaidul juga menyarankan untuk mengikuti pola makan Nabi Muhammad ﷺ, yang mengonsumsi kurma dan madu di pagi hari. “Makanan terbaik adalah yang membuat bakteri baik dalam pencernaan bahagia. Jika pencernaan bahagia, kita juga akan bahagia,” jelasnya.


Penutup: Kesehatan Holistik dalam Islam

Episode podcast ini mengingatkan kita bahwa kesehatan tidak hanya tentang fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Iblis, melalui risetnya, telah menemukan titik kelemahan manusia, tetapi Islam memberikan solusi untuk mengatasi semua itu. Dengan mengikuti syariat Islam, kita tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga terhindar dari jerat iblis.

Sebagai penutup, Ustadz Budi Azhari berpesan, “Jangan sampai riset menjadi Tuhan kita. Wahyu harus tetap di atas segalanya. Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah adalah kunci keselamatan kita.

Dengan pembahasan yang mendalam dan penuh hikmah, episode ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih memperhatikan kesehatan holistik, baik fisik, mental, maupun spiritual, sesuai dengan tuntunan Islam.

Posting Komentar

0 Komentar