PERAN SUAMI DALAM RUMAH TANGGA: ANTARA NAFKAH DAN KEBAHAGIAAN


Oleh: Darul Iaz
Penulis Lepas

Dalam Islam, suami memiliki tiga kewajiban utama dalam mengurus rumah tangga, sebagaimana yang disebutkan dalam Surah An-Nisa. Tiga kewajiban ini meliputi:
  • Menjadi Qawwam – Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, yang menjadi tempat bersandar bagi istri dan keluarganya. Ia harus kuat secara fisik, mental, dan spiritual untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga.
  • Memberikan Pendidikan – Seorang suami wajib membimbing istrinya dalam hal agama dan kehidupan, memastikan keluarganya memahami nilai-nilai Islam.
  • Memberikan Nafkah – Suami bertanggung jawab menyediakan kebutuhan finansial istri dan keluarganya.


Makna Nafkah dalam Islam

Banyak orang memahami nafkah hanya sebatas uang atau materi, padahal nafkah dalam Islam mencakup lima hal utama:
  • Sandang – Suami wajib menyediakan pakaian bagi istrinya. Menurut ulama, minimal suami memberikan pakaian baru setahun sekali.
  • Pangan – Suami harus memastikan istrinya mendapatkan makanan yang sama dengan yang ia konsumsi.
  • Papan – Suami bertanggung jawab menyediakan tempat tinggal yang layak bagi keluarganya.
  • Kesehatan – Suami juga harus memastikan istrinya mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai.
  • Pendidikan – Suami wajib memberikan pendidikan yang baik bagi istrinya dan anak-anaknya.


Apakah Uang Menjamin Kebahagiaan?

Sering kali, alasan perceraian terjadi karena istri merasa tidak bahagia dengan kondisi ekonomi suaminya. Namun, apakah benar kebahagiaan bergantung pada uang?

Banyak orang kaya memiliki rumah megah, kendaraan mewah, tetapi tetap stres dan membutuhkan bantuan psikiater. Bahkan, banyak di antara mereka yang merasa kesepian dan tidak menemukan kebahagiaan sejati. Dalam Islam, kebahagiaan sejati hanya ada di akhirat. Di dunia, yang ada hanyalah ketenangan dan rasa cukup (qana'ah).

Jika seseorang terus mengejar materi, maka ia tidak akan pernah merasa cukup. Hari ini ingin punya ponsel baru, besok ingin yang lebih canggih, dan seterusnya. Allah mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada qana'ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang dimiliki.


Standar Bahagia yang Salah

Banyak orang salah dalam menilai kebahagiaan. Ada yang menganggap kebahagiaan datang dari sekolah di universitas ternama, pekerjaan dengan gaji besar, atau memiliki rumah mewah. Padahal, kebahagiaan sejati adalah menerima apa yang Allah berikan dan mensyukurinya.

Terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain adalah sumber ketidakbahagiaan. Jika seseorang fokus pada kekurangannya dibanding orang lain, maka ia tidak akan pernah merasa puas. Oleh karena itu, daripada menjadikan materi sebagai standar kebahagiaan, lebih baik kita fokus pada apa yang sudah kita miliki dan bersyukur atasnya.


Kesimpulan

Peran suami dalam rumah tangga bukan hanya sekadar mencari nafkah, tetapi juga membimbing dan menjadi tempat bersandar bagi istri. Kebahagiaan dalam rumah tangga tidak bisa diukur dengan jumlah uang, tetapi dengan ketenangan dan rasa cukup dalam hati. Sebagai seorang Muslim, kita diajarkan untuk bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan dan tidak membandingkan diri dengan orang lain. Dengan begitu, kita dapat meraih ketenangan yang sejati dalam hidup.

Posting Komentar

0 Komentar