
Oleh: Arslan
Penulis Lepas
Nasib Palestina kembali berada di ujung tanduk. Gencatan senjata yang sempat disepakati antara Hamas dan entitas Yahudi pada pertengahan Januari lalu nyatanya tak lebih dari sekadar ilusi. Militer Yahudi tetap melanjutkan serangan brutal mereka, kini mengalihkan sasaran ke wilayah Tepi Barat. Dalam beberapa waktu terakhir, setidaknya 70 warga Palestina menjadi korban kebiadaban ini. Fakta ini menunjukkan bahwa entitas Yahudi tidak pernah benar-benar berniat menjalankan gencatan senjata.
Namun, ancaman terhadap Palestina tidak hanya datang dari militer Zionis, tetapi juga dari Amerika Serikat. Presiden AS ke-47, Donald Trump, merancang skenario berbahaya: menguasai Gaza dan merelokasi penduduknya ke berbagai negara, termasuk Mesir, Yordania, dan bahkan Indonesia.
Dilansir dari The Jerusalem Post, utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Wifkoff, pada Minggu (19/1/2025), mengungkapkan bahwa Trump ingin memindahkan sedikitnya dua juta warga Gaza ke Indonesia. Ia beralasan, Gaza sudah tidak layak huni akibat peperangan yang tak berkesudahan. Dengan dalih demi kebahagiaan penduduk Gaza, Trump berupaya menyingkirkan mereka dari tanah airnya sendiri.
Langkah berikutnya, AS berencana mengambil alih Gaza dengan kendali penuh, menghapus segala bentuk perlawanan, dan mengubahnya menjadi kawasan hunian serta wisata. Ancaman semakin nyata ketika Trump secara terbuka memperingatkan bahwa ‘neraka akan pecah’ di Gaza jika Hamas tidak segera membebaskan seluruh tawanan entitas Yahudi sebelum Sabtu, 15 Februari.
Makar Licik Amerika dan Zionis
Sejatinya, ini bukan pertama kalinya Trump menunjukkan keberpihakannya kepada entitas Yahudi. Pada periode pertamanya sebagai Presiden AS (2017-2021), ia secara terang-terangan mendukung Yerusalem sebagai ibu kota Zionis. Pada tahun 2018, AS memutus semua pendanaan untuk UNRWA, badan pengungsi Palestina PBB, agar rakyat Palestina semakin terhimpit. Kemudian, pada 2019, Trump melegitimasi pendudukan Dataran Tinggi Golan oleh Israel dan menyatakan bahwa permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat tidak bertentangan dengan hukum internasional.
Dukungan AS terhadap penjajahan ini tidak lain adalah bagian dari strategi kolonialisme modern. Relokasi penduduk Gaza bukanlah solusi, tetapi justru bagian dari makar berbahaya yang wajib ditentang. Mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka sendiri sama artinya dengan memberikan kemenangan gratis kepada penjajah Zionis.
Sebagian Muslim mungkin menganggap bahwa hijrah adalah satu-satunya pilihan bagi rakyat Palestina. Namun, pandangan ini keliru. Hijrah dalam Islam bukan berarti menyerahkan tanah air kepada penjajah. Allah ﷻ telah mengizinkan kaum Muslim untuk berperang mempertahankan diri, sebagaimana firman-Nya:
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa untuk menolong mereka itu." (TQS al-Hajj [22]: 39).
Kaum Muslim juga diperintahkan untuk mengusir penjajah dari tanah mereka sebagaimana firman-Nya:
وَٱقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُم مِّنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ
"Perangilah mereka di mana saja kalian jumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian." (TQS al-Baqarah [2]: 191).
Dukungan Nyata untuk Palestina
Dukungan umat Islam terhadap Palestina bukanlah dengan menerima relokasi, tetapi dengan memberikan bantuan nyata. Negeri-negeri Muslim harus membuka perbatasan mereka untuk mengirimkan logistik, pangan, dan obat-obatan bagi rakyat Gaza. Para pengungsi yang membutuhkan perlindungan harus diterima sementara, namun dengan tetap memastikan bahwa mereka memiliki jalan kembali ke tanah airnya.
Allah ﷻ berfirman:
وَإِنْ اسْتَنْصُرُوْكُمْ فِي الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمْ النَّصْرُ
"Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama ini maka kalian wajib menolong mereka." (TQS al-Anfal [8]: 72).
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
مَنْ نَفْسَ عَنْ مُؤْمِن كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الْآخِرَةِ
"Siapa saja yang menghilangkan satu kesulitan dari seorang Mukmin ketika di dunia, Allah akan melepaskan dia dari kesulitan di akhirat." (HR Muslim).
Namun, bantuan kemanusiaan saja tidak cukup. Kewajiban terbesar umat Islam adalah mengirimkan pasukan militer untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis. Allah ﷻ berfirman:
فَمَنِ اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ
"Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah dia secara seimbang dengan serangannya terhadap kalian." (TQS al-Baqarah [2]: 194).
Para pemimpin negeri Muslim seharusnya tidak tunduk pada tekanan Barat. Mereka harus berhenti beretorika dan mulai bertindak. Perdamaian semu yang ditawarkan oleh Barat hanyalah jebakan. Allah telah memperingatkan:
فَلَا تَهِنُواْ وَتَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱلسَّلۡمِ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ وَٱللَّهُ مَعَكُمۡ وَلَن يَتِرَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ
"Janganlah kalian lemah dan meminta untuk berdamai, padahal kalian lebih unggul (di atas mereka). Allah pun bersama kalian dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amal kalian." (TQS Muhammad [47]: 35).
Butuh Pemimpin Sejati untuk Melindungi Palestina
Umat Islam membutuhkan kepemimpinan yang kuat, bukan penguasa boneka yang tunduk pada keinginan Barat. Rasulullah ﷺ telah bersabda:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
"Imam (Khalifah) adalah perisai; di belakang dia kaum Muslim berperang dan berlindung." (HR al-Bukhari Muslim).
Palestina bukan hanya masalah kemanusiaan, tetapi masalah umat Islam. Sejak ditaklukkan oleh Khalifah Umar bin Khaththab ra., Palestina adalah tanah kaum Muslim. Memberikan wilayah ini kepada penjajah adalah haram.
Oleh karena itu, solusi sejati bukanlah relokasi, melainkan perjuangan nyata untuk membebaskan Palestina sepenuhnya. Umat Islam harus bersatu, menolak makar Barat, dan menegakkan kembali kejayaan Islam. Inilah satu-satunya jalan untuk membebaskan Palestina dan mengembalikan tanah itu ke pangkuan umat Islam. Allahu Akbar!
0 Komentar