MENAKAR PERNYATAAN 'HIDUP JOKOWI' YANG DILONTARKAN PRABOWO SUBIANTO


Oleh: Nasrudin Joha
Pujangga Politik

Dalam Islam, terdapat kaidah fiqh yang menegaskan bahwa kita menghukumi sesuatu berdasarkan apa yang tampak secara zahir:

نحكم بالظاهر
Artinya: Kami Menghukumi Apa Yang Nampak (Dzahir).

Makna dari kaidah fiqh di atas adalah bahwa manusia tidak mengetahui isi hati orang lain, tetapi yang dinilai adalah tindakan lahiriah yang dapat disaksikan oleh mata. Dengan dasar inilah, amar makruf nahi mungkar ditegakkan.

Jika ada seseorang yang mengaku ulama namun bergaul bebas dengan para wanita yang tidak menutup aurat, maka perbuatannya jelas bertentangan dengan ajaran Islam, meskipun ia beralasan hendak berdakwah. Sebab, dalam Islam, niat baik harus dilaksanakan dengan cara yang syar’i.

الغاية لا تبرر الوسيلة
Artinya: “Tujuan Tidak Bisa Menghalalkan Segala Cara.

Dengan prinsip ini, kita memahami bahwa segala tindakan yang terlihat secara nyata harus dievaluasi berdasarkan hukum Islam dan kebenaran yang hakiki.

Berdasarkan kaidah ini, mari kita menilai pernyataan Prabowo Subianto yang meneriakkan slogan: "HIDUP JOKOWI". Secara zahir, ucapan ini memiliki beberapa implikasi serius yang patut dikritisi, sebagai berikut:

  • Prabowo Subianto Melupakan Rakyat
Sebagai seorang presiden yang dipilih oleh rakyat, sumpah jabatan Prabowo Subianto seharusnya menegaskan komitmennya terhadap konstitusi dan kepentingan rakyat. Namun, ketika ia meneriakkan "HIDUP JOKOWI", hal itu menunjukkan bahwa loyalitasnya lebih condong kepada sosok individu ketimbang kepada rakyat yang telah memilihnya. Presiden bukan dipilih oleh Jokowi, melainkan oleh rakyat. Oleh karena itu, pernyataan tersebut bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi.

  • Menyakiti Hati Rakyat
Dalam konteks kepemimpinan, slogan yang seharusnya diangkat adalah "HIDUP RAKYAT", karena presiden adalah pelayan rakyat. Namun, dengan mengutamakan "HIDUP JOKOWI", Prabowo secara tidak langsung mengabaikan penderitaan rakyat yang telah mengalami berbagai kesulitan akibat kebijakan-kebijakan rezim sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa Prabowo tidak sensitif terhadap aspirasi dan harapan rakyat yang seharusnya ia perjuangkan.

  • Pasang Badan untuk Jokowi
Dengan meneriakkan "HIDUP JOKOWI", Prabowo seolah menunjukkan sikap perlindungan terhadap sosok yang telah meninggalkan banyak persoalan bagi bangsa ini. Padahal, rakyat sudah sangat jelas menuntut pertanggungjawaban atas berbagai kebijakan Jokowi yang merugikan negara, mulai dari hutang luar negeri yang membengkak, proyek-proyek strategis yang kontroversial, hingga ketimpangan ekonomi yang semakin dalam. Jika Prabowo memilih untuk mendukung Jokowi secara terbuka, maka ia telah menunjukkan keberpihakannya yang bertentangan dengan keinginan rakyat.

  • Berseberangan dengan Rakyat
Saat ini, banyak suara yang menggaungkan tuntutan untuk mengadili Jokowi atas berbagai kebijakannya. Namun, alih-alih merespons aspirasi tersebut, Prabowo justru meneriakkan "HIDUP JOKOWI". Ini bisa diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap kehendak rakyat yang ingin menegakkan keadilan. Apakah ini pertanda bahwa Prabowo lebih memilih untuk menjaga kepentingan Jokowi dibandingkan menjalankan amanah rakyat?


Sebagai kaum Muslim, amar makruf nahi mungkar adalah kewajiban yang harus ditegakkan dalam kondisi apapun. Tidak peduli siapa yang berkuasa, kewajiban untuk menegakkan kebenaran tetap harus dilakukan. Oleh karena itu, kritik terhadap Prabowo Subianto yang telah mengucapkan "HIDUP JOKOWI" adalah bagian dari bentuk kontrol sosial yang harus dilakukan demi kemaslahatan umat.

Islam tidak mengajarkan kepatuhan kepada pemimpin secara buta, melainkan kepatuhan yang berlandaskan kebenaran. Kita tidak akan diam ketika melihat kebatilan merajalela, siapapun yang menjadi pemimpinnya. Karena pada akhirnya, hanya kepada Allah kita berserah diri dan hanya kepada hukum-Nya kita tunduk.

Maka dari itu, penting bagi umat untuk tetap kritis dan tidak terjebak dalam fanatisme terhadap individu. Sebab, yang lebih penting dari sekadar nama pemimpin adalah bagaimana kebijakan dan tindakannya selaras dengan nilai-nilai Islam dan kepentingan rakyat. Jika tidak, maka amar makruf nahi mungkar tetap harus ditegakkan!

Posting Komentar

0 Komentar