MEMAHAMI TAKDIR DAN UJIAN DALAM KEHIDUPAN


Oleh: Dzaki Fadil
Penulis Lepas

Dalam kehidupan ini, banyak hal yang terjadi di luar kendali kita, sementara beberapa hal lain dapat kita pilih dan tentukan. Konsep takdir sering kali menjadi bahan diskusi yang mendalam dalam ajaran Islam, dan untuk memahaminya dengan baik, kita harus menyadari dua kategori utama dalam takdir: hal yang dapat kita pilih dan hal yang tidak dapat kita pilih.


Pilihan dalam Takdir

Jika seseorang masih memiliki pilihan terhadap sesuatu, maka ia harus memilih yang terbaik dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan balasan terbaik pula. Sebaliknya, jika suatu peristiwa sudah terjadi di luar kendali kita, maka kita harus menerimanya sebagai bagian dari takdir Allah dan mengimaninya dengan penuh ketundukan. Sikap ini bukanlah bentuk pasrah tanpa usaha, melainkan bagian dari keimanan kepada Allah yang Maha Mengetahui.


Kisah Umar bin Khattab dan Wabah di Syam

Sebuah kisah menarik tentang takdir terjadi di masa Khalifah Umar bin Khattab. Saat itu, Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam dari Madinah, menempuh jarak sekitar 1.200 km. Ketika hampir sampai, datang utusan yang memberi kabar bahwa daerah tersebut sedang dilanda wabah mematikan.

Mendengar hal ini, Umar segera mengumpulkan para sahabatnya untuk bermusyawarah. Setelah berdiskusi, diputuskan bahwa rombongan akan kembali ke Madinah demi menghindari bahaya. Keputusan ini diambil karena mereka masih memiliki pilihan untuk masuk atau tidak ke daerah wabah.

Namun, Gubernur Syam, Abu Ubaidah bin Jarrah, yang dikenal sebagai seorang sahabat yang sangat amanah, mempertanyakan keputusan Umar. Ia berkata, "Wahai Umar, apakah engkau lari dari takdir Allah?" Umar menjawab dengan bijak, "Aku lari dari satu takdir Allah menuju takdir Allah yang lain." Artinya, keputusan untuk kembali ke Madinah juga merupakan bagian dari takdir Allah, tetapi dalam hal ini, mereka masih memiliki pilihan dan harus memilih yang terbaik.

Lalu datanglah Abdurrahman bin Auf yang menyampaikan sabda Rasulullah ﷺ tentang wabah:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
"Jika kalian mendengar ada wabah di suatu daerah, janganlah kalian memasukinya. Dan jika kalian berada di dalamnya, janganlah keluar darinya." (HR. Bukhari & Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, ada takdir yang bisa kita pilih dan ada yang tidak.


Konsep Ujian dalam Hidup

Hidup ini adalah ujian. Allah memberikan ujian kepada manusia untuk mengungkap siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang berpura-pura. Seperti dalam firman Allah:

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." (QS. Al-Mulk: 2)

Jika seseorang diuji dengan suatu keadaan yang dapat ia pilih, maka ia harus memilih jalan terbaik. Namun, jika keadaan itu tidak bisa diubah, maka ia harus bersabar dan bertawakal kepada Allah. Sebagai contoh, seseorang tidak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan. Itu adalah bagian dari takdir yang harus diterima.


Menghindari Pertanyaan yang Tidak Relevan

Dalam memahami takdir, kita tidak boleh masuk ke ranah yang di luar pemahaman manusia, seperti mempertanyakan mengapa Allah menguji manusia jika Dia sudah mengetahui segalanya. Ini ibarat seorang murid yang mempertanyakan mengapa ia harus mengikuti ujian, padahal gurunya sudah tahu siapa yang akan lulus dan tidak. Faktanya, ujian ada agar setiap orang membuktikan kemampuannya sendiri.

Allah tidak membutuhkan ibadah kita, tetapi ujian ini diberikan agar manusia mengetahui siapa yang sungguh-sungguh beriman dan siapa yang tidak. Maka, tugas utama kita adalah bagaimana cara menjalani ujian ini dengan baik agar lulus dan mendapatkan balasan terbaik di akhirat.


Kesimpulan

Takdir adalah ketentuan Allah yang terbagi menjadi dua: yang bisa dipilih dan yang tidak bisa dipilih. Jika masih bisa memilih, maka pilihlah yang terbaik. Jika tidak bisa memilih, maka bersabarlah dan bertawakal kepada Allah. Hidup ini adalah ujian, dan yang paling penting bukan mempertanyakan mengapa kita diuji, tetapi bagaimana cara kita menjalani ujian ini dengan baik agar mendapatkan ridha Allah.

Wallahu a’lam bishawab.

Posting Komentar

0 Komentar