KUNCI KESEIMBANGAN DALAM KELUARGA


Oleh: Fattah Ghadi
Penulis Lepas

Dalam sebuah kajian yang disampaikan oleh Ustaz Felix Siauw, beliau menyoroti fenomena yang cukup menggelitik sekaligus mengkhawatirkan: kajian-kajian parenting dan keluarga justru lebih banyak dihadiri oleh para ibu dibandingkan para ayah. Akibatnya, ilmu tentang membangun keluarga yang harmonis dan Islami lebih banyak diserap oleh istri, sementara suami seolah tidak mendapatkan nasihat yang seimbang. Hal ini menjadi cerminan dari kondisi yang lebih besar, yaitu krisis kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga—yang bahkan disebut sebagai Fatherless Nation oleh psikolog Ali Risman.

Padahal, Islam telah menegaskan bahwa laki-laki memiliki peran utama dalam keluarga sebagai qawwam bagi perempuan, sebagaimana dalam firman Allah:

...اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤ
Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan… (QS. An-Nisa: 34)

Namun, banyak laki-laki yang justru gagal memahami dan menjalankan peran ini dengan baik. Mereka menuntut hak dari istri, tetapi abai terhadap kewajibannya sebagai suami. Fenomena ini melahirkan apa yang Ustaz Felix sebut sebagai "suami bajigur"—suami yang hanya menuntut tanpa memahami tanggung jawabnya.


Menjadi Qawwam: Lebih dari Sekadar Pemimpin

Konsep qawwam bukan sekadar bermakna "pemimpin" dalam arti otoritas, tetapi lebih dalam lagi: ia berarti pasak, penyangga, pilar yang kokoh bagi rumah tangganya. Sebuah rumah berdiri tegak karena pilar-pilar yang kuat, begitu pula keluarga yang harmonis lahir dari peran suami yang bertanggung jawab.

Menjadi qawwam berarti:

  • Menjadi Pelindung
Seorang suami harus melindungi istri dan keluarganya, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual. Ini bukan sekadar "melindungi karena perempuan itu lemah," tetapi sebagai wujud kejantanan sejati. Contoh kecil yang diberikan Ustaz Felix adalah bagaimana ia selalu menempatkan dirinya di posisi strategis saat menyeberang jalan—bukan karena meremehkan perempuan, tetapi sebagai bentuk tanggung jawab seorang laki-laki.

  • Menjadi Pemberi Nafkah dan Penopang Keluarga
Islam menegaskan bahwa tanggung jawab finansial ada di tangan suami. Ini bukan berarti perempuan tidak boleh bekerja, tetapi suami tidak boleh bergantung pada istrinya untuk kebutuhan rumah tangga. Laki-laki sejati akan berusaha maksimal dalam mencari nafkah demi keluarganya.

  • Menjadi Pemimpin yang Bijak
Banyak laki-laki yang memahami kepemimpinan dalam rumah tangga hanya sebagai kekuasaan atas istri, padahal Islam mengajarkan bahwa kepemimpinan adalah pelayanan. Rasulullah ﷺ adalah contoh terbaik—beliau tidak hanya menjadi imam bagi umatnya, tetapi juga sosok yang penuh kasih dalam keluarganya.


Memahami Fitrah dan Peran Laki-Laki

Ustaz Felix juga menyoroti bagaimana zaman sekarang memunculkan narasi tentang toxic masculinity, seolah kejantanan itu sesuatu yang harus dikurangi. Padahal, Islam justru menekankan bahwa laki-laki harus lebih dibandingkan istrinya dalam perkara tertentu:
  • Lebih bertanggung jawab dalam keputusan-keputusan besar;
  • Lebih logis dalam berpikir dan bertindak;
  • Lebih kuat dalam menghadapi tantangan dan ujian;
  • Lebih berani dalam mengambil risiko untuk keluarganya.

Bukan berarti perempuan tidak bisa kuat atau mandiri, tetapi keseimbangan dalam rumah tangga membutuhkan laki-laki yang memahami perannya sebagai pemimpin, pelindung, dan penopang utama.


Krisis Laki-Laki, Krisis Umat

Jika laki-laki tidak lagi memahami dan menjalankan peran qawwam, maka ini akan berdampak luas. Bukan hanya rumah tangga yang kacau, tetapi juga generasi yang lahir dari keluarga tersebut akan tumbuh tanpa figur ayah yang kuat. Inilah mengapa Islam memberikan perhatian besar pada peran laki-laki dalam membangun peradaban.

Kesadaran ini harus dimulai dari setiap laki-laki Muslim. Mulailah dengan memahami tanggung jawab sebagai suami, ayah, dan pemimpin keluarga. Jangan biarkan ilmu parenting dan keluarga hanya menjadi beban istri, sementara suami hanya menjadi penuntut hak tanpa memahami kewajibannya.

Sebagaimana Ustaz Felix menutup pembahasannya, Islam telah memberikan panduan yang sempurna bagi laki-laki untuk menjalankan perannya. Maka, saatnya kembali kepada Islam, memahami fitrah laki-laki, dan menjalankan peran sebagai qawwam dengan penuh tanggung jawab.


Penutup

Jika kita ingin melihat umat yang kuat, kita harus mulai dari keluarga yang kuat. Dan keluarga yang kuat hanya bisa lahir dari laki-laki yang memahami dan menjalankan peran mereka sebagai qawwam.

Sudahkah kita menjadi laki-laki yang sejati? Atau masih menjadi "suami bajigur" yang hanya menuntut tanpa menjalankan tanggung jawab?

Wallahu a’lam bishawab.

Posting Komentar

0 Komentar