
Oleh: Alraihah
Jurnalis Palestina
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab mini yang digelar di Arab Saudi pada Jumat, 21 Februari, dihadiri oleh para pemimpin Arab dari Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, Kuwait, Bahrain, dan Yordania. Namun, pertemuan ini berakhir tanpa pernyataan resmi. Seharusnya, KTT ini membahas sikap mereka terhadap rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang ingin mengusir penduduk Gaza ke negara-negara seperti Mesir dan Yordania, serta mencari alternatif atas proposal tersebut. Namun, yang terjadi justru sekadar obrolan politik santai tanpa keputusan konkret, yang tercermin dari suasana pertemuan hingga foto-foto yang diambil.
KTT Tanpa Tekanan dan Ekspektasi Rendah
Sebelum pertemuan, Arab Saudi telah menurunkan ekspektasi dengan menyebut KTT ini sebagai "pertemuan persaudaraan yang tidak resmi." Para pengamat melihat ada beberapa alasan di balik langkah ini. Salah satunya adalah rencana alternatif yang sedang disusun oleh Mesir bersama negara-negara Arab lainnya masih belum jelas. Selain itu, Arab Saudi tampaknya tidak ingin pertemuan ini menjadi panggung konfrontasi dengan Trump dan Israel, mengingat mereka memiliki kepentingan dalam proses normalisasi hubungan dengan keduanya.
Para pemimpin Arab tampaknya juga sepakat menjadikan pertemuan ini sebagai forum konsultatif agar tidak menanggung konsekuensi kegagalan secara individu. Mereka juga tidak ingin KTT ini melemahkan pertemuan darurat Liga Arab di Kairo pada 4 Maret mendatang. Jika KTT Riyadh menghasilkan keputusan apa pun, mereka berharap negara-negara Arab lainnya menyetujuinya tanpa banyak perdebatan.
Para Pemimpin Arab: Boneka Tanpa Kuasa
Di balik berbagai tafsiran, satu hal yang jelas: para pemimpin Arab yang hadir hanyalah boneka tanpa kuasa. Mereka hanya menolak pengusiran penduduk Gaza sejauh yang diizinkan oleh Amerika. Jika pun mereka tidak sepakat dengan Trump, mereka hanya menyampaikan "nasihat" tanpa keberanian untuk menentang secara nyata.
Trump sendiri, dalam pernyataannya pada 21 Februari 2025, mengatakan, "Saya tidak akan memaksakan pengusiran, hanya mengusulkannya. Amerika akan menciptakan situasi di mana Hamas tidak ada lagi dan Gaza dapat dikembangkan." Ia berasumsi bahwa penduduk Gaza akan memilih pergi jika diberikan kesempatan. Setelah pernyataan ini, para pemimpin Arab merasa lega karena mereka dapat mencari alternatif yang tetap sejalan dengan keinginan Trump tanpa harus melakukan pengusiran secara langsung.
Rencana Alternatif: Jalan Lain Menuju Tujuan yang Sama
Trump menyebut bahwa salah satu cara menguasai Gaza adalah dengan menyingkirkan Hamas dan membangun kembali wilayah tersebut. Mesir pun menyusun rencana alternatif yang berfokus pada dua hal: pertama, mengalokasikan dana besar (sekitar 50 miliar dolar) untuk rekonstruksi Gaza; kedua, menekan Hamas agar menyerahkan senjata dan tidak lagi terlibat dalam pemerintahan Gaza pascagencatan senjata. Ini sejalan dengan pilihan yang diberikan Trump tentang masa depan Gaza.
Setelah mendapat penolakan luas dari komunitas internasional atas pengusiran langsung, Trump kini mengambil pendekatan lebih halus: mengandalkan Israel untuk menyelesaikan aspek militer dan keamanan, serta meminta penguasa Muslim untuk fokus pada rekonstruksi, penyediaan dana, dan perlucutan senjata Hamas. Hal ini mulai dibahas secara terbuka dalam pernyataan para pemimpin Arab. Sekretaris Jenderal Liga Arab bahkan menyatakan, "Jika untuk kepentingan Palestina bahwa Hamas mundur, maka biarlah mereka mundur."
Umat Islam Tidak Akan Tinggal Diam
Trump dan sekutunya mengira bahwa para pemimpin boneka ini akan terus setia kepada mereka. Namun, mereka lupa bahwa umat Islam kini semakin sadar. Kejahatan mereka telah terbongkar, terutama setelah Operasi "Banjir Al-Aqsa." Umat Islam semakin memahami bahwa para pemimpin ini bukanlah pelindung, melainkan musuh yang mengkhianati mereka.
Seiring waktu, ketika Allah menghendaki, umat Islam akan bangkit untuk menegakkan kembali Khilafah Rasyidah berdasarkan metode kenabian. Sistem ini akan menghancurkan dominasi kaum kafir, membebaskan Palestina, dan melindungi seluruh wilayah kaum Muslimin. Trump dan pendukungnya akan bernasib sama seperti para penguasa Romawi dan Persia yang dikalahkan oleh umat Islam di masa lalu. Inilah kenyataan yang akan mereka hadapi, meski mereka berusaha menutupinya dengan tipu daya dan konspirasi.
0 Komentar