![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJDg6VmZPzdgBFlEbmMd16lCheMoIbya2EalNt4OCCZaOGsqhNt_w8obqoAorV3jCY18isQFV1KWPysZKV4W2CeEcqAUT2sF4tcLLYXQscNnoJeTMyDeW-SGjmP7JyXe3GfR-r-MII5rkZbSGNaCtOQV72vgwCT2DNLeYQvPl73-IaMhkojl7AMtZ0/s16000/Gudang-Opini-Ahmad-Khozinudin.jpg)
Oleh: Darul Iaz
Penulis Lepas
Aksi unjuk rasa menolak proyek reklamasi Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 kembali menjadi sorotan. Salah satu aktivis yang turut hadir dalam aksi ini, Ahmad Khozinudin, mengalami intimidasi dari kelompok preman saat hendak bergabung dengan massa aksi di Desa Muncung, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang.
Dalam wawancara terbaru, Ahmad Khozinudin mengungkapkan bahwa dirinya mendapat undangan untuk mengikuti aksi protes terhadap pengurukan lahan yang dilakukan oleh pengembang PIK 2. Namun, setibanya di lokasi, ia justru dihadang oleh sekelompok orang yang diduga preman.
“Saya sempat mampir sarapan sebelum ke lokasi. Saat sampai di sana, saya melihat banyak warga dan aparat kepolisian, sehingga saya berpikir lokasi aksi aman. Namun, ternyata area tersebut telah dikuasai oleh preman,” ungkapnya.
Ia menceritakan bahwa preman-preman tersebut mulai berdatangan, menanyakan tujuannya ke sana. Merasa situasi tidak kondusif, ia berpura-pura hanya sekadar melintas. Namun, hal itu tidak menghindarkannya dari intimidasi. “Mereka terus menghadang dan akhirnya terjadi keributan. Yang mengejutkan, polisi yang ada di lokasi tidak mensterilkan area dari preman, tetapi justru menarik saya menjauh,” tambahnya.
Ahmad juga mengungkapkan kecurigaannya terhadap adanya koordinasi antara pihak tertentu dengan preman-preman tersebut. “Preman biasanya takut dengan polisi. Kalau ada preman yang berani bertindak kasar di dekat polisi, saya menduga ada sesuatu di balik ini,” katanya.
Situasi akhirnya mereda setelah peserta aksi dalam jumlah besar tiba di lokasi. Preman-preman tersebut mundur setelah kalah jumlah, bukan karena intervensi kepolisian. Aksi pun tetap berjalan dan Ahmad Khozinudin sempat berorasi di hadapan massa aksi.
0 Komentar