
Oleh: Alraiah
Jurnalis Pelestina
Sejak runtuhnya Khilafah, hukum Allah tidak lagi diterapkan dalam pemerintahan di negeri-negeri Muslim. Umat Islam terpecah belah menjadi negara-negara kecil yang lemah, dipisahkan oleh batas-batas yang ditentukan oleh penjajah. Negeri-negeri ini dipimpin oleh penguasa boneka yang lebih mengutamakan kepentingan tuan mereka daripada kepentingan umat. Akibatnya, umat Islam kehilangan pemimpin sejati yang akan memastikan kesejahteraan mereka, yang tidak akan merasa tenang hingga rakyatnya hidup aman dan sejahtera. Sejak saat itu, negeri-negeri Muslim berada di bawah kendali penjajah, sementara sumber daya mereka dieksploitasi demi kepentingan asing.
Salah satu permasalahan yang terus berulang setiap tahun adalah perbedaan dalam menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri. Penguasa boneka menjadikan persoalan ini sebagai alat politik, sehingga umat Islam di berbagai negara tidak berpuasa dan tidak berhari raya pada hari yang sama. Mereka beralasan dengan perbedaan tempat terbit bulan (ikhtilaf al-matali') dan mengandalkan perhitungan astronomi, padahal dalil syariat telah jelas dalam masalah ini.
Islam telah mengatur segala aspek kehidupan, termasuk cara menentukan awal bulan Hijriah. Allah berfirman:
اِنَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَآ اَرٰىكَ اللّٰهُ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) dengan membawa kebenaran, agar kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu." (QS. An-Nisa: 105).
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَ أَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ
"Jika kalian melihat bulan (hilal), maka berpuasalah. Dan jika kalian melihatnya, maka berbukalah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain, beliau menegaskan:
فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ
"Jika hilal tertutup awan, maka sempurnakanlah hitungan bulan Sya'ban menjadi tiga puluh hari." (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika ada metode lain yang sah untuk menentukan awal bulan selain rukyat, tentu Rasulullah ﷺ akan menyampaikannya.
Adapun klaim tentang perbedaan tempat terbit bulan, tidak memiliki dasar dalam syariat. Bulan, matahari, dan bumi adalah sama bagi seluruh umat Islam, sehingga tidak relevan menggunakan alasan perbedaan wilayah dalam menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri. Yang menjadi dasar syariat adalah rukyat hilal, bukan posisi geografis suatu negara.
Dengan demikian, perbedaan dalam memulai puasa dan hari raya bukanlah persoalan fiqih, melainkan persoalan politik. Pembagian wilayah berdasarkan perjanjian Sykes-Picot yang dibuat penjajah telah memisahkan umat Islam, bahkan di daerah yang berdekatan. Misalnya, Muslim di Ramtha (Yordania) bisa berpuasa, sementara Muslim di Daraa (Suriah) berbuka, padahal mereka hanya dipisahkan oleh perbatasan buatan. Begitu pula dengan penduduk Al Ain (Uni Emirat Arab) dan Buraimi (Oman) yang hanya dipisahkan pagar kawat, tetapi bisa saja memulai puasa dan berhari raya pada hari yang berbeda. Ini menunjukkan betapa absurdnya alasan perbedaan tempat terbit bulan yang mereka gunakan.
Kesatuan dalam memulai Ramadan dan Idul Fitri adalah simbol persatuan umat Islam. Seperti halnya mereka wukuf di Arafah pada hari yang sama, mereka seharusnya juga memulai puasa dan berhari raya pada hari yang sama. Semua ini akan terwujud jika umat Islam dipimpin oleh satu pemimpin dalam satu negara Khilafah yang menerapkan hukum Islam secara menyeluruh. Dahulu, Khilafah memastikan zakat dikumpulkan serentak, hukum-hukum Islam diterapkan di seluruh negeri, dan umat Islam hidup di bawah satu kepemimpinan.
Namun, penguasa boneka saat ini justru berupaya mempertahankan perpecahan dengan mengikuti perintah penjajah. Mereka mengadu domba umat dan memecah persatuan, termasuk dalam urusan ibadah. Mereka mengajarkan loyalitas kepada negara-negara buatan penjajah, bukan kepada Islam. Bahkan, mereka mengangkat ulama yang memberikan fatwa sesuai kepentingan penguasa, bukan berdasarkan hukum Allah.
Sudah saatnya umat Islam menyadari realitas ini dan bergerak untuk mengubahnya. Kita adalah satu umat, dengan satu Tuhan, satu Rasul, dan satu kitab suci. Maka, sudah seharusnya kita bersatu di bawah satu kepemimpinan. Rasulullah ﷺ telah mengabarkan bahwa Khilafah akan kembali berdasarkan metode kenabian, sebagaimana yang diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir. Wahai umat Islam, mari bersatu dan berjuang bersama untuk mengembalikan Khilafah yang akan menyatukan umat, termasuk dalam menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
0 Komentar