KELUARGA, ILMU, DAN TAKDIR: PILAR KETAHANAN UMAT


Oleh: Arslan
Aktivis Dakwah

Keluarga sebagai Benteng Terakhir

Keluarga adalah benteng terakhir dalam menghadapi kerusakan zaman. Jika nilai-nilai dalam keluarga hancur, maka kehancuran tersebut telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Namun, jika kita masih mampu menjaga keluarga dari pengaruh buruk, maka harapan kebangkitan Islam tetap terjaga.

Di era modern ini, banyak institusi yang seharusnya berperan dalam perbaikan justru menjadi sumber permasalahan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat pendidikan dan pembentukan karakter malah menjadi tempat terjadinya pembulian. Bahkan, ada kasus di mana guru atau ustaz yang seharusnya menjadi pembimbing moral justru melakukan tindakan yang bertentangan dengan akhlak.

Dalam kondisi seperti ini, keluarga menjadi harapan terakhir. Di dalam keluarga, peran ibu sangat vital. Ibu adalah nyawa keluarga. Jika seorang ibu rusak, maka keluarga akan mengalami kehancuran. Perempuan, sebagai ibu dan pendidik generasi, adalah awal kebangkitan. Jika perempuan baik, maka suami dan anak-anaknya akan baik pula. Dalam Al-Qur'an, perempuan diibaratkan sebagai ladang pertanian. Jika ladangnya subur dan baik, maka hasil panennya juga akan berkualitas.


Ilmu yang Bermanfaat

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan kita kepada Allah dan menjadikan kita lebih bijak dalam menghadapi manusia. Sebaliknya, ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu yang membuat seseorang menjadi sombong, mudah menyalahkan orang lain, serta menjauhkan dirinya dari Allah.

Untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, seseorang harus melalui proses belajar (taklim), memaksakan diri untuk menuntut ilmu, serta menghormati guru. Ilmu yang bermanfaat akan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah dan menjadikannya lebih menghargai sesama manusia. Oleh karena itu, menuntut ilmu bukan sekadar memenuhi kewajiban akademik, tetapi juga sebagai bentuk ibadah yang harus dilakukan dengan niat yang benar.


Takdir dan Tawakal

Takdir adalah segala sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah, sementara tawakal adalah sikap berserah diri kepada Allah setelah berusaha. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa manusia harus tetap berusaha dan beramal, bukan hanya pasrah tanpa melakukan ikhtiar.

Dalam sebuah hadis sahih riwayat Bukhari, Rasulullah ﷺ bersabda bahwa setiap orang sudah ditentukan apakah ia akan masuk surga atau neraka, serta bagaimana kehidupannya di dunia—apakah bahagia atau sengsara. Ketika seorang sahabat bertanya, "Kalau begitu, apakah kita tidak perlu beramal?" Rasulullah segera mengoreksi pemahaman tersebut. Beliau bersabda, "Beramallah! Karena orang yang ditentukan untuk bahagia akan dimudahkan untuk beramal kebaikan, sedangkan orang yang ditentukan untuk sengsara akan dimudahkan untuk berbuat maksiat."

Pemahaman yang benar tentang takdir bukanlah menyerah secara pasif, melainkan terus berusaha sebaik mungkin sambil bertawakal kepada Allah. Takdir adalah segala sesuatu yang terjadi di luar kendali kita, dan kita harus menerimanya dengan ikhlas. Namun, kita tetap diwajibkan untuk berusaha dan beramal, karena Allah akan memudahkan jalan bagi orang-orang yang bertakwa.


Persiapan Menuju Ramadan

Bulan Ramadan adalah momentum terbaik untuk memperbaiki diri dan keluarga. Ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah, memperdalam ilmu agama, serta membangun benteng pertahanan dalam keluarga agar tetap teguh dalam menghadapi tantangan zaman. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk menjadi keluarga yang lebih baik dan selalu berada dalam keridhaan-Nya. Amin.

Posting Komentar

0 Komentar