![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6MkdfNpDVOC1ekyvhAef43Pzusr6594AE_r4BVymV-aoVvLkWxeX0lCFIua8OAH4PnvMgLCI7ZX8TZ5AQOH8H0VCJitWNE-ivPQz3R3Bn04iUtMDvjWRFg5FJO0kwe8x-wJyK0pN5_kKi2yAZGVwMzi-kAIeJb4USSJeL1ha4LCuC8fTkEswmiR19/s16000/Gudang-Opini-Trump-Netanyahu.jpg)
Oleh: Alraiah
Media Pembebasan Palestina
Pertanyaan:
[Al Jazeera menerbitkan berita di situsnya pada 26/1/2025: "Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia menekan Yordania, Mesir, dan negara-negara Arab lainnya untuk menerima lebih banyak pengungsi Palestina dari Gaza, setelah perang Israel di wilayah tersebut menyebabkan krisis kemanusiaan. Ketika ditanya apakah ini merupakan usulan sementara atau jangka panjang, Trump menjawab, 'Bisa jadi salah satunya.'"]
Bukankah ini berarti Trump menempatkan penguasa Yordania dan Mesir dalam posisi sulit, terutama karena mereka sebelumnya telah menyatakan bahwa mereka tidak menyetujui pengusiran ini? Apakah ini juga menunjukkan bahwa Trump berencana mengosongkan Gaza dari penduduknya untuk kemudian diserahkan kepada entitas Yahudi, terutama karena para penguasa Arab, bahkan seluruh pemimpin Muslim, diam membisu tanpa ada perlawanan? Apakah ini menunjukkan adanya perubahan dalam kebijakan AS, ataukah masih kebijakan yang sama dengan metode berbeda?
Jawaban:
Untuk memahami jawaban atas pertanyaan di atas, kita perlu meninjau beberapa hal berikut:
- Trump Tidak Menyembunyikan Agendanya: Tidak seperti pendahulunya, Joe Biden, yang berusaha menutupi niatnya, Trump justru secara terang-terangan menyatakan tujuannya. Biden, misalnya, berpura-pura mendukung solusi dua negara, tetapi tanpa makna nyata. Al Jazeera melaporkan pada 4/1/2024 bahwa Biden mengatakan ada berbagai model solusi dua negara, bahkan merujuk pada negara-negara di PBB yang tidak memiliki angkatan bersenjata sendiri. Sementara itu, Trump secara eksplisit mengungkapkan niatnya dalam kampanye pemilihannya: "Ketika saya melihat peta Timur Tengah, saya melihat Israel sebagai titik kecil. Saya bertanya-tanya apakah ada cara untuk mendapatkan lebih banyak wilayah? Itu terlalu kecil." (Sky News, 19/8/2024). Ini menunjukkan bahwa Trump ingin memperluas wilayah entitas Yahudi dengan melegalkan pemukiman di Tepi Barat dan memungkinkan mereka merebut lebih banyak tanah untuk permukiman baru.
- Penunjukan Duta Besar Pro-Israel: Trump mengangkat Mike Huckabee sebagai Duta Besar AS untuk entitas Yahudi. Trump memujinya di akun Truth Social pada 13/11/2024 sebagai "pecinta Israel dan rakyatnya." Huckabee sendiri terkenal dengan pernyataan pro-Israel, seperti yang dikutip BBC pada 13/11/2024, bahwa "klaim Israel atas Tepi Barat lebih kuat daripada klaim AS atas Manhattan." Dalam video tahun 2017, ia menegaskan bahwa "tidak ada yang namanya Tepi Barat, itu adalah Yudea dan Samaria, dan tidak ada yang namanya pemukiman, itu adalah komunitas, lingkungan, dan kota. Tidak ada yang namanya pendudukan."
- Kebijakan Pro-Israel Trump: Dalam wawancaranya dengan Channel 7 Yahudi pada 15/11/2024, Huckabee menegaskan kembali pandangannya bahwa "tidak ada yang namanya Tepi Barat, saya selalu menyebutnya Yudea dan Samaria." Ia juga menyatakan bahwa selama masa kepresidenan Trump, tidak ada presiden yang lebih pro-Israel dalam sejarah. Ini termasuk pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, pemindahan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem, pengakuan Dataran Tinggi Golan sebagai milik sah Israel, serta penolakan solusi dua negara.
- Legitimasi Pemukiman Yahudi di Tepi Barat: Pemerintahan Trump tidak memiliki rencana konkret untuk mendirikan negara Palestina. Sebaliknya, kebijakan yang diadopsi adalah pengakuan resmi terhadap legalitas pemukiman Yahudi di Tepi Barat, sebagaimana yang ditegaskan oleh Huckabee dan didukung oleh Trump. Hal ini juga terlihat dari pencabutan sanksi terhadap pemukim Yahudi yang sebelumnya dikenakan oleh pemerintahan Biden.
- Trump Menjual Ilusi Perdamaian: Trump berusaha menggambarkan dirinya sebagai pencipta perdamaian untuk menipu para penguasa Arab. Al Jazeera melaporkan pada 23/1/2025 bahwa Trump mengklaim telah mencapai lebih banyak dalam empat hari dibandingkan dengan apa yang dicapai Biden dalam empat tahun. Ia juga menyebutkan bahwa Arab Saudi akan menginvestasikan 600 miliar dolar di AS dan menargetkan meningkatkannya menjadi 1 triliun dolar. Namun, Trump memberikan "hadiah" kepada entitas Yahudi dengan memberikan mereka hak untuk mengakhiri gencatan senjata kapan saja, serta menekan penghapusan sanksi terhadap pemukim Yahudi yang diberlakukan oleh pemerintahan Biden.
- Trump Menghancurkan Resolusi PBB: Trump telah menghancurkan keputusan PBB yang sebelumnya dianggap menghambat kepentingan Israel, seperti resolusi yang menyatakan bahwa Tepi Barat adalah wilayah pendudukan yang harus dikembalikan kepada Palestina, serta resolusi yang menganggap Yerusalem Timur sebagai wilayah Palestina. Ia juga mengakui aneksasi Dataran Tinggi Golan oleh Israel.
- Normalisasi Hubungan Arab dengan Israel: Trump akan terus mendorong negara-negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Salah satu negara yang paling potensial adalah Arab Saudi, terutama karena hubungan erat Putra Mahkota Saudi dengan Trump. Bukti nyata adalah pengumuman Trump pada 23/1/2025 bahwa Saudi akan menginvestasikan ratusan miliar dolar di AS hanya setelah satu panggilan telepon dengan Putra Mahkota Saudi pada 22/1/2025. Ini menunjukkan sejauh mana kepatuhan Saudi terhadap perintah AS, termasuk kemungkinan normalisasi dengan Israel.
- Rencana Pengusiran Penduduk Gaza: Dengan semua fakta ini, pernyataan Trump mengenai pengusiran penduduk Gaza dan penyerahan wilayah tersebut kepada Israel menjadi semakin masuk akal. Ketika ditanya apakah ini hanya sementara atau permanen, Trump menjawab, "Bisa jadi salah satunya." (Al Jazeera, 26/1/2025). Trump tidak peduli apakah penguasa Yordania dan Mesir merasa terpojok atau tidak. Ia sebelumnya sudah menyatakan dengan jelas bahwa Israel harus diperluas, dan ia tidak peduli dengan reaksi para penguasa Arab yang tunduk pada AS.
Kesimpulan: Trump secara terang-terangan mendukung perluasan Israel dengan mengosongkan Gaza dari penduduknya. Ia tidak hanya mendukung pemukiman Yahudi, tetapi juga berupaya menormalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab. Semua ini menunjukkan bahwa kebijakan AS di bawah Trump tetap sama, hanya dengan metode yang lebih agresif dan terang-terangan. Penguasa Muslim yang tetap diam menunjukkan kepatuhan mereka terhadap agenda AS dan Israel, yang semakin memperjelas siapa yang sebenarnya berkuasa atas nasib umat Islam di Palestina.
0 Komentar