INFLASI RENDAH INDONESIA: PRESTASI ATAU ANCAMAN EKONOMI?


Oleh: Rika Dwi Ningsih
Penulis Lepas

Baru-baru ini, Indonesia mencatatkan tingkat inflasi terendah sejak tahun 2000, yakni sebesar 0,76%. Beberapa pihak menganggap ini sebagai pencapaian besar dan merayakannya. Namun, jika kita melihat gambaran yang lebih luas (big picture), justru ada hal yang patut diwaspadai.


Memahami Inflasi, Deflasi, dan Disinflasi

Sebelum membahas lebih lanjut, kita perlu memahami beberapa istilah ekonomi:
  • Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu.
  • Deflasi adalah kebalikannya, yaitu penurunan harga secara umum.
  • Disinflasi adalah kondisi ketika laju inflasi menurun, tetapi masih tetap positif.

Sering kali, masyarakat keliru menganggap bahwa penurunan inflasi sama dengan deflasi. Padahal, inflasi yang rendah belum tentu merupakan kabar baik, tergantung pada penyebabnya.


Kenapa Inflasi Rendah Bisa Berbahaya?

Penurunan inflasi tidak selalu menunjukkan kondisi ekonomi yang sehat. Jika inflasi turun karena peningkatan produktivitas atau efisiensi pemerintah, itu adalah kabar baik. Namun, jika disebabkan oleh lemahnya permintaan domestik, maka itu justru mengindikasikan masalah serius.

Beberapa indikator ekonomi yang mengkhawatirkan antara lain:
  • Menurunnya penggunaan tabungan dan kredit;
  • Tingginya angka PHK;
  • Lemahnya daya beli masyarakat;
  • Penurunan omzet bisnis, baik online maupun sektor riil.

Ketika konsumsi masyarakat menurun, perputaran ekonomi pun melambat. Akibatnya, investasi terhambat, lapangan pekerjaan semakin terbatas, dan ekonomi bisa mengalami stagnasi.


Krisis Multidimensi yang Mengintai

Saat ini, Indonesia menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang semakin kompleks:
  • Kelangkaan Gas LPG
Kenaikan harga dan kelangkaan LPG bersubsidi memukul masyarakat kecil, memaksa mereka membeli LPG non-subsidi yang lebih mahal.

  • Pemotongan Anggaran untuk PNS
Pemerintah memangkas tunjangan dan fasilitas PNS, termasuk pemotongan listrik dan air di kantor. Namun, kebijakan ini lebih banyak menekan pegawai rendahan, sementara pejabat tinggi tetap menikmati berbagai fasilitas.

  • Stagnasi Ekonomi dan Kesenjangan Sosial
Sektor tenaga kerja masih didominasi oleh pekerjaan informal dengan pendapatan rendah. Ketimpangan semakin melebar, sementara lapangan kerja berkualitas sulit didapatkan.

  • Dampak Kapitalisasi Judi Online
Masyarakat yang kehilangan daya beli kini banyak mengalihkan uangnya ke judi online. Lebih dari 1000 triliun rupiah telah hilang dari ekonomi domestik dan mengalir ke negara-negara seperti Thailand, Myanmar, Vietnam, Laos, dan Kamboja.


Apa yang Bisa Dilakukan?

Indonesia membutuhkan reformasi ekonomi yang lebih mendalam. Kebijakan fiskal dan moneter harus lebih berpihak kepada rakyat kecil, bukan hanya menjaga stabilitas makroekonomi di atas kertas. Tanpa perbaikan fundamental, inflasi rendah ini justru menjadi pertanda lemahnya perekonomian, bukan prestasi yang patut dibanggakan.

Sudah saatnya pemerintah mengambil langkah strategis untuk mengatasi persoalan daya beli masyarakat, memperkuat sektor riil, dan memastikan subsidi tepat sasaran. Jika tidak, stagnasi ekonomi akan terus berlanjut, memperburuk ketimpangan sosial, dan mengancam kesejahteraan rakyat secara luas.


Cara Islam Mengelola Ekonomi

Islam mengelola ekonomi dengan prinsip keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, kebijakan ekonomi difokuskan pada penanggulangan kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar tanpa melanggar syariat. Umar menolak kebijakan yang hanya menguntungkan negara tetapi merugikan umat.  

Berbeda dengan sistem kapitalisme yang melegalkan riba, perjudian, dan ketidakpastian, Islam melarang praktik tersebut karena menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Kapitalisme sering mengalami resesi akibat kebijakan berbasis bunga dan pajak yang tinggi, sementara solusi yang ditawarkan hanya bersifat sementara dan tidak menyentuh akar masalah.  

Islam menawarkan solusi ekonomi dengan sistem bebas riba, penghapusan pajak yang memberatkan, fokus pada sektor riil seperti perdagangan dan pertanian, serta menjaga stabilitas harga dan distribusi. Dalam sejarah Khilafah, tidak pernah terjadi resesi berkepanjangan karena ekonomi berjalan sesuai syariat.  

Kesejahteraan dan stabilitas ekonomi hanya dapat dicapai dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah. Dengan sistem ini, ekonomi akan berjalan adil dan membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat dan menjadi solusi reformasi ekonomi untuk hadapi ancaman krisis multidimensi yang mengancam Indonesia.

Walahuallam.

Posting Komentar

0 Komentar