Oleh: Alraiah
Media Palestina
Dikatakan bahwa musibah datang secara bersamaan. Inilah yang dialami oleh penduduk Gaza, genosida serta blokade bahan pangan dan obat-obatan yang dilakukan oleh rezim Zionis menyebabkan kelaparan dan penyakit mendera penduduk Gaza. Ditambah lagi musim dingin datang membawa hujan deras, angin kencang, dan suhu yang membekukan. Lengkaplah penderitaan mereka, terutama dengan infrastruktur yang telah hancur, serta kamp pengungsian yang tidak memenuhi syarat kehidupan dasar.
Tenda-tenda yang mereka tinggali telah lapuk setelah lebih dari 15 bulan digunakan. Banyak keluarga terpaksa berpindah-pindah karena ancaman serangan militer. Tenda-tenda itu kini tidak mampu melindungi dari hujan lebat atau angin dingin yang menusuk tulang.
Musim Dingin Memperparah Krisis Kemanusiaan
Menurut data resmi, 110 ribu tenda di Gaza kini tak layak huni. Angin kencang beberapa hari terakhir merobohkan banyak tenda, membuat penghuninya kehilangan tempat berlindung. Media sosial dipenuhi gambar memilukan: tenda-tenda yang terendam banjir, dan para pengungsi yang terpaksa bermalam di udara terbuka.
Minggu lalu, gelombang udara dingin menyebabkan tujuh orang meninggal dunia, termasuk enam anak-anak. Yang terakhir adalah bayi kembar, Ali dan Jum’ah Al-Batran, yang baru berusia satu bulan. Selain itu, kelaparan telah merenggut 44 nyawa, sementara 3.500 anak terancam meninggal akibat kekurangan gizi.
Ribuan wanita hamil menghadapi risiko besar akibat kurangnya perawatan, ratusan ribu lansia serta penderita penyakit kronis tak mendapatkan obat yang mereka butuhkan, dan banyak pasien kanker terancam karena tidak bisa menjalani pengobatan di luar Gaza. Ditambah lagi, penyakit menular menyebar dengan cepat karena kurangnya obat-obatan. Di tengah semua ini, rumah sakit dan fasilitas kesehatan menjadi target serangan rezim Zionis, memperparah penderitaan warga Gaza.
Di Mana Umat Islam?
Penduduk Gaza menghadapi tragedi ini dengan hati yang penuh keimanan, seperti firman Allah ﷻ:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS Al-Baqarah: 155)
Namun, mereka bertanya: "Di mana saudara-saudara kami umat Islam? Apakah kalian tidak melihat penderitaan kami? Apakah dunia telah membuat kalian terlena?"
Panggilan untuk Bertindak
Umat Islam memiliki kemampuan untuk mengubah nasib Gaza. Sejarah mencatat bahwa Islam mengajarkan kasih sayang dan solidaritas. Khalifah Umar bin Khattab, saat terjadi bencana kelaparan, mengirimkan bantuan besar dari Mesir untuk rakyat Madinah. Di masa lalu, kaum Muslim bersatu di bawah naungan Khilafah, memastikan kesejahteraan untuk semua.
Namun, hari ini, solidaritas umat tampak memudar. Penderitaan di Gaza sering kali dianggap sebagai isu kemanusiaan semata tanpa melihat akar masalahnya, "keberadaan entitas Zionis yang menjajah tanah Palestina".
Solusi Hakiki Pembebasan Palestina
Meskipun bantuan kemanusiaan penting, itu hanya solusi sementara. Yang dibutuhkan adalah solusi mendasar, yaitu menghapus entitas Zionis dari tanah Palestina. Umat Islam harus bangkit dan menjalankan kewajiban syariat untuk membebaskan Al-Aqsha.
Gaza tidak hanya membutuhkan makanan atau pakaian. Yang mereka butuhkan adalah kebebasan dan martabat. Kehadiran seorang pemimpin yang membawa pasukan untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha adalah solusi hakiki, lebih berharga daripada semua bantuan materi yang diberikan.
0 Komentar