Oleh: Abdul Hakim Abdullah
Jurnalis Yordania
Kebijakan luar negeri Iran telah lama menjadi bahan perdebatan di kalangan pemikir dan politisi. Ada yang memandangnya sebagai perlawanan nyata terhadap Barat, terutama Amerika Serikat, namun ada pula yang melihatnya sebagai bagian dari strategi geopolitik global yang sebenarnya terkoordinasi dengan kepentingan Amerika. Kontroversi ini diperparah oleh perang propaganda yang mengaburkan realitas hubungan antara Iran dan Barat, sehingga banyak pihak terjebak dalam narasi permusuhan yang sebenarnya bertolak belakang dengan fakta di lapangan.
Revolusi Iran: Antara Citra dan Realitas
Revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatollah Khomeini dipromosikan sebagai gerakan yang anti-Amerika, dengan slogan seperti “Maut bagi Amerika” dan menyebut Amerika sebagai “Setan Besar.” Narasi ini berhasil menarik simpati dunia Muslim, mengguncang rezim-rezim di kawasan, dan menciptakan harapan akan perubahan besar. Namun, di balik citra ini, revolusi tersebut justru dianggap sebagai langkah strategis Amerika untuk menggantikan Shah Iran yang merupakan sekutu Inggris.
Iran terus memposisikan dirinya sebagai negara dengan kemandirian politik dan proyek ideologis yang bertentangan dengan Barat. Namun, peristiwa-peristiwa seperti perang di Afghanistan, Irak membuktikan bahwa Iran justru sejalan dengan strategi Amerika di kawasan. Bahkan, para pemimpin Iran mengakui bahwa peran mereka membantu Amerika menghindari kegagalan total di dua perang tersebut.
Iran dan Konflik Suriah: Loyalitas kepada Amerika
Ketika revolusi Suriah meletus pada 2011 dengan tuntutan mendirikan pemerintahan Islam berdasarkan ajaran Rasulullah ï·º, Amerika melihatnya sebagai ancaman serius. Iran segera bergerak membela rezim Bashar al-Assad yang menjadi sekutu Amerika di kawasan. Dukungan Iran meliputi:
- Militer: Iran mengirim lebih dari 70 milisi sektarian dari berbagai negara dan mendukung rezim dengan senjata, penasihat militer, dan teknologi.
- Ekonomi: Iran memberikan bantuan senilai lebih dari 40 miliar dolar kepada rezim Assad dan menandatangani lebih dari 30 perjanjian ekonomi untuk mengintegrasikan ekonomi Suriah dengan Iran.
- Infrastruktur Militer: Iran membangun lebih dari 138 pangkalan militer di Suriah dan memindahkan fasilitas produksi senjata ke negara itu.
Langkah-langkah ini menunjukkan bagaimana Iran menjadi aktor yang menjalankan kepentingan Amerika di Suriah, sekaligus menjaga rezim Assad tetap berkuasa.
Potensi Dampak Jatuhnya Bashar al-Assad bagi Iran
Jatuhnya rezim Bashar al-Assad akan menjadi pukulan telak bagi Iran di berbagai aspek:
- Politik: Iran kehilangan posisi strategisnya di kawasan, termasuk pengaruhnya di Lebanon melalui Hizbullah.
- Militer: Milisi-milisi yang selama ini loyal kepada Iran mulai kehilangan kepercayaan karena melihat ketidaktegasan Iran dalam melindungi sekutunya.
- Ekonomi: Dana besar yang telah dihabiskan Iran di Suriah akan menjadi sia-sia, dan Iran kemungkinan akan menghadapi tuntutan ganti rugi atas peran destruktifnya dalam perang.
- Internal: Kebijakan luar negeri Iran yang mahal dan penuh risiko ini telah memicu kemarahan rakyat Iran, memperbesar kemungkinan terjadi pergolakan domestik yang dapat menggoyahkan stabilitas rezim.
Tantangan Besar yang Menghadang Iran
Rezim Iran kini menghadapi situasi yang semakin sulit, terutama dengan tekanan dari dalam negeri dan dinamika politik internasional yang tidak menguntungkan. Kebijakan agresif Iran di kawasan telah menciptakan lebih banyak musuh daripada teman, dan rakyatnya sendiri mulai mempertanyakan legitimasi pemerintahan mereka.
Seperti yang dikatakan Sashaa Sheehan, seorang akademisi di Universitas Baltimore, “Tantangan internal yang dihadapi rezim Iran meningkatkan kemungkinan kejatuhannya.” Dengan demikian, Iran kini berada di persimpangan jalan, menghadapi risiko besar baik di tingkat domestik maupun internasional.
Penutup
Kebijakan luar negeri Iran, yang kerap dilabeli sebagai “perlawanan terhadap Barat,” pada kenyataannya lebih sering menjadi alat untuk melayani kepentingan kekuatan besar seperti Amerika. Propaganda yang dimainkan selama ini berhasil membingungkan dunia, tetapi fakta-fakta di lapangan secara perlahan mengungkap realitas sebenarnya. Iran kini menghadapi tantangan berat, dan nasib rezimnya sangat bergantung pada kemampuannya untuk menavigasi krisis yang semakin mendalam.
0 Komentar