GEMPA MAGNITUDO 6,8 GUNCANG JEPANG BARAT DAYA, TSUNAMI KECIL TERDETEKSI

Oleh: Arslan

Jurnalis Lepas

Jepang barat daya diguncang gempa berkekuatan magnitudo 6,8 pada Senin (13/1) malam, yang memicu tsunami kecil di wilayah tersebut. Menurut Survey Geologi AS (USGS), gempa terdeteksi sekitar 18 kilometer dari wilayah Kyushu pada pukul 21.19 waktu setempat.

Badan Meteorologi Jepang (JMA) sebelumnya mengeluarkan peringatan gelombang tsunami setinggi satu meter dan mendesak masyarakat menjauh dari pesisir. Namun, tsunami yang terjadi hanya mencapai ketinggian 20 sentimeter dan terpantau di beberapa pelabuhan sekitar Kyushu. Tayangan televisi menunjukkan kondisi laut tetap tenang, kapal beroperasi normal, dan lalu lintas berjalan lancar.

Media lokal melaporkan hanya ada kerusakan kecil akibat gempa, seperti jendela pecah di stasiun kereta api dan barang-barang jatuh dari rak di beberapa toko. NHK mengabarkan seorang pria mengalami luka ringan setelah terjatuh di rumahnya.

JMA menyatakan bahwa gempa ini tidak memenuhi kriteria untuk memicu peringatan khusus terkait aktivitas Palung Nankai, wilayah yang pernah menjadi pusat perhatian pada gempa-gempa besar sebelumnya. Meski demikian, badan tersebut mengingatkan masyarakat untuk selalu siap menghadapi kemungkinan gempa kapan saja.

“Penting untuk memastikan bahwa persiapan untuk gempa bumi dilaksanakan setiap hari,” kata JMA.

Jepang, yang terletak di atas empat lempeng tektonik utama, merupakan salah satu negara dengan aktivitas gempa paling tinggi di dunia. Setiap tahun, Jepang mengalami sekitar 1.500 guncangan, sebagian besar berskala kecil.

Peristiwa ini mengingatkan pada gempa besar yang melanda Jepang sebelumnya, termasuk gempa magnitudo 7,5 di Semenanjung Noto pada awal 2024 yang menewaskan hampir 470 orang, serta gempa bawah laut magnitudo 9,0 pada 2011 yang memicu tsunami dahsyat dan bencana nuklir di Fukushima.

Jepang telah menerapkan peraturan konstruksi ketat dan latihan darurat rutin untuk mengantisipasi bencana gempa. Meski begitu, kenangan pahit tragedi masa lalu terus menjadi pengingat akan bahaya aktivitas tektonik di negara tersebut.