Oleh: Tety Kurniawati
Penulis Lepas
Warga Perumahan Made Great Residence, Desa Made, Lamongan, digegerkan dengan penemuan jasad membusuk di sebuah warung kopi yang sudah lama tutup, pada Rabu (15/1/2025). Jasad yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan ini akhirnya terungkap sebagai korban pembunuhan, dengan pelaku yang tak lain adalah teman korban sendiri (kompas.com, 17-01-2025).
Penolakan Cinta Berujung Hilangnya Nyawa
Pembunuhan pelajar oleh pelajar tersebut dilatarbelakangi penolakan cinta yang memicu terjadinya tindak kekerasan hingga berujung pada hilangnya nyawa korban. Banyak faktor ditengarai menjadi penyebab atas peristiwa tersebut. Baik yang terkait dengan faktor internal seperti lemahnya kontrol emosi, minimnya pendidikan moral dan pengabaian terhadap kesehatan mental dikalangan remaja.
Kondisi lemahnya kontrol emosi dan minimnya pendidikan moral menyebabkan seseorang tidak mengenal jati dirinya. Hingga ia pun tak memahami solusi atas persoalannya. Hal ini kian tak terkendali manakala kesehatan mental terabaikan. Potensi melukai diri sendiri dan orang lain pun bertambah besar.
Sementara faktor eksternal berupa lingkungan sosial yang kurang suportif. Ketiadaan standar baku di masyarakat hari ini terkait perilaku salah-benar, dan terpuji-tercela menyebabkan generasi tumbuh dengan kepribadian yang labil dan mengikuti standar semu buah akal manusia. Satu sisi mengecam pembunuhan tapi di sisi lain menganggap biasa khalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis) dan pacaran. Padahal interaksi terlarang dengan lawan jenis ini justru membuka pintu berbagai tindak kemaksiatan.
Faktor eksternal berikutnya, media yang hari ini menjadi 'guru' bagi generasi rendah literasi. Tak jarang kita jumpai berbagai konten yang mengajarkan kekerasan sebagai salah satu bentuk meluapkan emosi. Minimnya pengawasan orang tua dan lemahnya negara sebagai pemegang kendali utama media membuat konten negatif bebas berseliweran di jagat maya. Akibatnya, generasi menyerap semua informasi yang ada tanpa filter dan merusak kepribadiannya.
Sekulerisme Melahirkan Generasi Sadis
Kasus pembunuhan pelajar oleh sesamanya bukan terjadi sekali ini saja, tapi sudah berulang kali. Semua terjadi sebagai konsekuensi penerapan sistem sekuler kapitalisme hari ini. Sistem yang mengabaikan agama dalam mengatur kehidupan. Dampaknya, manusia bertindak sesuai hawa nafsunya dan tidak ada rasa takut kepada Allah ï·».
Sistem ini juga merubah karakter masyarakat menjadi sangat permisif, semua dianggap boleh dan layak dilakukan, serta terbiasa menggunakan kekerasan sebagai jalan menyelesaikan persoalan. Relasi sesama pelajar dibangun sebatas kemanfaatan. Alhasil, saat merasa teman tidak berguna dan menghalangi mencapai hawa nafsunya, tindak kekerasan berujung hilangnya nyawa jadi pelampiasan emosi yang memuaskannya.
Dilain sisi, negara di sistem kapitalisme sekuler tidak menjalankan perannya sebagai penyelenggara sistem pendidikan yang bervisi membina kepribadian, menjunjung tinggi moral dan menjaga kesehatan mental generasi. Alhasil generasi tumbuh dengan gaya hidup sekuler yang syarat kebebasan. Apalagi dengan tak terkendalinya media oleh negara. Racun pemikiran, budaya dan kebiasaan negatif kian mudah menjangkiti generasi muda. Tanpa filter konten-konten tersebut mencabut fitrah manusia yang sejatinya cenderung pada kebaikan menjadi sadis dan kehilangan rasa perikemanusiaan.
Islam Menghentikan Kekerasan Remaja
Islam mencegah terjadinya kekerasan pada generasi dengan menerapkan sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Tidak hanya terfokus pada aspek akademis. Pembentukan akhlak mulia, pengendalian diri dan pemahaman yang benar terhadap hubungan antar manusia menjadi materi ajar yang wajib bagi seluruh peserta didik. Dengan demikian akan terbentuk kepribadian Islam pada tiap pribadi generasi
Islam juga memiliki aturan tegas terkait pergaulan dengan lawan jenis. Guna mencegah fitnah dan perilaku yang melanggar batas syariat. Misalnya larangan khalwat, Islam juga sangat menjaga agar dalam kehidupan khusus, komunitas wanita terpisah dari komunitas pria, begitu pula di masjid, sekolah dan lain sebagainya.
Islam mengatur sedemikian rupa agar hubungan kerjasama antara pria dan wanita bersifat umum dalam urusan-urusan muamalah, bukan hubungan yang bersifat khusus seperti saling berkunjung antara pria dan wanita yang bukan mahram maupun keluar bersama. Interaksi antara pria dan wanita dijaga agar tetap jauh dari hubungan yang bersifat seksual. Hingga hubungan yang merusak moral dan memicu konflik emosional dapat terhindarkan.
Dengan dukungan penerapan syariat Islam dalam berbagai aspek lain secara menyeluruh. Baik berupa penerapan sistem hukum yang tegas, adil dan membuat jera. Ketiadaan konten merusak di media. Disertai upaya masif sosialisasi dan edukasi pentingnya mengembalikan peran orang tua. Kasus kekerasan remaja pada sesamanya bisa tercegah dari akar permasalahannya. Wallahu a'lam bishawwab.
0 Komentar