Oleh: Fatmawati
Penulis Lepas
Sebanyak 71 ribu perempuan Indonesia berusia 15-49 tahun tidak ingin memiliki anak atau childfree. Temuan ini didapat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 berjudul "Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia". Dalam laporan ini, BPS menganalisis fenomena childfree di Indonesia dari sisi maternal menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Perempuan berusia 15-49 tahun (usia subur) yang pernah kawin namun belum pernah melahirkan anak serta tidak menggunakan KB jadi fokus dalam survei ini. Hasilnya, ditemukan bahwa 8 persen atau sekitar 71 ribu perempuan memilih childfree. (CNNIndonesia, 13/11/2024)
Childfree terjadi karena berbagai penyebab, mulai dari ide hak reproduksi perempuan hingga biaya hidup tinggi. Secara ide, ide ini lahir dari feminisme dan sistem kapitalisme. Pola pikir liberal yang diaruskan memengaruhi kalangan muda. Kekhawatiran akan rezeki dan tidak mau repot, menjadikan anak sebagai beban adalah alasan mereka. Kesulitan hidup dalam kapitalisme mendorong perempuan/istri memilih childfree, karena tidak ada jaminan kehidupan yang lebih baik.
Sekularisme membuat masyarakat tak percaya konsep rezeki. Sehingga seseorang takut jika tak mampu memenuhi kebutuhan anak-anak yang Allah titipkan padanya. Childfree hanya mempertimbangkan manfaat dan kesenangan duniawi, tidak memahami bahwa mengurus dan mendidik anak adalah ibadah, tanpa pertimbangan agama sama sekali, padahal agama mengajarkan bahwa apapun perbuatan baik akan mendatangkan pahala, sebagai kunci Surga.
Mirisnya negara hari ini memberi ruang paham rusak dengan dalih HAM (Hak Asasi Manusia), yang tidak sesuai dengan pandangan Islam. Islam adalah agama yang rahmatin lil alamin, dimana segala hal sudah diatur dalam Islam dari hal terkecil sampai hal terbesar, karena ajaran Islam sudah sempurna. Dari Al-Qur’an dan Hadits segala solusi permasalahan dari zaman ke zaman tetap bisa dijadikan acuan, karena umat Islam akan selamat apabila istiqomah mengikuti pedoman dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.
Memiliki keturunan setelah menikah merupakan sunnah, sebagaimana sabda Nabi kita yang mulia Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam:
– حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ، وَعَفَّانُ، قَالَا: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ خَلِيفَةَ، حَدَّثَنِي حَفْصُ بْنُ عُمَرَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِالْبَاءَةِ، وَيَنْهَى عَنِ التَّبَتُّلِ نَهْيًا شَدِيدًا، وَيَقُولُ: تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ، إِنِّي مُكَاثِرٌ الْأَنْبِيَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Anas bin malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “nikahilah wanita yang penyayang dan subur karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Hibban)
Dari perkataan Nabi di atas sudah dapat menjadi dalil yang jelas bahwasanya childfree dalam Islam merupakan tren yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Karena dengan umat yang banyak akan membuat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam bangga.
Islam menjamin kesejahteraan umat, dan sistem Islam akan menguatkan akidah lewat kurikulum pendidikan, sehingga akan menolak ide childfree karena bertentangan dengan akidah Islam. Memiliki anak bukanlah beban melainkan amanah yang menjadi ladang pahala bagi orang tua.
Sebagaimana Hadits Rasulillah ﷺ yang diriwayatkan Abu Hurairah ra dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Pendidikan Islam menjaga akidah umat tetap lurus dan menjaga pemikiran sesuai Islam. Negara juga seharusnya memberikan benteng atas masuknya pemikiran yang bertentangan dengan Islam, sayangnya kurikulum pendidikan kita tidak mengutamakan pendidikan Islam tapi lebih pada mengajak berfikir kapitalis, sehingga terlahirlah generasi kapitalis.
Hanya dengan khilafah ala kenabian umat bisa berfikir bahwa setiap amalan akan mempertimbangkan pahala dan dosa, bukan untung dan rugi materi semata seperti dalam sistem kapitalis sekuler.
Wallahualam bishowab.
0 Komentar