HIDAYAH: KARUNIA YANG MENJADI HAK PREROGATIF ALLAH


Oleh: Hamzah
Aktivis Dakwah

Nikmat hidayah adalah karunia terbesar yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Sebanyak apapun usaha kita untuk mengajak orang lain ke jalan yang benar, pada akhirnya, hanya Allah-lah yang berhak memberikan petunjuk. Sebagai contoh, Rasulullah ï·º, meskipun dengan segala usaha dan kasih sayang, tidak dapat memaksa pamannya, Abu Talib, untuk memeluk Islam. Ini menunjukkan bahwa hidayah bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan, meskipun dengan segala daya dan upaya.


Felix Siauw dan Kakaknya: Sebuah Kisah Penuh Haru

Dalam sebuah kisah yang mengharukan, Felix Siauw, seorang aktivis Islam, menceritakan pengalaman luar biasa ketika kakaknya, Freddy Siauw, akhirnya menerima hidayah dan memeluk Islam pada 7 September 2019. Dengan dibimbing oleh Ustaz Adi Hidayat, Freddy mengucapkan dua kalimat syahadat, sebuah momen yang penuh haru bagi Felix. Sebelumnya, hubungan keduanya sangat buruk, seperti dua musuh yang saling mengancam satu sama lain.

Felix mengungkapkan, selama 35 tahun, ia merasa tidak pernah bisa menjalin hubungan baik dengan Freddy, bahkan merasa tidak mungkin ada perubahan. Hubungan mereka dipenuhi dengan saling menghina dan mencaci, hingga akhirnya, Allah memberikan hidayah kepada Freddy untuk menerima Islam. Perubahan yang terjadi bukan hanya pada keyakinan, tetapi juga pada hubungan yang penuh kasih sayang setelah bertahun-tahun terputus.


Ahmad Young: Hidayah di Lapangan Basket Palestina

Kisah lainnya datang dari seorang pria asal Amerika Serikat, Ahmad Young. Ketika sedang bermain basket untuk klub Qalandia di Palestina, Allah memberikan hidayah kepada Ahmad untuk memeluk Islam. Momen kebahagiaan itu terekam dalam video dan segera viral di media sosial. Ahmad mengucapkan dua kalimat syahadat disaksikan oleh teman-temannya, yang merupakan warga Palestina. Kisah ini mengingatkan kita bahwa hidayah datang tanpa diduga, bahkan di tempat yang tak terbayangkan sebelumnya.


Hidayah: Petunjuk yang Membuka Hati

Allah telah menggambarkan dalam Al-Qur'an bagaimana seseorang yang diberi hidayah akan merasakan kedamaian yang luar biasa. Dalam Surah Al-An'am ayat 125, Allah berfirman, "Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah, Dia akan membukakan dadanya untuk menerima Islam." Sebaliknya, bagi mereka yang tidak mendapatkan hidayah, Allah akan menjadikan hati mereka sempit, meskipun dunia mereka dipenuhi dengan kenikmatan.

Perumpamaan ini menggambarkan kehidupan orang yang jauh dari hidayah. Meskipun terlihat memiliki segalanya, mereka tidak merasakan kedamaian sejati. Hanya dengan hidayah, mereka akan menemukan ketenangan yang hakiki, sebagaimana seorang yang kembali ke jalan yang benar setelah terjerumus dalam kemaksiatan.


Perubahan Drastis Setelah Menerima Hidayah

Banyak orang yang merasakan betapa luar biasanya nikmat hidayah setelah sebelumnya terjerumus dalam kesesatan. Mereka yang dulunya terperangkap dalam kemaksiatan, setelah menerima Islam, merasakan kebahagiaan yang tak terbayangkan. Mereka yang dahulu merasa hidup penuh kebimbangan kini menemukan ketenangan dalam iman. Ini adalah kenikmatan yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.

Sebagaimana para sahabat Nabi, mereka yang sebelumnya hidup dalam kesyirikan merasakan betapa indahnya Islam setelah memasuki ajaran ini. Bahkan di tengah penyiksaan dan pengusiran dari kaum Quraisy, mereka tetap merasa bahwa Islam adalah kenikmatan yang luar biasa. Ini adalah bukti betapa besar hidayah yang mereka terima.


Hidayah adalah Prerogatif Allah

Hidayah bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan oleh siapapun, bahkan oleh Rasulullah sekalipun. Dalam Surah Al-Qasas ayat 56, Allah berfirman, "Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." Ayat ini mengingatkan kita bahwa hidayah adalah hak prerogatif Allah, yang hanya diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Rasulullah ï·º sendiri tidak bisa memberikan hidayah kepada siapa pun, meskipun beliau sangat mencintai umatnya. Beliau hanya mampu memberikan petunjuk (irsyad), sedangkan hidayah (taufik) hanya datang dari Allah. Inilah yang membedakan antara usaha manusia untuk menyampaikan kebenaran dan kekuasaan Allah untuk memberi petunjuk.


Peran Pemimpin Umat dalam Menyebarkan Hidayah

Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan hidayah melalui dakwah yang baik dan memberi contoh teladan yang baik. Pemimpin umat, baik dalam skala kecil (keluarga) maupun besar (negara), harus mampu menciptakan lingkungan yang mendukung dakwah dan penerapan ajaran Islam dengan baik. Ketika suasana kehidupan diatur dengan hukum Islam, umat akan merasakan keindahan dan kebahagiaan yang datang dari aturan tersebut.

Pemimpin harus menyiapkan para pengemban dakwah yang akan menyebarkan kebaikan. Dengan memberi teladan yang baik dan mengajak umat untuk taat kepada Allah, kita berharap umat dapat melihat bahwa Islam bukan hanya agama, tetapi juga sistem hidup yang membahagiakan. Sehingga, suatu saat nanti umat akan siap untuk kembali ke jalan Allah dan menerapkan aturan-Nya dalam kehidupan sehari-hari.


Kesimpulan

Hidayah adalah karunia Allah yang datang pada waktu yang tepat, pada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Bagi mereka yang telah merasakannya, hidayah membawa perubahan besar dalam hidup, dari kesesatan menuju kebahagiaan yang hakiki. Sebagai umat Islam, kita harus mensyukuri hidayah yang kita terima, baik itu sejak lahir maupun yang datang setelah kita menemukan jalan yang benar. Mari terus berdoa agar Allah memberikan hidayah kepada kita dan kepada orang-orang yang kita cintai, serta menjadikan kita sebagai penyebar kebaikan di dunia ini.

Posting Komentar

0 Komentar