BAYI BUTUH CINTA KASIH, BUKAN DIJUAL BELI


Oleh: Mariyam Sundari
Jurnalis Komunikasi Ideologis

Kasus jual beli bayi saat ini semakin marak. Miris, ada rasa geram hati ini dengan perilaku manusia yang tega menjual bayi. Bayi yang tak berdosa menjadi korban orang tua yang seharusnya menyayangi dengan penuh cinta kasih. Jelas, masalah ini merupakan perilaku orang yang tidak mempunyai hati nurani. Timbul pertanyaan, mengapa bisa terjadi kasus penjualan bayi yang kian berulang?

Kali ini dilakukan oleh seorang bidan berinisial JE (44 tahun) di Demakan Baru, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, yang sudah melakukan penjualan bayi seharga 55-85 juta per bayi. Terhitung sudah sebanyak 66 bayi yang terjual yaitu 28 bayi laki-laki dan 36 bayi perempuan serta 3 bayi yang belum diketahui jenis kelaminnya. Aksinya ini dilakukannya sejak tahun 2010, dan baru terungkap di tahun 2024, pada 4 Desember kemarin. (Republika.co.id, 4/12/24).

Kasus penjualan bayi bisa saja terjadi diakibatkan masalah ekonomi, anak yang tidak diinginkan karena berbuat zina (seks bebas) serta dangkalnya pemikiran dan hati nurani yang tumpul, apalagi ditambah dengan hukum yang tidak menjerakan alias tumpul ke bawah tajam ke atas. Ekonomi masyarakat saat ini memang kebanyakan sedang tidak baik-baik saja, kemiskinan masih melanda dunia. Hal ini disebabkan karena tidak ada jaminan yang pasti untuk masyarakat yang tidak mampu, semua dituntut untuk berusaha sendiri mencari uang untuk menyambung hidup. Baik laki dan perempuan, muda ataupun tua semua dituntut untuk mencari penghidupan masing-masing.

Beragam yang dilakukan manusia, hanya demi untuk menutupi kekurangan setiap hari. Baik melakukan kegiatan kerja halal sampai yang haram seperti menjual bayi yang melanggar syariat juga terus dilakukan hanya demi mencari makan dan keuntungan yang menggiurkan. Termasuk maraknya pergaulan bebas yang mengantarkan pada perzinahan, sampai hamil di luar nikah yang tak diinginkan. Akibatnya, tak jarang para pelakunya gelap mata mengambil tindakan yang berisiko mendapatkan dosa dan mengancam nyawa, dengan menggugurkan kandungan, membuang, sampai tega menjual bayi mereka sendiri dengan harga tak seberapa. Hanya demi untuk menutupi perbuatan dosa mereka dan mencari keuntungan.

Selain itu, dangkalnya pemikiran agama menyebabkan hati nurani menjadi tumpul. Tidak dipungkiri, beginilah hidup pada jaman kapitalis sekuler yang diadopsi negara, yang menjauhkan agama dari ranah kehidupan. Sehingga, pemikiran masyarakatnya pun dituntut untuk menjadi sekuler karena aturannya mengarahkan kepada keuntungan materi. Jadi, tolok ukurnya adalah kemanfaatan, jika dirasa sesuatu yang dilakukan itu menggiurkan dan bermanfaat untuk menambah penghasilan besar, maka tak segan-segan dilakukan tanpa memandang apakah perbuatannya itu baik, buruk, halal ataupun haram, yang terpenting adalah mendapatkan untung.

Hal ini jelas melanggar syariat Islam. Karena aturan dalam Islam bertolok ukur halal haram berdasar Al-Qur'an dan Hadis yang sudah ditetapkan oleh Allah ï·». Jadi, tidak serta merta melakukan hal-hal yang dilarang dilakukan juga. Islam akan membangun manusia yang beriman dan bertakwa, yang akan menjadikan perilaku umat sesuai dengan syariat. Hal tersebut akan terbentuk dari pendidikan dan pergaulan Islam yang mencerminkan perilaku yang penuh kehati-hatian.

Selain itu, negara dalam Islam akan menjamin ekonomi masyarakat yang tidak mampu, termasuk menjaga diri per individu bagi masyarakat, sehingga terjaga dari perbuatan mencari harta haram. Juga memberlakukan sanksi yang tegas lagi menjerakan bagi para pelaku kriminal. Sehingga, bagi para pelaku pelanggar syariat berpikir dua kali untuk bisa melakukan tindakan kriminal tersebut, mengingat sanksi yang dijatuhkan begitu tegas lagi berat.

Oleh sebab itu, aturan Islam wajib diterapkan saat ini, agar tidak ada lagi kasus penjualan bayi. Karena sejatinya bayi adalah calon generasi yang mempunyai hak untuk dicintai dan disayangi bukan dijual beli. Dengan penerapan syariat Islam juga akan membuat kehidupan masyarakat akan menjadi aman, terarah dan penuh berkah. InsyaAllah.

Posting Komentar

0 Komentar