AGUS VIRAL, BUKTI SEKULER BIKIN HILANG MORAL


Oleh: Sartika Ummu hafidz
Penulis Lepas

Akhir tahun 2024 diramaikan oleh beberapa nama "Agus" yang menjadi pusat perhatian publik, baik karena kontroversi maupun kasus hukum yang melibatkan mereka. Berikut adalah lima nama yang mencuri perhatian warganet. Agus Salim, Agus Buntung, Agus Bakar dan Gus Miftah. Dilansir dari VIVA.co.id, Sabtu, 14/12/2024.

Agus Salim adalah korban penyiraman air keras yang kemudian dibantu oleh youtuber Novi Pratiwi, tapi kemudian terjadi kesalahpahaman kemudian Agus melaporkan Novi yang telah membantunya mendapatkan 1.4M donasi dari ribuan donatur. Walaupun hasilnya adalah Novi tidak bersalah dan akhirnya Agus harus mengembalikan uang donasi. Tindakan Agus tentu membuat netizen geram karena tidak punya rasa terima kasih bahkan terkesan tak punya adab melaporkan orang yang telah membantunya mendapatkan donasi.

Agus buntung dari Lombok, dia adalah seorang pemuda yang tidak mempunyai tangan. Namun demikian, tercatat 19 orang yang telah melaporkannya sebagai korban pelecehan dan 3 di antaranya adalah anak di bawah umur. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa. Kendati demikian beredar pula video Agus buntung tengah pesta miras besama teman-temanya, juga video dirinya sedang berjoged di atas panggung bersama biduan. Tentu saja hal tersebut membuat netizen geram, bahkan terasa tidak masuk akal. Bisa-bisanya orang yang tidak sempurna tapi melakukan hal keji seperti itu. Apa lagi jika dia punya tangan yang sempurna seperti orang lain?

Agus Rahmat mantan satpam di kantor pelayanan pajak pertama Kotabumi, Lampung Utara nekat membakar kantor pajak karena motif sakit hati setelah ia dipecat. Kerugian akibat kejadian ini mencapai 500juta, termasuk alat tulis kantor, laptop dan arsip penting. Berita ini pun membuat netizen heran, hanya karena sakit hati tega membuatnya masuk penjara karena menjadi tersangka pembakaran tersebut.

Gus Miftah seorang ulama terkenal yang menjadi viral karena perkataan beliau yang kasar kepada seorang penjual es teh di tengah ceramahnya. Beliau bercanda dengan kata yang tidak pantas disebutkan oleh seorang tokoh ulama. Walaupun beliau sudah mendatangi penjual es dan meminta maaf tapi netizen masih heran, karena sebagai contoh bagi jamaahnya tidak patut beliau berkata demikian walaupun sebatas guyonan.


Akar masalah

Dari empat kejadian di atas yang melibatkan nama yang sama, membuat kita berfikir ada apa dengan nama Agus? Kenapa nama yang sama ini melakukan hal yang tidak baik?

Sebenarnya bukan nama Agus yang salah, tapi sistem kapitalis sekuler yang membuat Agus bertingkah laku demikian. Bagaimana bisa sistem mempengaruhi tingkah laku? Tentu saja bisa, mari kita jabarkan satu per satu.

Aqidah dari kapitalis adalah sekuler yaitu pemisahan agama dari kehidupan, sekaligus menjadi asas bagi peradaban Barat. Dan ini pula pola berfikir yang dikembangkan serta disebarkan Barat keseluruhan dunia termasuk Indonesia, serta menjadi tonggak kebudayaannya. Sehingga mengguncang aqidah umat Islam itu sendiri.

Kapitalis sekuler mengakui adanya Pencipta tetapi aturan pencipta tidak boleh dipakai dalam kehidupan. Artinya agama hanya boleh digunakan sebagai ritual ibadah saja, tidak boleh untuk mengatur masalah kehidupan. Seakan-akan agama hanya urusan individu dengan Tuhannya.

Perjalanan hidup manusia menurut kapitalis sekuler berlandaskan manfaat belaka, jika ada manfaatnya maka akan dilakukan, sebaliknya jika tidak ada manfaatnya maka akan ditinggalkan.

Sedangkan makna kebahagiaan bagi kapitalis sekuler adalah dengan memperoleh sebesar-besarnya kesenangan yang bersifat jasmani. Serta menjunjung tinggi kebebasan, di antaranya adalah bebas berbuat semaunya selama ia melihat di dalam perbuatan itu ada kebahagiaan.

Adab yang mulai hilang, kebebasan yang kebablasan, akhlak yang tidak baik serta mencampur adukan yang hak dan yang batil dianggap hal yang wajar. Hal ini karena negara kita menerapkan sistem kapitalis sekuler.

Masyarakat saat ini tidak berani melaporkan kemaksiatan yang ada, karena takut akan dianggap melanggar Hak Asasi Manusia. Sehingga hilangnya peran masyarakat membuat mudahnya terjadi perilaku kemaksiatan.

Sumber daya alam dalam sistem kapitalis sekuler dikuasai oleh para pemilik modal, walaupun mereka adalah orang asing. Hal ini berimbas pada kurangnya lapangan pekerjaan bagi rakyat pribumi. Karena bukan lagi negara yang mengelola untuk kemakmuran rakyatnya.

Dalam undang-undang sekuler hukuman atau sangsi untuk para pelaku kejahatan saat ini adalah penjara, di mana setelah keluar dari penjara tidak sedikit yang menjadi pelaku kejahatan lagi. Bukankah hal tersebut bukti bahwa hukuman yang diberikan belum tepat karena tidak menimbulkan efek jera?


Bagaimana solusinya?

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Islam mempunyai solusi untuk segala problematika kehidupan manusia, semua ada solusinya dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Karena pencipta telah menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia.

Islam mewajibkan umatnya untuk tunduk patuh terhadap syariat pencipta. Selain itu kebahagiaan hidup menurut Islam adalah mendapatkan rida Allah ﷻ, sehingga dalam perjalanan hidup harus sesuai dengan perintah dan larangan Allah, serta standar perbuatan seorang muslim adalah halal dan haram, bukan keinginan dirinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, menyampaikan:

أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya: "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Tirmidzi no. 1162. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 284.)

Agus Salim tidak mungkin melaporkan Novi yang telah membantunya mendapatkan donasi jika ia mempunyai akhlak yang baik. Namun, saat ini umat Islam banyak yang tidak mengenal ajaran Islam itu sendiri, sehingga akhlaknya pun tidak mencerminkan akhlak umat muslim yang sesungguhnya.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al Maidah ayat 90:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.

Rasulullah ﷺ bersabda,

اخْتَنِبُوا الخَمْرَ فَإِنَّهَا أُمُّ الْخَبَائِثِ
Artinya: "Jauhilah arak, sebab ia merupakan induk segala hal yang kotor (keji)."

Dalam kasus Agus buntung yang melakukan pemerkosaan terhadap 19 korban, tidak lepas dari kebiasanya mengkonsumsi miras. Bukan lagi rahasia umum saat ini miras begitu mudah didapatkan. Seharusnya negara berperan dalam memberantas minuman keras ini, karena ia adalah induk dari segala kejahatan. Namun, saat ini hanya sebagai formalitas belaka yang nyatanya di berbagai tempat masih banyak orang yang mengkonsumsinya.

Masyarakat dalam sistem Islam tidak akan diam saja saat ada yang melakukan kemaksiatan, karena mereka sadar bahwa diam itu artinya mendukung dan mereka akan mendapatkan dosa juga. Maka dari itu masyarakat Islam akan melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar, mereka sadar akan kewajibannya terhadap sesamanya dan tidak berprilaku individualisme. Hal ini akan meminimalisir terjadinya kemaksiatan.

Selanjutnya Islam juga mempunyai cara untuk menyembuhkan sakit hati bukan dengan balas dendam tapi dengan berdoa kepada Tuhan yang telah menitipkan perasaan itu di hatinya. Sehingga ia pun ridho dengan segala ketentuan yang terjadi dalam hidupnya dan tidak akan berbuat mengikuti hawa nafsunya yang berakibat merugikan dirinya sendiri.

Doa orang tersakiti agar diberi ketenangan:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا بِكَ مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ
Artinya: "Ya Allah aku memohon kepada-Mu jiwa yang merasa tenang kepada-Mu yang yakin akan bertemu dengan-Mu, yang ridho dengan ketetapan-Mu, dan yang merasa cukup dengan pemberian-Mu."

Begitulah Islam, mengajarkan kepada umatnya untuk mendahulukan belajar adab sebelum belajar ilmu. Bahkan dikatakan adab lebih tinggi letaknya dari pada ilmu.

Abu Zakariyya Rahimahullah mengatakan :

علم بلا أدب كنار بلا حطب، وأدب بلا علم كروح بلا جسد
Artinya: "Ilmu tanpa adab, seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh"

Begitu pentingnya adab hingga para ulama sangat memperhatikannya. Sebab, kepintaran pun tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab. Ilmu bisa menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak didampingi dengan adab.

Menurut aturan Islam, kekayaan alam adalah bagian dari kepemilikan umum yang wajib dikelola oleh negara. Hasilnya diserahkan untuk kesejahteraan rakyatnya. Sebaliknya, haram hukumnya menyerahkan pengelolaan kepemilikan umum kepada individu, swasta apalagi asing.

Di antara pedoman dalam pengelolaan kepemilikan umum antara lain merujuk pada sabda Rasulullah ﷺ: "Kaum Muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: air, rumput dan api." (HR Ibnu Majah)

Selain itu Islam mempunyai sangsi bagi para pelaku kemaksiatan seperti pemerkosaan, yaitu dirajam atau dilempari batu sampai mati. Hukuman rajam ini pernah dijatuhkan kepada pelaku pemerkosaan di zaman Rasulullah ﷺ. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abduljabbar bin Wa'il dari ayahnya, yang mengatakan, "Bahwa beliau (Nabi) memerintahkan untuk merajam pelaku pemerkosaan."

Hal ini agar menjadi penebusan dosa bagi pelaku di dunia dan menjadi efek jera bagi para penonton yang menyaksikannya. Sehingga kejahatan semacam ini tidak akan terulang kembali. Itulah hukuman yang paling adil menurut pencipta.

Namun, hal ini tidak akan terjadi apabila sistem kapitalis sekuler masih diemban oleh negara. Maka hanya dengan mengganti sistem yang ada dengan sistem Islam akan menjadi solusi untuk segala problematika kehidupan. Bukan hanya sebagai ritual ibadah saja, tapi diterapkanya seluruh aturan pencipta dalam segala aspek kehidupan.

أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ﴾ [ التين: 8]﴿
Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya? (QS.Tin: 8)

Wallahu 'alam bissowab.

Posting Komentar

0 Komentar