Oleh: Alex Syahrudin
Jurnalis Lepas
Pertarungan antara haq dan batil bersifat abadi, berlangsung sejak awal penciptaan manusia hingga hari kiamat. Di dunia maupun akhirat, manusia akan dikumpulkan sesuai golongannya. Mereka yang ahli maksiat tidak akan bercampur dengan ahli taat, sebagaimana pepatah lama mengatakan, "Birds of a feather flock together" burung yang memiliki bulu sama akan berkumpul di dahan yang sama.
Fenomena ini juga terlihat dalam kasus perampasan tanah rakyat atas nama Proyek Strategis Nasional (PSN) Pantai Indah Kapuk 2 (PIK-2). Para pembela oligarki cenderung berasal dari golongan yang sama: penyembah uang, tak berempati kepada rakyat, dan tanpa malu membela kezaliman. Kelompok ini mencakup politisi, militer, aparat, akademisi, hingga buzzer. Mereka bergerak demi kepentingan pribadi dan tidak segan tampil di hadapan publik untuk menunjukkan loyalitas mereka pada kekuasaan.
Di sisi lain, mereka yang membela rakyat bergerak atas dasar nurani, semangat menegakkan kebenaran, dan berharap balasan hanya dari Allah ï·». Golongan ini hadir dari berbagai latar belakang dengan tujuan mulia: melawan kezaliman proyek PIK-2 yang telah merampas hak rakyat.
Dimensi Kezaliman Proyek PIK-2
Kezaliman proyek PIK-2 tidak hanya berdampak pada warga yang tanahnya dirampas, tetapi juga menciptakan penderitaan luas. Warga Banten mengungkapkan berbagai kerugian seperti kebisingan, kerusakan jalan, kecelakaan yang menyebabkan korban cacat hingga meninggal dunia. Semua ini disampaikan dalam Musyawarah Rakyat Banten di Pontang. Namun, para korban justru mendapat teror dan tekanan untuk mengubah pernyataan mereka.
Upaya mediasi yang ditawarkan pihak oligarki, baik melalui advokat maupun jalur tidak resmi, menunjukkan bagaimana mereka mencoba memanipulasi kasus ini. Ketika Ahmad Khozinudin menolak mediasi tertutup, berbagai tuduhan hingga caci maki dilontarkan oleh pihak yang mengatasnamakan kepentingan rakyat, padahal sejatinya mereka membela oligarki.
Poin-Poin Sikap terhadap Proyek PIK-2
Sebagai respons atas kasus ini, Ahmad menyampaikan beberapa hal berikut kepada seluruh pihak yang peduli pada keadilan:
- Kezaliman yang Meluas: Proyek PIK-2 telah menimbulkan penderitaan besar bagi rakyat. Ahmad menegaskan bahwa kasus ini adalah milik publik dan harus diselesaikan secara transparan melalui pengadilan, bukan melalui mediasi tertutup yang rawan fitnah.
- Tidak Ada Kompromi terhadap Kezaliman: Setiap kesalahan harus mendapatkan sanksi. Proyek yang menindas rakyat harus dihentikan, dan kerugian yang dialami rakyat harus diganti.
- Persatuan Rakyat Banten: Seluruh rakyat Banten diminta untuk bersatu melawan kezaliman tanpa rasa takut. Semua bukti kezaliman harus diarsipkan untuk kebutuhan pengadilan, dan narasi perjuangan harus terus digaungkan melalui berbagai media.
- Bersandar pada Ikatan Allah ï·»: Persatuan yang kokoh hanya dapat tercapai dengan bersandar pada tali Allah. Mereka yang berpegang teguh pada agama Allah ï·» akan tetap teguh menghadapi segala ujian.
- Tingkatkan Ketaatan kepada Allah ï·»: Senjata paling ampuh bagi kaum beriman adalah takwa. Dengan takwa, pertolongan Allah ï·» akan senantiasa menyertai perjuangan menegakkan kebenaran.
Kesimpulan
Kezaliman PIK-2 adalah cerminan nyata dari pertarungan antara haq dan batil. Di tengah tekanan dan intimidasi, perjuangan melawan kezaliman ini harus terus dilanjutkan dengan bersandar kepada Allah ï·». Karena sejatinya, kemenangan hanya akan berpihak pada kebenaran.
Semoga Allah ï·» memenangkan perjuangan ini dan memberikan balasan terbaik bagi mereka yang istiqamah membela rakyat. Allahu Akbar!
0 Komentar