TRUMP DAN NETANYAHU: KOMITMEN AMERIKA DAN ISRAEL UNTUK MENAKLUKKAN GAZA


Oleh: Alraiah
Jurnalis Palestina

Kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden AS memunculkan berbagai spekulasi terkait dampaknya terhadap konflik Gaza. Kemenangan ini mengingatkan kembali pada berbagai pernyataan yang pernah ia lontarkan saat kampanye, dengan fokus untuk menyelesaikan konflik Gaza dan mewujudkan perdamaian di kawasan Timur Tengah. Trump bahkan pernah mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, agar segera menyudahi perang di Gaza, sembari memberikan dukungan penuh bagi Israel untuk meraih “kemenangan.

Trump secara terbuka mengkritik pendekatan pemerintahan Biden terhadap Gaza sebagai “lemah” dan “ragu-ragu.” Ia berjanji, jika terpilih, akan mendukung hak Israel dalam memerangi terorisme dan memastikan Israel menang dengan cepat, tanpa mempedulikan dampaknya. Baik Trump, Biden, maupun Harris tampaknya sama-sama memberikan dukungan penuh kepada Israel. Biden bahkan pernah berkata, “Tidak perlu menjadi seorang Yahudi untuk menjadi seorang Zionis; saya adalah Zionis.


Dukungan AS untuk Perang Gaza di Bawah Biden

Sepanjang tahun lalu, pemerintahan Biden telah memberikan dukungan yang sangat besar kepada Israel yang memungkinkan mereka melancarkan perang brutal di Gaza. Bantuan ini mencakup pengiriman lebih dari 300 pesawat dan 50 kapal yang membawa sekitar 40 ribu ton senjata dan amunisi. Berdasarkan laporan, AS telah menanggung 70% biaya perang yang dijalankan Israel, dengan bantuan militer Amerika mencapai lebih dari 17 miliar dolar. Dukungan mutlak ini juga terlihat dari tekanan Biden kepada para pemimpin Arab agar melindungi Israel dari perlawanan rakyat muslim yang siap meletus di kawasan.


Tawaran Trump yang Menarik bagi Israel

Di tengah dukungan penuh pemerintahan Biden, Netanyahu tampaknya justru berharap lebih besar pada Trump, setidaknya ada tiga alasan utama:

1. Solusi Dua Negara yang Ditangguhkan
Selama masa kepemimpinannya, Trump menunjukkan ketidakseriusan terhadap solusi dua negara. Ia mengusulkan “kesepakatan abad Ini” yang melibatkan normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab melalui perjanjian Abraham tanpa syarat mendukung Palestina. Hal ini sejalan dengan keinginan Netanyahu yang menginginkan keuntungan ekonomi dan politik tanpa harus memberikan pengakuan penuh bagi Palestina sebagai negara.

2. Pendekatan Agresif untuk Gaza dan Lebanon
Netanyahu melihat dalam diri Trump seorang pemimpin yang tidak segan-segan menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan. Trump dianggap mampu menekan negara-negara kawasan seperti Qatar, Mesir, Turki, hingga Iran agar tunduk pada keinginan AS dan Israel dalam perang Gaza maupun konflik di Lebanon. Baru-baru ini, media Israel melaporkan desas-desus bahwa Qatar diminta menutup kantor Hamas di Doha sebagai bagian dari tekanan AS.

3. Sikap Tegas Terhadap Program Nuklir Iran
Netanyahu berharap Trump akan kembali mengambil langkah keras terhadap Iran, terutama terkait program nuklirnya. Saat menjabat, Trump memberlakukan sanksi ketat kepada Iran, termasuk embargo minyak yang melumpuhkan ekonomi negara tersebut. Netanyahu berharap Trump akan menggunakan semua cara, termasuk opsi militer, untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir.


Kesimpulan: Palestina dalam Cengkeraman Politik Amerika-Israel

Perbedaan antara Biden dan Trump terkait Palestina sejatinya hanya terletak pada strategi dan taktik, bukan pada tujuan. Keduanya sepakat untuk mempertahankan dominasi AS di Timur Tengah dengan menjadikan Israel sebagai basis kekuatan dan alat penjajahan di kawasan kaum Muslim. Kepentingan utama mereka adalah memastikan Israel tetap kuat dan aman untuk melayani kepentingan Barat.

Hanya dengan kebangkitan umat Islam dan militernya yang mengambil kembali kendali, Palestina dapat terbebas dari cengkeraman kekuasaan asing. Sebagai langkah solutif, umat harus menanggalkan para penguasa yang berkhianat dan tunduk pada kepentingan asing serta mengupayakan tegaknya Khilafah yang akan melindungi kehormatan dan kemuliaan umat.

Posting Komentar

0 Komentar