Oleh: Alraiah
Jurnalis Palestina
Siapa yang bertanggung jawab? Pertanyaan ini sering diajukan banyak orang yang berupaya mendapatkan jawaban yang memuaskan, dengan tujuan menghentikan penderitaan rakyat Palestina selamanya, dengan cara menghancurkan entitas Yahudi dan membebaskan Palestina.
Sebagian orang terkejut dengan besarnya tragedi, kekerasan, pembantaian, luka parah, penderitaan, banyaknya korban tewas dan terluka, serta kehancuran yang meluas. Mereka tidak mampu mencari jawaban atas pertanyaan ini selain melihat pada sebab-sebab yang tampak, sehingga fokus mereka terletak pada pihak atau pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas apa yang terjadi di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Sementara itu, sebagian lain telah maju dalam berpikir. Mereka mulai mencari solusi dan jalan keluar, serta siapa pihak yang memiliki kemampuan untuk menghentikan perang keji di Gaza. Sebagian dari mereka bahkan mengajukan inisiatif dan solusi untuk keluar dari krisis dan menghindari kondisi yang lebih buruk, menurut anggapan mereka.
Saya menganggap semua yang mencari, berdiskusi, dan mengusulkan solusi dilandasi niat baik serta keinginan tulus untuk mengakhiri penderitaan dan menghentikan tragedi ini. Oleh karena itu, saya tidak akan membahas niat individu atau kelompok tertentu serta mengabaikan orientasi dan agenda mereka. Fokus saya adalah tujuan menghentikan perang dan pemusnahan.
Sayangnya, upaya dan solusi yang diajukan sejauh ini tidak akan berhasil dan justru lebih merugikan Palestina. Hal ini karena landasan yang digunakan tidak tepat, sehingga upaya tersebut akan terus berputar dalam lingkaran setan, berakhir sia-sia tanpa mencapai tujuan, bahkan mungkin memperburuk keadaan. Sejarah telah membuktikan kebenaran ini. Meskipun banyak inisiatif untuk menyelesaikan masalah Palestina, semuanya tidak pernah membawa kemajuan, malah sering memperburuk keadaan.
Pepatah "Tidak ada yang menggaruk punggungmu selain kukumu sendiri" sering diulang ketika membahas solusi untuk masalah Palestina. Di sinilah letak masalahnya, karena pepatah ini menyederhanakan solusi masalah Palestina menjadi persoalan nasional semata. Pandangan ini menganggap masalah Palestina adalah tanggung jawab warga Palestina sendiri, sehingga mereka harus menyelesaikannya secara mandiri. Dengan demikian, masalah Palestina dianggap sebagai murni masalah nasional, sehingga negara lain baik Arab maupun negara-negara mayoritas Muslim lainnya hanya melakukan dukungan sebatas bantuan materi semata.
Pandangan nasionalistis ini, yang oleh sebagian orang dipandang sebagai obat, tapi sebenarnya obat untuk akar penyakit dan penyebab gagalnya solusi untuk mengakhiri penderitaan Palestina justru tidak pernah tercapai. Solusi hakiki yang dibutuhkan Palestina untuk mengakhiri penderitaan ini akan saya jelaskan sebagai berikut:
1. Landasan Syariat
Kaum Muslim seharusnya memandang seluruh urusan mereka dengan kacamata hukum syariat, baik dalam urusan pribadi maupun umum. Masalah Palestina juga harus diselesaikan berdasarkan hukum Allah, bukan dengan hukum realitas seperti norma internasional.
2. Waspada terhadap Kepentingan Asing
Tidak masuk akal jika seseorang yang membahas masalah Palestina mengabaikan kepentingan kolonialis kafir di dunia Islam. Berinteraksi dengan negara-negara Barat kafir, menerima pendekatan atau solusi mereka, adalah sebuah jebakan yang akan seolah menghapus masalah Palestina sambil berpura-pura mencari solusi. Tidak ada kebaikan yang bisa diharapkan dari musuh-musuh Allah.
3. Akar Masalah: Hilangnya Kekhilafahan
Masalah Palestina merupakan konsekuensi dari runtuhnya kekhilafahan. Ketika kekhilafahan hilang, Palestina pun ikut hilang, begitu juga wilayah-wilayah Islam lainnya.
Secara praktis, pembebasan Palestina tidak secara langsung bergantung pada keberadaan kekhilafahan. Setiap upaya yang ikhlas dari pasukan Muslim mana pun, dengan sumber daya yang tersedia, dapat membebaskan Palestina tanpa perlu menunggu hadirnya kekhilafahan. Namun, hambatan terbesar dari solusi tersebut justru akan datang dari rezim-rezim penguasa di negara-negara Muslim yang menjadi batu sandungan. Maka, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menggulingkan rezim-rezim ini, memilih pemimpin yang amanah, dan melanjutkan langkah menuju pembebasan Palestina. Sebagaimana kaidah syariat mengatakan:
مَا لاَ يَتِمُّ الوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
“Perkara wajib yang tidak sempurna kecuali dengannya, maka perantara itu menjadi wajib.”
4. Bahaya Nasionalisme
Menerima ide nasionalisme serta membangun hubungan atas dasar itu, baik di dalam maupun luar "batas wilayah" yang dianggap sah, adalah kejahatan di dalam Islam. Hal ini hanya melayani agenda kolonialis kafir yang ingin memecah belah umat Islam.
Siapa yang Bertanggung Jawab?
Allah ﷻ telah menakdirkan bahwa rakyat Palestina berada di garis depan menghadapi Yahudi. Mereka menerima takdir ini dengan lapang dada, bahkan menganggapnya sebagai kehormatan yang Allah berikan kepada mereka. Mereka telah melaksanakan kewajiban mereka dengan jihad dan perjuangan, menjaga nyala permusuhan terhadap Yahudi. Namun, tidak adil jika semua beban perjuangan dilemparkan kepada mereka saja.
Tanggung jawab pembebasan Palestina terletak pada seluruh umat Islam, terutama negara-negara yang berada di sekitar Palestina. Umat Islam wajib bergerak segera, tidak hanya dengan reaksi emosional sementara, tetapi dengan aksi nyata dan berkelanjutan. Umat harus menjadikan jalan-jalan dan alun-alun mereka sebagai medan perjuangan, dengan satu tuntutan: menggulingkan rezim penguasa dan menggerakkan tentara.
Pesan ini harus sampai ke para tentara Muslim. Umat tidak boleh berhenti atau meninggalkan medan perjuangan hingga tentara dan perwira merespons seruan ini. Pengorbanan yang dilakukan adalah jalan menuju pembebasan Al-Quds, sebuah jalan yang penuh kehormatan dan lebih ringan dibandingkan dengan penderitaan yang telah umat rasakan selama ini.
Allah telah berjanji untuk menolong siapa saja yang menolong agama-Nya. Maka, bergeraklah sekarang juga, karena kemenangan dari Allah adalah jaminan-Nya:
وَلَيَنْصُرَنَّ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِيٌّ عَزِيْزٌ...
... Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (QS. Al-Hajj Ayat 40)
0 Komentar