FENOMENA JOGET SADBOR DI TIKTOK: TANDA KEGAGALAN NEGARA DALAM MENJAMIN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


Oleh: Darul Iaz
Penulis Lepas

Fenomena “Joget Sadbor” atau “Joget Ayam Patuk” di TikTok menjadi sorotan publik beberapa waktu terakhir. Ribuan warga desa, khususnya di Sukabumi, Jawa Barat, yang sebelumnya berprofesi sebagai petani atau pekerja kasar, kini berbondong-bondong terjun ke dunia digital untuk melakukan siaran langsung (live streaming) dengan berjoget di TikTok. Mereka rela meninggalkan pekerjaan tradisional yang sulit memberikan penghidupan layak demi mencoba peruntungan di platform media sosial, di mana pendapatan fantastis dari saweran online menjadi daya tarik utama.


Joget Sadbor dan Aliran Dana yang Fantastis

Joget Sadbor” awalnya dikenal sebagai joget “Ayam Patuk,” terinspirasi dari gerakan tangan yang menyerupai ayam mematuk. Fenomena ini tidak hanya populer, tetapi juga menghasilkan pendapatan besar bagi pelaku live streaming. Penghasilan yang didapat bisa mencapai Rp1 juta hingga Rp3 juta per hari dari “gift” yang diberikan oleh penonton, banyak di antaranya diduga berasal dari afiliator judi online. Para afiliator ini menggunakan saweran besar sebagai bentuk promosi terselubung untuk menarik perhatian penonton.

Seorang tokoh populer dalam fenomena ini, Sadbor atau Gunawan, mampu membangun dan merenovasi rumah, membayar utang, dan membiayai perawatan keluarganya dari hasil saweran. Kesuksesan Sadbor menarik banyak warga desa untuk mengikuti jejaknya. Mereka yang dulunya petani, kuli bangunan, atau ibu rumah tangga, kini mencoba mengubah nasib melalui live TikTok demi mendapatkan tambahan penghasilan.


Mengapa Warga Desa Beralih ke Joget Sadbor?

Peralihan massal ini menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap sektor pekerjaan tradisional yang tidak menjanjikan kesejahteraan. Para petani dan pekerja kasar di pedesaan kerap menghadapi pendapatan rendah dan ketidakpastian ekonomi yang dipengaruhi kondisi cuaca dan harga pasar yang fluktuatif. Saat peluang mendapatkan penghasilan jauh lebih besar ditawarkan oleh ekonomi digital, wajar jika warga desa tergoda untuk mencoba live streaming TikTok sebagai alternatif.

Dalam sebulan, seorang penggiat joget Sadbor bisa menghasilkan lebih dari Rp30 juta, jumlah yang sulit dicapai melalui pekerjaan tradisional. Inilah yang membuat warga desa melihat TikTok sebagai bentuk ekonomi baru yang lebih praktis, menjanjikan, dan potensial, bahkan meski harus mempertaruhkan martabat.


TikTok dan Transformasi Sosial di Pedesaan

Fenomena ini mencerminkan transformasi sosial yang dipicu oleh kemajuan ekonomi digital. Dalam teori perilaku kolektif yang dikemukakan oleh Gustav Le Bon, ketika seseorang terhubung dalam kelompok besar, mereka cenderung mengadopsi norma-norma atau perilaku kelompok tersebut. Dalam konteks ini, keberhasilan sebagian orang mendapatkan penghasilan dari joget Sadbor mendorong warga lainnya untuk bergabung dalam aktivitas yang sama, menciptakan identitas dan kebanggaan baru melalui pengikut dan pengakuan dari publik luar desa.

Selain penghasilan, popularitas yang didapatkan warga melalui live streaming memberi mereka status sosial digital. Mereka yang sebelumnya hanya dikenal dalam lingkup desa kini mendapat pengakuan dan dihormati secara luas, yang menjadi bagian dari pembentukan identitas dan harga diri di era digital.


Kontroversi Joget Setbor: Hiburan atau Ngemis Online?

Keberadaan gift yang diberikan oleh penonton dalam live TikTok memunculkan ambiguitas antara hiburan dan mengemis online. Dari satu sisi, banyak yang menganggap joget Sadbor sebagai bentuk hiburan yang menghibur dan mengundang tawa. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa fenomena ini merupakan bentuk eksploitasi diri, di mana pelaku live akan melakukan gerakan atau aksi tertentu untuk mendapatkan gift. Hal ini mirip dengan “ngemis online” di mana mereka memanfaatkan simpati penonton demi memperoleh penghasilan tambahan.

Henry Bergson, seorang filsuf, menyebut bahwa humor terkadang muncul dari rasa superioritas penonton terhadap perilaku konyol seseorang. Dalam konteks ini, para penonton merasa terhibur oleh aksi-aksi joget yang dilakukan warga desa, yang tidak jarang melibatkan gerakan aneh atau komentar-komentar lucu. TikTok menjadi arena di mana orang rela melakukan apa saja demi gift, dan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton yang merasa terhibur.


Afiliator Judi Online dan Strategi Terselubung

Keberadaan saweran besar dalam live TikTok Sadbor mengindikasikan adanya afiliasi dengan judi online, di mana para afiliator menggunakan saweran sebagai strategi pemasaran terselubung untuk meningkatkan brand awareness. Pengguna TikTok, yang sebagian besar adalah remaja berusia 18-24 tahun, dianggap sebagai target pasar masa depan bagi industri judi online, meski saat ini mungkin belum berpotensi besar dalam hal pendapatan. Mereka memanfaatkan TikTok sebagai media untuk membangun kesadaran merek sejak dini, berharap bahwa calon pengguna yang terpapar secara berulang akan tertarik mencoba judi online di masa mendatang.

Menurut laporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), perjudian online kini menarik minat banyak pengguna usia muda, bahkan anak-anak. Kondisi ini menjadi perhatian serius yang memerlukan pengawasan ketat dari orang tua.


Gagalnya Pemerintah Menjamin Kesejahteraan Petani

Fenomena joget Sadbor juga menunjukkan kegagalan pemerintah dalam menyejahterakan petani. Banyak petani di Indonesia terpaksa meninggalkan ladang mereka dan beralih ke ekonomi digital karena sulitnya bertahan hidup dari sektor pertanian. Harga produk pertanian yang tidak stabil, minimnya subsidi, serta kebijakan impor yang tidak berpihak kepada petani lokal membuat profesi ini tidak lagi menjanjikan. Akibatnya, mereka mencari alternatif lain yang lebih menjanjikan, termasuk melalui live streaming di TikTok.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat masih adanya 7,99 juta pengangguran di Indonesia pada Februari 2023. Tingginya angka pengangguran ini memperlihatkan ketimpangan ekonomi di negeri ini, di mana pemerintah gagal menciptakan lapangan kerja yang layak dan memadai bagi rakyat. Bahkan dalam kebijakan ketenagakerjaan, pemerintah tampak lebih berpihak pada kepentingan investor dan korporasi ketimbang menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat umum.


Solusi Islam terhadap Problematika Ekonomi

Islam mengajarkan bahwa negara memiliki tanggung jawab besar dalam menjamin kesejahteraan rakyat. Pemerintah harus mampu memberikan jaminan kebutuhan pokok serta mendukung sektor-sektor produktif seperti pertanian agar rakyat tidak terpaksa meninggalkan ladang mereka demi mencari penghasilan dari sumber yang tidak semestinya. Islam menekankan pada pentingnya pengelolaan ekonomi yang adil dan bertanggung jawab, di mana negara memiliki peran sentral dalam menjaga kesejahteraan masyarakatnya tanpa bergantung pada pihak asing atau korporasi besar.


Kesimpulan

Fenomena joget Sadbor di TikTok mengindikasikan adanya pergeseran nilai dan transformasi ekonomi di masyarakat pedesaan akibat keterbatasan ekonomi di sektor tradisional. Hal ini memperlihatkan bahwa ketika kesejahteraan ekonomi tidak tercapai melalui profesi tradisional seperti bertani, masyarakat akan mencari alternatif lain yang mungkin saja memunculkan kontroversi moral dan sosial.

Pemerintah perlu segera melakukan perbaikan pada sektor pertanian dan ekonomi agar masyarakat tidak terjebak dalam arus ekonomi digital yang penuh ambiguitas dan potensi risiko di masa depan. Karena itu ada baiknya pemerintah mempertimbangkan solusi alternatif yang gagal di wujudkan oleh sistem kapitalis-sekuler dengan menggantinya dengan sistem Islam yang dalam sejarahnya terbukti mampu menyelesaikan segala problematika kehidupan dari individu, masyarakat, hingga negara.

Wallahualam bissawab.

Posting Komentar

0 Komentar