Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Tidaklah mengherankan jika anggota DPR terpilih di setiap periode hanyalah pengulangan dari periode sebelumnya. Mereka cenderung memamerkan kekayaan, mengabaikan nasib rakyat, dan lebih fokus pada kepentingan pribadi. Begitu dilantik, perhatian utama mereka lebih pada tunjangan pensiun seumur hidup dan fasilitas rumah dinas daripada memikirkan nasib rakyat yang telah memilih mereka.
Begitu juga, jika Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka terpilih, kita harus siap menghadapi kebijakan yang mungkin tak jauh berbeda. Pajak rakyat akan terus dipungut, utang negara semakin menumpuk, dan sumber daya alam (SDA) yang melimpah di Indonesia akan kembali diserahkan kepada korporasi besar, baik asing maupun aseng. Pasir, hutan, tambang, semuanya berpotensi jatuh ke tangan oligarki yang telah lama bercokol.
Perubahan hanya terjadi pada sosok pemimpinnya, tetapi pemain utama dalam oligarki tetap tak tergoyahkan. Mereka menanam 'telur politik' di berbagai kubu, siapapun yang menang, mereka tetap akan menikmati SDA Indonesia yang kaya raya.
Mengulang Kesalahan yang Sama
Kita perlu siap dengan kenyataan bahwa yang terjadi hanya pergantian aktor, namun sistem yang berjalan tetap sama. Kritik yang dulu kita arahkan pada presiden sebelumnya, kini akan kembali diarahkan kepada Prabowo, karena pada akhirnya kebijakan kapitalisme sekuler yang dibungkus demokrasi tetap berlanjut. Demokrasi yang kita harapkan sebagai sistem yang membawa perubahan hanya mengulang siklus yang sama: pilih-pilih calon, kecewa dengan hasil, dan kemudian kembali mengeluh.
Namun, apakah kritik tanpa solusi adalah jalan keluar? Kita tidak bisa hanya mencela, mengeluh, atau mengumpat. Perubahan sejati memerlukan solusi yang konkret, dan solusi itu bukanlah Pemilu, Pilpres, atau Pilkada yang hanya menawarkan pilihan antara pasangan calon yang rakus atau tidak bermoral.
Khilafah sebagai Solusi
Solusi yang sebenarnya adalah Khilafah. Jangan takut, ragu, atau malu untuk menyuarakannya. Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang bersumber dari wahyu, dan selama 13 abad, Khilafah telah membuktikan kemampuannya dalam memakmurkan dunia. Indonesia, dengan segala potensinya, tidak seharusnya terus bertahan dalam sistem demokrasi sekuler yang jelas-jelas gagal menyejahterakan rakyat.
Indonesia adalah negeri yang luas dan kaya. Namun, jika terus-menerus melanggengkan sistem yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, kita hanya akan mengulangi kesalahan yang sama. Apakah kita tidak merindukan Indonesia menjadi pusat peradaban dunia di bawah naungan Khilafah, sebagaimana Islam pernah memimpin dunia selama berabad-abad?
Khilafah Harus Disuarakan
Jika kita menginginkan Khilafah, maka kita harus berani menyuarakannya. Jangan hanya berharap, tetapi diam. Khilafah harus menjadi topik perbincangan publik, harus menjadi viral. Soal pro dan kontra, itu adalah hal yang biasa dalam perjuangan. Bahkan Rasulullah ï·º, yang dibimbing langsung oleh wahyu, juga menghadapi pro dan kontra ketika menyebarkan Islam.
Jangan takut dengan anggapan orang lain. Jangan membuat asumsi atau menakut-nakuti diri sendiri dan orang lain. Pada kenyataannya, dakwah Khilafah hanyalah berbicara, menyampaikan ide-ide Islam. Apakah kita tidak berani? Apakah kita malu untuk menyampaikan kebenaran yang kita yakini?
Lihatlah mereka yang berjuang untuk partai politik atau pasangan calon dalam Pilkada. Mereka berani meneriakkan dukungan mereka meskipun sadar bahwa banyak dari partai dan calon yang mereka dukung akan terlibat dalam korupsi. Mereka tidak malu, walau tahu bahwa sistem ini hanya melanggengkan jual beli jabatan dan praktik korupsi.
Saatnya Berani Bicara
Maka, kenapa kita harus ragu? Mari berani bicara tentang Khilafah. Tidak perlu takut atau ragu. Sekali lagi, Khilafah adalah solusi. Bukan hanya sebuah ide, tetapi sebuah sistem yang telah terbukti sukses dalam sejarah Islam.
Mari kita mulai menyuarakan Khilafah. Khilafah adalah solusi untuk Indonesia dan dunia.
0 Komentar