RUSIA DAN OPSI PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR: BABAK BARU DALAM PERANG UKRAINA


Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik 

Rusia telah memasuki fase baru dalam upayanya menghadapi serangan dari Ukraina, dengan memperbarui doktrin penggunaan senjata nuklirnya. Sebelumnya, penggunaan senjata nuklir Rusia hanya diperuntukkan bagi ancaman langsung terhadap kedaulatan Rusia. Namun, dengan meningkatnya dukungan penuh NATO terhadap Ukraina, Rusia kini memperluas definisi penggunaan senjata nuklir demi menjaga keamanan nasionalnya.

Doktrin terbaru ini mengizinkan Rusia untuk menggunakan senjata nuklir tidak hanya ketika menghadapi ancaman dari negara bersenjata nuklir, tetapi juga saat menghadapi serangan negara non-nuklir yang didukung oleh negara-negara pemilik senjata nuklir, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. Dalam hal ini, Ukraina yang didukung NATO menjadi target potensial dari penerapan doktrin baru tersebut.

Amerika Serikat mengecam keras langkah Rusia ini, meski tidak ada tindakan nyata dari AS untuk mengurangi keterlibatan militernya dalam perang Ukraina. AS hanya memberikan respons verbal, tanpa evaluasi lebih lanjut atas perannya sebagai negara dengan kekuatan nuklir yang aktif mendukung Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam sebuah wawancara, berusaha membangun legitimasi penggunaan senjata nuklir dengan alasan melindungi keamanan nasional Rusia. Putin mengkritik AS yang dianggapnya sebagai pelopor dalam pengembangan dan penggunaan senjata nuklir, merujuk pada serangan nuklir AS terhadap Jepang di akhir Perang Dunia II. Putin menegaskan bahwa Rusia memiliki hak yang sama untuk menggunakan nuklir, bukan untuk menyerang negara lain, tetapi untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya.

Lebih lanjut, Putin menyerukan kepada dunia internasional agar tidak hanya mendesak Rusia untuk tidak menggunakan senjata nuklir, tetapi juga meminta tekanan kepada AS dan NATO agar berhenti mengintervensi perang Ukraina. Menurutnya, intervensi NATO justru yang dapat memicu eskalasi konflik hingga mengarah pada penggunaan senjata nuklir.

Meskipun doktrin baru ini telah diumumkan, hingga saat ini Rusia belum mengambil langkah konkret untuk menggunakan senjata nuklir dalam menghadapi perang Ukraina. Namun, jika emosi Rusia terpicu dan NATO terus memberikan dukungan penuh kepada Ukraina, bukan tidak mungkin Rusia akan mengambil tindakan drastis dan memicu konflik berskala global yang melibatkan senjata nuklir.

Perang ini memperlihatkan betapa rapuhnya stabilitas global di tengah konflik dua negara besar. Di sisi lain, Amerika Serikat terus bersikap hipokrit dengan mendorong perjanjian non-proliferasi nuklir kepada dunia, sementara secara aktif mengembangkan dan memanfaatkan senjata nuklir untuk kepentingannya.

Di tengah ketegangan ini, umat Islam tidak perlu berpihak kepada Rusia ataupun Amerika. Keduanya, baik Rusia maupun Amerika, adalah kekuatan besar yang sama-sama memiliki sejarah panjang dalam menindas umat Islam, seperti yang terlihat di Suriah. Umat Islam harus tetap fokus pada perjuangan mereka untuk menegakkan Khilafah, yang akan menjadi solusi bagi perdamaian dunia serta keadilan sejati.

Allahu Akbar!

Posting Komentar

0 Komentar