LEMAHNYA KAPITALISME SEBAGAI SISTEM EKONOMI GLOBAL DALAM MEMERATAKAN KESEJAHTERAAN


Oleh: Arslan
Penulis Lepas

Kapitalisme, sebagai sistem ekonomi yang dominan, telah menghadirkan banyak kemajuan dalam sains, teknologi, kesehatan, serta peningkatan taraf hidup di banyak negara. Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa, mengalami pertumbuhan dan inovasi yang luar biasa selama dua abad terakhir. Dalam sistem ini, tingkat harapan hidup meningkat tajam, dan daya beli pun melonjak seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.


Prinsip-Prinsip Kapitalisme

Kapitalisme berpijak pada prinsip-prinsip inti yang mendukung kebebasan individu dalam konsumsi, produksi, dan investasi. Di bawah kapitalisme, setiap individu memiliki hak kepemilikan atas aset, baik berwujud maupun tidak berwujud seperti saham dan paten. Persaingan pasar juga dianggap sebagai pendorong optimalisasi manfaat antara produsen dan konsumen, sementara peran pemerintah terbatas pada menjaga stabilitas pasar dan melindungi hak-hak individu.

Namun, di balik pencapaian ini, kapitalisme memiliki kelemahan yang signifikan. Beberapa masalah yang sering muncul adalah ketimpangan ekonomi, krisis keuangan yang berulang, dominasi dolar AS, aturan perdagangan global yang diskriminatif, serta eksploitasi lingkungan secara berlebihan.


Kelemahan Kapitalisme yang Mengakar

1. Ketimpangan Ekonomi
Salah satu kritik utama kapitalisme adalah ketimpangan ekonomi yang semakin melebar. Mekanisme distribusi yang bergantung pada pasar menciptakan jurang ekonomi yang signifikan antara si kaya dan si miskin. Studi Piketty (2014) menunjukkan bahwa dalam kapitalisme, pengembalian investasi sering kali lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi, sehingga kekayaan semakin terkonsentrasi di tangan pemilik modal.

Sistem keuangan juga semakin sulit diakses oleh masyarakat miskin. Bank-bank lebih cenderung memberikan akses permodalan kepada golongan kaya yang memiliki agunan, sementara rakyat miskin terjebak dalam hutang dengan bunga tinggi. Sementara itu, pendidikan tinggi sebagai jalan menuju peningkatan ekonomi hanya bisa diakses oleh sebagian kecil masyarakat kelas menengah bawah.

2. Krisis Keuangan yang Berulang
Kapitalisme rentan terhadap siklus ekonomi yang sering menyebabkan resesi atau depresi. Hipotesis Ketidakstabilan Keuangan Minsky menunjukkan bahwa stabilitas finansial dalam kapitalisme akan mendorong investor untuk mengambil risiko lebih besar, yang dapat memicu gelembung harga aset dan pada akhirnya menyebabkan krisis.

3. Dominasi Dolar AS
Perjanjian Bretton Woods menjadikan dolar AS sebagai standar moneter global, yang memberikan AS “keistimewaan berlebihan.” Kekuatan dolar memberi AS kontrol atas ekonomi global, dan kebijakan suku bunga The Fed berdampak besar pada ekonomi negara lain. Defisit perdagangan AS yang ditutupi utang menggunakan dolar juga menguntungkan AS secara tidak proporsional.

4. Aturan Perdagangan yang Diskriminatif
Aturan perdagangan global yang berada di bawah kendali WTO cenderung berpihak kepada negara-negara maju. Banyak kebijakan yang diambil oleh AS dan Uni Eropa untuk melindungi kepentingan perusahaan mereka justru merugikan negara-negara berkembang. Biaya litigasi yang tinggi juga menghambat negara-negara berkembang untuk mengajukan sengketa perdagangan.

5. Eksploitasi Sumber Daya Alam
Kapitalisme mendorong eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam demi pertumbuhan ekonomi. Perusahaan sering kali memprioritaskan keuntungan jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang, seperti kerusakan lingkungan. Konsumerisme yang terus tumbuh juga mendorong masyarakat untuk terus mengkonsumsi, yang menyebabkan degradasi lingkungan dan perubahan iklim.


Alternatif Solusi dalam Perspektif Islam

Berbeda dengan kapitalisme, sistem ekonomi Islam bersumber dari wahyu Allah ï·» dan memiliki mekanisme distribusi kekayaan yang adil. Kekayaan dilarang beredar hanya di kalangan tertentu, dan Islam menetapkan instrumen seperti zakat, larangan menimbun harta (kanz al-maal), wakaf, dan sedekah untuk menjaga kesejahteraan sosial.

Negara Islam juga akan memastikan akses layanan pendidikan dan kesehatan gratis untuk semua warga, tanpa diskriminasi agama, suku, atau ras. Sistem fiskal dalam Islam tidak mengandalkan utang berbasis riba, melainkan dari sumber yang telah ditetapkan syariah seperti fai, kharaj, jizyah, dan pengelolaan harta milik umum. Islam juga melarang transaksi berbasis spekulasi dan riba yang cenderung mengarah pada ketidakstabilan ekonomi.


Mengembalikan Kejayaan Peradaban Islam

Peradaban Islam yang pernah berjaya selama berabad-abad telah membuktikan bahwa prinsip-prinsip syariah dapat menghadirkan kesejahteraan dan keadilan. Al-Jazairi (2005) menjelaskan bahwa kemajuan peradaban Barat di bidang sains dan teknologi memiliki banyak hutang pada peradaban Islam pada Abad Pertengahan. Kini, dengan izin Allah ï·», peradaban Islam sedang direkonstruksi kembali untuk menggantikan kapitalisme sebagai solusi bagi tantangan ekonomi global.

Posting Komentar

0 Komentar