Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Tanggung jawab seorang pemimpin tidak hanya sebatas memerintah atau mengatur rakyatnya, tetapi juga melibatkan kehadiran dan keberanian untuk melayani serta melindungi mereka. Dalam Islam, Rasulullah ﷺ menggambarkan peran seorang pemimpin sebagai "pelayan" dan "perisai" bagi rakyatnya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Imam (kepala negara) itu adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya (HR ar-Bukhari dan Muslim).
Sebagai pelayan, seorang pemimpin harus memiliki kesabaran, kecakapan dalam memahami kebutuhan rakyat, serta kecekatan dalam memenuhi hajat mereka. Melayani rakyat dengan sepenuh hati adalah tugas utama seorang pemimpin yang amanah.
Lebih dari itu, Rasulullah ﷺ juga menegaskan bahwa:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ
"Seorang imam itu ibarat perisai, seseorang berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya. Jika seorang imam (pemimpin) memerintahkan supaya takwa kepada Allah 'azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (imam) akan mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia (imam) memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa." (HR Muslim)
Ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin adalah pelindung bagi rakyatnya, siap berdiri di garis depan saat bahaya mengancam. Untuk bisa menjadi pelindung yang sejati, pemimpin harus memiliki keberanian yang besar.
Keberanian seorang pemimpin adalah kunci untuk menciptakan keamanan bagi rakyatnya. Tidak ada yang bisa mengandalkan seorang pemimpin yang pengecut, meskipun negara tersebut memiliki persenjataan yang canggih atau kekuatan militer yang besar. Keberanian pemimpin itulah yang membuat rakyat merasa aman dan terlindungi. Bahkan dengan senjata seadanya, seperti bambu runcing atau batu, seorang pemimpin yang berani mampu mempertahankan rakyatnya dari ancaman musuh.
Sebaliknya, sifat pengecut dalam kepemimpinan akan membawa kehancuran. Sifat ini bukan hanya dibenci oleh orang-orang beriman, tetapi juga oleh mereka yang kafir. Contoh nyata dari kegagalan seorang pemimpin pengecut bisa kita lihat pada Benjamin Netanyahu, pemimpin zionis Yahudi. Netanyahu dicap sebagai pengecut oleh rakyatnya karena dia melarikan diri dari Tel Aviv ketika ada ancaman serangan dari Iran. Alih-alih memimpin rakyatnya menghadapi bahaya, Netanyahu hanya memikirkan keselamatan dirinya dan keluarganya.
Saat rakyatnya menghadapi ancaman, Netanyahu pergi meninggalkan mereka tanpa memberikan peringatan atau arahan yang tepat. Sikap ini membuat rakyat Zionis marah dan menganggap Netanyahu sebagai pengkhianat yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Meski dia berusaha membela tindakannya dengan mengatakan bahwa itu adalah strategi untuk menjaga keberlangsungan negara, rakyat tetap tidak percaya. Mereka merasa ditinggalkan dan ditumbalkan oleh pemimpinnya sendiri.
Semestinya, seorang pemimpin berdiri di garis depan untuk melindungi rakyatnya. Jika perlu, seorang pemimpin harus siap berkorban nyawa bersama rakyatnya. Sifat ksatria dan keberanian pemimpin akan memicu semangat patriotisme di kalangan rakyat, dan membuat mereka semakin loyal serta siap untuk berjuang bersama.
Saat ini, Zionis Israel dilanda krisis kepercayaan. Rakyat tidak lagi percaya pada pemimpin mereka yang dianggap pengecut dan pengkhianat. Mereka tidak lagi memiliki sosok pelindung yang dapat diandalkan, dan negara pun semakin terpecah belah.
Pesan moral dari peristiwa ini jelas: sifat pengecut dan mementingkan diri sendiri bukanlah karakteristik yang diharapkan dari seorang pemimpin. Sifat ini dibenci oleh siapa saja, baik oleh orang beriman maupun oleh orang kafir. Oleh karena itu, jika Anda mendapat amanah sebagai seorang pemimpin, buanglah jauh-jauh sifat pengecut tersebut. Jadilah pemberani, karena orang-orang beriman membutuhkan pemimpin yang memiliki keberanian untuk melindungi dan memimpin mereka dengan amanah.
Jangan pernah menyembunyikan rasa pengecut di balik dalih strategi, seperti yang dilakukan Netanyahu. Sebaliknya, latihlah diri untuk menjadi pemberani, memimpin dengan ketegasan, dan jika perlu, siap syahid sebagai pemimpin yang berani. Barakallahu lakum.
0 Komentar