Oleh: Syahrudin
Jurnalis Lepas
Rocky Gerung mengkritik langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang, menjelang akhir masa jabatannya, diduga masih fokus pada pencitraan diri. Menurutnya, Jokowi telah mengerahkan berbagai lembaga, termasuk humas pemerintah daerah, untuk mempromosikan keberhasilannya, meskipun masa jabatannya tinggal beberapa hari lagi.
Rocky menilai bahwa penggunaan anggaran besar-besaran untuk pencitraan tersebut seharusnya tidak diperlukan. "Ini mencerminkan bahwa Jokowi, selama 10 tahun terakhir, hanya fokus pada pencitraan diri," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pencitraan ini tidak akan bertahan lama setelah Jokowi lengser dari kursi kepresidenan. Rocky bahkan berpendapat bahwa Jokowi akan kesulitan mendapatkan sorotan publik setelah tak lagi menjabat.
Dalam analisisnya, Rocky juga menyoroti hubungan pencitraan Jokowi dengan keluarganya, termasuk putranya Gibran Rakabuming Raka. "Citra Jokowi akhirnya terikat atau terbelenggu oleh citra Gibran," kata Rocky.
Selain itu, Rocky membandingkan Jokowi dengan presiden sebelumnya, seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang menurutnya mampu menikmati hidup setelah tidak menjabat. "SBY punya keahlian seperti melukis, bermain musik, dan berdiskusi. Dia tetap menikmati kehidupannya setelah menjadi mantan presiden," tambahnya.
Lebih lanjut, Rocky juga menyatakan bahwa langkah pencitraan Jokowi ini mungkin bertujuan untuk mengamankan posisinya dalam kabinet Prabowo Subianto, presiden terpilih yang akan segera dilantik. Ia menyoroti pertemuan antara Jokowi dan Prabowo yang diduga membahas postur kabinet, termasuk keinginan Jokowi untuk menempatkan orang-orang dekatnya.
Menurut Rocky, usaha pencitraan Jokowi ini adalah upaya sia-sia. "Pencitraan di akhir masa jabatan hanya akan memudar, seperti lilin yang padam setelah habis," pungkasnya.
0 Komentar