Oleh: Arslan A.
Pengamat Pendidikan
Dahulu, Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi kebanggaan bagi siapa saja yang lulus dari kampus ternama ini. Mahasiswa UGM tak perlu menyebut kota tempat mereka kuliah, cukup menyebut UGM, dan itu sudah menjadi prestise tersendiri. Sebegitu prestisiusnya UGM, bahkan ikon Yogyakarta sebagai kota pelajar harus mengalah saat nama UGM disebut. Namun, kini kebanggaan itu mulai memudar, terutama setelah mencuatnya kasus ijazah palsu yang diduga melibatkan Presiden Joko Widodo.
Kasus ijazah palsu Jokowi telah menimbulkan pertanyaan serius, bukan hanya soal keaslian ijazahnya, tetapi juga tentang kredibilitas institusi pendidikan tinggi. Hingga hari ini, tidak ada kepastian mengenai keaslian ijazah Jokowi. Dalam persidangan yang menyeret Bambang Tri dan Gus Nur ke penjara, fisik ijazah asli Jokowi tak pernah ditampilkan.
Pihak kejaksaan hanya mendasarkan tuntutan pada salinan ijazah yang dilegalisir, tanpa pernah melihat wujud ijazah asli. Bahkan, ijazah UGM yang diklaim sebagai milik Jokowi juga tak pernah terlihat, baik dalam bentuk salinan maupun fisik aslinya. Kecurigaan semakin meningkat, dengan adanya teori bahwa ijazah tersebut sebenarnya milik adik ipar Jokowi, Harry Mulyono.
Namun, di tengah gelapnya kasus ijazah palsu Jokowi, muncul lagi kegelapan lain dalam dunia pendidikan Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, tiba-tiba meraih gelar doktoral dari Universitas Indonesia (UI) dalam waktu kurang dari dua tahun. Publik terkejut dan mempertanyakan kelayakan proses ini.
Meskipun pihak UI menyatakan bahwa gelar tersebut telah diberikan sesuai prosedur, alumni dan masyarakat menilai kelulusan Bahlil tidak lazim. Proses yang begitu singkat untuk meraih gelar doktor menimbulkan protes dari para alumni UI, yang merasa bahwa pemberian gelar ini menurunkan wibawa kampus. Bahkan, Dewan Guru Besar UI dikabarkan mengadakan rapat khusus untuk membahas pemberian gelar tersebut, meskipun belum jelas apakah gelar Bahlil akan dianulir atau ada tindak lanjut lainnya.
Gelapnya dunia pendidikan Indonesia, mulai dari kasus ijazah palsu Jokowi hingga kelulusan cepat Bahlil Lahadalia, menunjukkan bahwa masalah akademik di negeri ini makin rumit. Rakyat mulai kehilangan rasa hormat terhadap para pemimpin, dan kredibilitas institusi pendidikan terancam. Indonesia, yang seharusnya menjunjung tinggi kualitas pendidikan, kini justru dirundung masalah ijazah yang menimbulkan ketidakpercayaan dan kekecewaan publik.
0 Komentar