
Oleh: Rika Dwi Ningsih
Jurnalis Lepas
Seorang penulis, Ahmad Khozinudin, mengungkapkan pandangan berbeda terkait perayaan Hari Kemerdekaan pada 17 Agustus mendatang di Ibu Kota Negara (IKN). Sementara Dahlan Iskan berharap acara tersebut berjalan lancar tanpa gangguan cuaca, Ahmad justru berharap hujan lebat turun selama perayaan tersebut, bahkan sehari sebelumnya.
Menurut Ahmad, harapan ini bukan tanpa alasan. Ia menilai hujan deras yang turun bisa menjadi teguran dari Allah ﷻ atas apa yang Ia sebut sebagai 'kesombongan rezim Jokowi.' Ia mengkritik pemerintah yang dinilainya menggelar pesta mewah di tengah penderitaan rakyat, biaya yang membengkak dan menguras APBN justru dianggap biasa oleh pemerintah.
Ahmad juga mengungkap bahwa rezim Jokowi telah menolak ajaran Islam, terutama terkait dengan konsep Khilafah, selain penolakkan, aksi pembubaran organisasi seperti HTI dan FPI juga bisa menjadi wujud kebencian pemerintah. Menurutnya, tindakan ini menunjukkan penolakan terhadap hukum Allah ﷻ dan merupakan bentuk kesombongan pemerintah.
Ahmad juga mengatakan bahwa pemerintah melakukan 'perburuan' terhadap ulama dan aktivis dakwah dengan alasan memerangi terorisme dan melindungi Pancasila. Padahal pemerintah sendiri korup dan hanya menguntungkan oligarki serta kapitalis dengan merampok sumber daya alam Indonesia, ungkapnya.
Ahmad menyebut acara di IKN sebagai pesta untuk mempertontonkan kekuasaan 'yang menggarong APBN untuk proyek legacy pribadi', bukan hanya sekadar upacara. Baginya, jika tujuan hanya untuk upacara, Jakarta sebagai ibu kota sudah memadai. Ia menegaskan bahwa tidak ada kewajiban konstitusional atau preseden yang mewajibkan upacara kenegaraan diadakan di dua lokasi.
Ahmad berharap hujan deras turun juga sebagai bentuk hukuman untuk kesombongan dukun 'pawang hujan' yang digunakan oleh pemerintah. Menurutnya, hujan deras juga akan menghapus pencitraan politik terkait proyek IKN dan menurunkan kesombongan rezim Jokowi.
Di sisi lain, Ahmad menyebut hujan deras sebagai rahmat bagi rakyat. Ia menganggapnya sebagai simbol rezeki, penyejuk hati, dan tanda berakhirnya masa kezaliman yang telah berlangsung selama hampir dua periode pemerintahan Jokowi.
0 Komentar