FILICIDE "WANITA DIPERSIAPKAN MEMILIKI KESANGGUPAN"


Oleh: Cici Herdiana
Muslimah Peduli Umat

Tak sanggup membiayai, Rohwana alias Wana (38 tahun), seorang ibu di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, ditangkap polisi karena telah membunuh bayinya sendiri dengan cara menenggelamkannya ke ember berisi air setelah dilahirkan.

Perempuan yang kesehariannya bekerja sebagai buruh itu kemudian membuang jasad bayinya ke semak-semak dalam kebun milik warga sekitar.

"Pelaku bunuh anaknya sendiri lalu membuangnya ke kebun warga," kata Kasat Reskrim Polres Belitung, AKP Deki Marizaldi, kepada kumparan, Rabu (24/1).

Terungkapnya kasus ini berawal ketika warga di sekitar menemukan mayat bayi laki-laki di kebun, pada Jumat sore 19 Januari 2024 lalu, kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan dari pihak kepolisian yang menduga bahwa bayi tersebut sengaja dibunuh dan dibuang.

Dari pengakuan pelaku setelah introgasi menyatakan mayat bayi yang ditemukan di kebun adalah anaknya yang disengaja dibuang. Kemudian pelaku langsung dibawa ke Polres Belitung pada Senin, 22 Januari.

"Pelaku mengaku lahiran di toilet kemudian bayi itu diceburkan ke bak (ember) mandi sampai meninggal. Setelah yakin sudah meninggal, baru diambil dan dibungkus kain," ucapnya.

Dari hasil penyidikan, motif pelaku membunuh bayinya karena faktor ekonomi yaitu ketidak sanggupan mencukupi biaya membesarkannya karena sang suami hanya bekerja sebagai buruh.

"Ibu ini dua anaknya, semua sudah besar. Dan anak ketiga ini (korban) dibunuh karena alasannya faktor ekonomi," ujar Deki.

Akibat perbuatannya, Rohwana dijerat Pasal 338 KUHP atau Pasal 305 KUHP Jo Pasal 306 Ayat 2 KUHP atau Pasal 308 KUHP.

Tidak hanya faktor ekonomi, ibu yang tega menghabisi darah dagingnya sendiri juga bisa terjadi akibat dari kehamilan yang tidak diinginkan seperti pada kasus ART di Jaktim yang membunuh bayinya yang baru lahir dari hasil hubungan gelap di rumah majikan.

Peristiwa pembunuhan darah daging sendiri terjadi tidak hanya ada di negara kita akan tetapi ada di berbagai negara. Rebecca Kamm pakar psikologi jabarkan alasan penyebab adanya ibu yang tega membunuh anaknya sendiri diantaranya akibat pernah mengalami pelecahan ketika kecil, tidak menginginkan kehadiran si kecil, depresi atau ganguan kejiwaan, lalai atau tidak berniat melakukannya dan karena faktor ekonomi.

"Sebagian besar dari mereka sangat menyesal telah membunuh anaknya dan mencoba untuk mengatasi penyesalan dengan cara apapun," ujar Rebecca.

Sangat sulit membayangkan ragam pemicu orang tua tega membunuh anaknya sendiri, tetapi filicide (yaitu sebutan komunitas psikolog untuk menyebut tindakan ayah atau ibu yang membunuh darah dagingnya sendiri) bukan hal baru. Ini terjadi sejak era manusia purba sampai sekarang. Bahkan filsuf kenamaan Aristoteles pernah menyatakan: "Harus ada hukum yang mengatur agar anak cacat tidak dibiarkan hidup."

Banyak orang belum menyadari bahwa filicide adalah tindak kejahatan yang sering terjadi. Ada puluhan kasus di berbagai negara sepanjang tahun. Alasan ibu saat tega membunuh darah dagingnya dipicu dari beragam masalah yang sangat kompleks.

Permasalahan filicide banyak terjadi akibat fungsi ibu dan ayah tidak di atur secara kompleks sehingga kedua peran tersebut saling tumpang tindih dan sang ibu yang sejatinya adalah pendidik generasi justru menjadi tulang punggung, juga akibat pergaulan bebas yang marak berkontribusi pada kehamilan yang tidak di inginkan, ditambah negara lepas tangan dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya menjadikan filicide menjadi masalah yang sangat pelik.

Sungguh, Islam memiliki pandangan yang tak tertandingi tentang pentingnya peran keibuan, disertai dengan sejumlah hukum dan tugas yang telah ditentukan pada laki-laki dan perempuan untuk memastikan bahwa semua hal itu dilindungi dan didukung juga oleh negara.

Oleh karena itu, hanya sistem yang menerapkan Islam secara komprehensiflah yang akan mengembalikan status besar yang layak dimiliki ibu dalam suatu masyarakat dan mengembalikan Ibu pada fitrahnya.

Wallahu alam bissoawab

Posting Komentar

0 Komentar