Oleh: Diaz
Penulis Lepas
Darah kaum muslimin kian hari kian banyak membanjiri Palestina, kiblat pertama umat Islam Masjidil Aqsa. Tragedi Palestina yang kian sadis seakan beranjak dari benak kaum muslimin dunia, seolah berkata bahwa pesan Nabi Muhammad ï·º yang di riwayatkan Muslim bahwa 'kaum muslim ibarat satu tubuh' tidak lagi relevan.
Penganiayaan serta penindasan kerap dialami seluruh umat Islam dunia jika hadir sebagai minoritas, bagai tanpa induk, nestapa selalu menghampiri kehidupan, terombang-ambing bagai buih di lautan. Jangankan memikirkan orang lain, diri sendiri juga masih kurang imbuhnya.
Bagi yang sudah peduli pun susah untuk memberi karena tidak punya kendali. Jerat nasionalisme telah nyata menjerat umat, seolah tak mengapa menutup mata, mulut dan telinga karena beda negara. Sebutan sesama muslim itu saudara dalam surat Al-Hujurat ayat sepuluh tak lagi ditoleh seolah sudah tak berarti.
Solusi pasti penjajahan di luar kendali karena sekat tak terperi. Nasionalisme, racunmu sungguh efektif menjerat umat, membuat sekat dengan garis imajiner yang tak kasat mata, bagai hadapi tembok besar tak tertembus untuk menolong sesama.
Sampai kapan kesedihan ini akan berakhir? Seolah amal pribadi cukup membawa keridhaan ilahi, tanpa menengok nestapa sodara dan sodari. Sudah saatnya kita terbangun! Jangan terlena materi, karena akhirat tempat kembali.
Bangun literasi sadari diri bahwa Islam tak hanya buat sendiri namun hadir untuk selamatkan negeri dengan aturan dari illahi rabbi, dan semua itu tidak akan pernah tergapai tanpa penerapan Islam total dalam institusi negara, karena Islam tidak akan Kaffah tanpa Daulah Khilafah.
Walahuallam.
0 Komentar